Senin, 12 Agustus 2013

Perempuan-Perempuan Dunia.

Selamat siang. Jakarta panas.

Saya lagi sedih dan marah banget hari ini. Banyak banget yang bikin saya sedih, dan sedikit yang bikin marah. Saya buang sampah di sini yah.

Pertama, saya lihat dengan mata yang nempel di kepala saya : Ada ibu yang mukulin anaknya yang masih kecil banget. Oke, saya tegesin sekali lagi, itu anaknya masih kecil banget. Seketika saya pengen turun, ke tempat ibu itu melakukan perbuatan biadabnya dan gantian mukul ibu itu. Coba, biar dia ngerasain gak enaknya dipukulin.

Kebetulan, saya tinggal di lantai 2. Di bawah saya perkampungan agak rapat, sedikit kumuh. biasaya hari-hari saya tenang dan damai. Karna biarpun itu perkampungan kumuh, tapi masyarakatnya sangat santun. Perkiraan saya mungkin karna kawasan saya ada di daerah menteng yang berdekatan dengan berbagai macam daerah elite di Jakarta. Jadi sifat masyarakatnya meski ber-ekonomi kurang tapi sudah tertular santunnya orang gedongan. Whatever lah, yag jelas hari saya siang ini panas. Sepanas dalam bara api neraka.

Ceritanya saya lagi baca buku sembari tiduran, terus mendadak saya denger ada anak jerit-jetik nangis. Awalnya saya diem, saya pikir ini wajar karna memang banyak anak kecil di sekitar sini. Tapi semakin anak itu menjerit, saya jadi semakin penasaran. Terlebih jeritan anak itu diselingi jeritan si ibu yang membentak kasar. Saya sontak berdiri, menuju balkon rumah dan menengok ke bawah. Dan hati saya langsung mencelos. BIADAB !!!

Saya tau anak itu, saya tau ibu itu. Saya sering melihat keduanya sore hari ketika berjalan-jalan di gang sempit dekat tempat tinggal saya. Artinya, saya tau bahwa keduanya adalah ibu dan anak. Kandung ! satu tangan ibu itu mencengkeram lengan si kecil, kemudian satunya lagi sbuk berayun memukul punggung hingga pantat juga lengan anaknya. Anak kecil itu berkali-kali sudah berteriak minta ampun dan minta untuk dihentikan. Tapi bagai kesetanan, si ibu yang masih memiliki tenaga super bak Xena the warior princess masih sibuk plak-plok-plak-plok. Saya meringis kesakitan meski tak ikut dipukuli. Hati saya nyeri bukan main.

Saya sedih banget ngeliat anak itu kesakitan. Saya tau saya bukan malaikat, ibu itu juga bukan malaikat. Tapi kan banyak banget dogma yang bilang kalo Tuhan mengirim seorang Ibu untuk jadi malaikat buat anak-anaknya. Mohon diingat, yang namanya malaikat itu gak pernah menyakiti. Arsssss, saya emosi. Selain sedih, saya marah. Gimana gak marah coba, saya yang gak melahirkan anak itu aja bisa punya rasa empati yang besar, kok ibu itu yang sempat satu badan sama anaknya selama 9 bulan gak bisa ngerasain yang lebih. Konyol banget kan? Oke, taruhlah si anak itu nakal. Kelewat batas dan bikin marah. Terus???? kok langsung dipukulin? emang anaknya nakal belajar dari siapa? emang itu anaknya sapa? kalo anaknya situ ya artinya belajar nakalnya dari situ? Aishhh, bercermin dong bu...bercermin.

Sekarang anak itu udah berhenti nangis. suasana udah tenang kembali, tapi saya lagi sibuk menduga. Anak itu lagi apa yah didalem rumahnya? Sakit gak yah di pukulin begitu? Gimana yah perasaannya? Saya sibuk menerka, sampai nangis sendiri.

siang berangsung terus jalan kearah mendekati sore. Dan seorang nenek tua menghubungi saya untuk bercerita kalau dia mau ketemu siapanya gitu ( saya bingung nyebutnya, abis dia gak mau dibilang pacaran, gak mau dibilang gebetan ) yang dateng dari jauh. Saya bilang gak bisa. Ternyata saudara, dia juga menghubungi Mas Riyan. Dan demi apa coba? Dia minta mas Riyan nemenin dia ketemuan sama si pria itu. Arrrgggggg, Apa yang ada dipikiranmu nek? Kenal clurit sama golok gak?

