Senin, 17 Desember 2012

Ngilunya Hujan

Hujan di Jakarta, hujan di hati saya. Selamat sore, selamat merasakan tetesan air yang mengalir dari tulisan kali ini. Assalamualikum.

Hujan selalu memberi makna ganda dalam diri saya. Romantisme dan ngilu yang berdenyut-denyut. keduanya kadang datang bersamaan dan membuat satu juga lainnya melebur tanpa batas, kadang datang sendiri satu-satu. Kali ini, ia datang sendirian, melalui jalur kedua : Ngilu !

Hujannya deras, ngilunya juga deras. Saya sibuk memegangi jantung pelan-pelan. merasakan aroma darah yang menguar dari bunyi air yang tak lagi gemericik.Ini dia rasa ngilu yang indah. Ngilu ketika saya justru berharap bahagia.

Saya ini perempuan yang banyak sekali mimpi, punya segudang angan-angan dan menatap semua itu satu-satu dengan penuh keyakinan untuk mewujudkannya. Saya juga selalu meletakkan harapan - yang besar maupun kecil - dalam benak saya, sebagai sarana untuk memacu diri pada kualitas yang lebih baik. Karna itu, saya percaya pada impian, saya yakin pada harapan dan saya menghormati mereka yang berani berangan.

Buat saya, ngilu yang paling ngilu adalah ketika kita udah ngeliat impian di depan mata, mampu untuk mewujudkannya, memiliki sarana untuk menjadikannya nyata tapi sama sekali tak mampu melangkah menuju kesana. Dan sore ini, saya merasakan itu. Kengiluan yang di barengi dengan datangnya hujan. Rasanya, sore ini campuran kombinasi yang usang. Yang sangat lama.

Saya sejujurnya sangat ingin bicara banyak disini, mengatakan apa-apa yang ada dalam hati saya, membagi semuanya pada tulisan. Membiarkan kalian semua membaca diri saya dalam sisi yang lain. Tapi nyatanya, setiap kali saya ingin memulai menuliskannya, saya terbentur dinding besar yang saya ciptakan sendiri. Saya takut, jika saya terlalu banyak bicara maka saya akan terlihat lebih bodoh dari biasanya.

Pada akhirnya saya kembali diam. Menyimpan semuanya sendiri dan cuma bisa ngilu melihat hujan yang datang. Saya berharap, dengan membaca tulisan saya ini, ada diantara kalian yang tau, bahwa jika kalian memiliki masalah dan tak bisa menceritakannya pada siapapun, kalian tidak sendiri. Ada saya yang juga bernasib sama. Kita sama-sama bisu, tak mampu bicara apa-apa.

Tapi percayalah, hujan datang itu Allah yang kirim. Meski pun benar, hujan juga terjadi karna adanya proses alamiah yang berbentuk rantai dan simbiosa. Tapi yakinlah, di balik ngilu itu kelak kita akan tuai romantismenya. Percayalah bahwa kita akan bahagia kelak. 




Senin, 19 November 2012

Perempuan, Ayo katakan TIDAK untuk KDRT.

Selamat Selasa pagi. Semoga kalian semua bahagia. Assalamualaikum. :)

Sudah beberapa hari ini saya heboh sendiri. Banyak sekali masalah yang harus saya selesaikan di dunia nyata. Saya sampai gak sempat menulis, membuka account jejaring sosial atau sekedar surfing-surfing di dunia maya. Rasanya saya jadi ketinggalan banyak info.

Ada banyak hal di dunia ini yang kita gak pernah bisa menolak untuk menerimanya. Seperti kejadian yang menimpa saya beberapa hari belakangan ini. Orang terdekat saya mengalami kasus KDRT, dan parah. Saya meradang sekaligus ikutan sakit. Saya gak bisa berbuat apa-apa selain ikut mendoakan untuk kebaikannya. Hati saya mangkel bukan kepalang, mengetahui luka-luka yang di deritanya tidak biasa. Mengetahui bahwa apa yang seharusnya bisa saya lakukan, mendadak mentah di kasusnya. Saya luar biasa gagap, kelu menyaksikan kesakitannya sendiri.

Kasus KDRT ini udah banyak banget di dunia. Jangankan perempuan awam ya, perempuan sekelas Rihanna yang kita tau sangat independent pun mengalaminya. Saya miris, gimana bisa para perempuan itu kok bisa cuma diam aja? mereka apa gak pernah berfikir kalau sudah ada perlindungan kuat yang mengantisipasi masalah-masalah kayak gitu?

Buat saya, Sekali seorang pria memukul maka dia akan mengulanginya lagi. jadi, begitu dia memukulmu satu-satunya hal yang harus kamu lakukan adalah meninggalkannya. Karna jika dia minta maaf dan kamu memaafkannya lantas memberinya kesempatan, maka dia akan kembali jadi monster suatu hari nanti, kembali mengamuk tanpa kendali, dan kembali menjadikanmu sansak hidup. begitu seterusnya hingga nanti kamu masuk dalam liang kubur karenanya. So, leave he now!!

Banyak feminis yang memprotes ketentuan Tuhan tentang terbuatnya Perempuan hanya dari tulang Rusuk pria, bahkan Terbuat dari tulang rusuk yang bengkok. Kenapa bukan tulang kepala? Kenapa harus tulang rusuk yang tak begitu kuat? Karena perempuan memang ada untuk disayang. Kenapa tulang rusuk? karena Tulang Rusuk letaknya di dada, tempatnya melindungi hati. Ada di dekat ketiak, yang menandakan kita memang harus di lindungi oleh tangan kekar pemilik nya. Bukan di kepala karna kita memang bukan untuk memimpin, dan bukan di kaki karena kita memang tak pantas di injak-injak. Tapi sekali lagi, kita lah sang tulang rusuk yang bengkok, yang jika dipaksakan lurus maka dia akan patah, dan jika dibiarkan dia akan semakin bengkok. memangani kita harus lah hati-hati. karena jika tak hati-hati kemungkinannya ada dua: patah atau makin bengkok.

Jika si pemilik tulang rusuk itu ternyata tak baik cara memperlakukan kita, maka tinggalkan pun tak masalah. Secara medis, pria memiliki 12 tulang rusuk di tubuhnya. maka, jika kita meninggalkannya, dia masih