Saya bukan cemburu, buka sirik, atau sejenisnya. Welahdalah, mosok iya saya cemburu sama nenek-nenek. Sama Kristen steward aja saya gak bakalan cemburu kok. Saya itu ngenes, itu loh, nenek kan harusnya sudah tua yah. Kok bisa se menakjubkan itu. Mas Riyan-nya sejak semalam sudah bilang kalo hari ini dia ngantor dan gak bisa nemenin. Kok masih aja di telpon da di minta nganterin. Umur lebih tua banget, masak ketemuan sama orang masih di jakarta aja minta ditemenin. Lah dia kan kenal jakarta jauh sebelum mas Riyan lahir. itu gak bisa banget apa jalan sendiri, gak usah ngerepotin mas Riyan yang lagi kerja, Jihad buat keluarganya. Yang bikin dongkol lagi, dia udah dibilangin kalo gak bisa, ealah malah mau ketemuan di deket kantor mas Riyan. Katanya biar mas Riyan bisa ikuta? Itu bukan cuma golok sama clurit saya rasa yang perlu dikenalin ke dia, coba sini badik mana badik. Kalo gak slender container sekalian. Saya giles juga. Lagi kerja itu paham artinya kan? Lagi kerja = nyari duit = fokus = gak bisa diganggu. Saya ini, orang yang paling punya hak buat ganggu mas Riyan. Dan saya hari ini lebih punya hak untuk ganggu pekerjaan dia karna memang ada sesuatu yang mendesak banget di hari ini. Itu aja saya milih diem, gak ganggu. Gimana saya gak bete coba? otaknya kurang sesendok kali.

Oke. Saya tarik napas dulu. Saya memang kesel banget sama hal yang satu itu. Tapi ya sudah, saya emang kayak mercon kok. Sekali meledak ya udah. Paling bikin berisik sama bikin luka tangan orang aja yang berani megang mercon siap meledak.

Saya tuh heran deh, perempuan itu kan mulia. Kok dua orang perempuan percontohan diatas ngocol semua. Ya oke,saya juga gak mulia. Sama aja. Tapi saya sadar diri. Sebab saya gak mulia, saya gak mau begitu. Kalian girls, jangan pernah bertindak bodoh seperti 2 perempuan diatas. Itu buka cuma bikin marah orang yang bersangkutan, tapi juga membuat malu diri sendiri. Keep Wise.

Sabtu, 03 Agustus 2013

Berkawan Syetan.

Suatu hari di tahun entah kapan, Saya terbangun sahur tepat pukul setengah 5 subuh. Sementara imsak sekitar jam setengah 5 lewat 5 menit. Saya langsung menyambar jilbab dan berlari keluar kost. Mendatangi warteg terdekat dan makan sahur. Perkiraan saya, jika saya punya waktu 5 menit sampai di isya, artinya saya punya waktu 10 menit hingga di Adzan subuh. Toh saya Islam, dan acuan saya adzan subuh bukan Imsak. Dan apa yang terjadi, saya tetep bisa loh makan sahur satu porsi nasi rendang dan meminum segelas air putih. Saya pikir, itu cukup untuk puasa saya seharian.

Hai, saya lama sekali gak menulis blog. Banyak banget hal yang saling berkejara akhir-akhir ini. Saya memang harus memfokuskan diri pada beberapa hal yang jauh lebih penting. Bahasa ilmiahnya adalah prioritas. Da meskipun saya cinta setengah mati sama blog ini, saya merasa bahwa prioritas saya kala ini bukan ajang curcol di blog. So, saya pikir blog bisa lahyaaaa nunggu sebentar.

Kawans, kebiasaan itu hal yang terbentuk karena porsinya menempati keseharian kita. Orang yang terbiasa makan pelan, adalah mereka yang memang makannya pela sejak lama. Orang yang bisa tahan di tengah salju pasti terbiasa dengan salju. Dan orang yang malas, adalah mereka yang membiasakan dirinya menjadi pemalas. Beruntunglah kita yang memiliki etos semangat tinggi dalam hidup. Dimana itu yang akan membuat kita menuai sukses kelak.

Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu dia berkata, “Rasulullah Saw pernah memegang bahuku sambil bersabda, ‘Jadilah engkau di dunia seolah-olah orang asing atau pengembara’. Ibnu Umar berkata, ‘Kalau datang waktu sore jangan menanti waktu pagi. Kalau tiba waktu pagi jangan menanti waktu sore. Gunakan sebaik-baiknya sehatmu untuk waktu sakitmu dan masa hidupmu untuk waktu matimu. (HR. Bukhari) 

Saya rasa hadist diatas sangat jelas maknanya untuk kalian yang berfikir. Bahwa melakukan sesuatu baiknya bersegera. Taruhlah kalian ingin mandi, maka mandilah. Gak perlu itu nunggu 5 menit dulu, atau nanti deh di pas-in sampe jam 5 sementara saat itu jam 4.56. Masya Allah, cuma 4 menit dan kalian menunda itu untuk bisikan setan yang membuat kalian lalai selama 4 menit. Entahlah, saya suka geregetan sama kebiasaan beberapa orang terdekat saya yang seperti itu. Karna memang gak ada untungnya kan nunggu 4 menit untuk menggenapkan waktu mandi. Bukannya dengan kita langsung mandi saat itu, artinya justru kita menyimpan 4 menit dalam hidup kita? sebenarnya apa yang yang ada dipikiran mereka yang gemar sekali menunda-nunda sesuatu begitu?

Seorang teman saya, pernah mendapatkan beasiswa fullbrigth di Oxford University hanya karna dia melangsungkan keberangkatannya tanpa menunda. Ceritanya, temen saya itu ada wawancara beasiswa jam 10 siang. Tapi jam 6 dia udah berangkat dari rumah dan sampai lokasi jam 8 pagi. Seharusnya jam 8 pagi, itu ada jatah wawancaranya orang lain yang mengajukan beasiswa pula. Interviewer keluar dari ruangan dan memanggil peserta yag seharusnya wawancara di jam 8 itu, dan tidak menemukan orang yang bersangkutan di sana. Tapi menemukan teman saya yang sedang duduk membaca buku. Akhirnya teman saya dahulu yang masuk kedalah ruangan dan mendapat simpati dari para interviewer didalam karena dedikasinya yang tinggi. Mungkin nilai wawancara teman saya itu tidak terlalu bagus, tapi penyelia beasiswa itu melihat teman saya yang sangat berdedikasi dengan datang lebih dahulu dari waktu yag mereka tentukan. Maka beasiswa itu ada digenggamannya.

Ada lagi, teman saya bangun pagi jam 5 subuh karena harus berangkat ke bandara jam 6 pagi. Ketika membuka mata, dia melihat jam baru jam 5. sementara dia memperkirakan mandi dan bersiap haya membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Toh segala perbekalan sudah disiapkan semalam. mengguler-guler lah dia di kasur. hingga akhirnya dia beragkat tetap tepat di jam 6 pagi sesuai rencana. Dan taukah kalia, begitu keluar dari kompleksnya, jalanan sudah macet. Teman saya itu membuka smartphone-nya dan mengabarkan kemungkinan dia akan terlambat sampai bandara pada rekan seperjalananya. Dan jawaban temennya itu " ah tadi setengah jam yang lalu gue lewat jalan tempat lo masih sepi kok. " See? kalian lihat? andai tadi dia gak males-malesan, dia gak akan sampai terjebak macet. Saya bingung, apa sih untungnya males begitu selain berkawan sama syetan?

eniwey, lakukan apa yang harus kalian lakukan saat itu juga. Jangan pernah menunda apapun apalagi cuma karna waktu yang semenit dua menit, terlebih dengan alasan supaya 'nyawanya kumpul' atau ' biar gak pusing' . ketahuilah, itu cuma masalah kebiasaan. Apakah kalian akan menjadi seorang pemalas yang sangat senang mengulur waktu terlebih untuk hal kecil, atau akan menjadi orang yang sangat menghargai waktu dalam hal apapun. Semuanya kembali ke pribadi kalian sendiri, tapi perlu kalian ingat, mereka yang memilih untuk menunda, adalah mereka yang akan merugi.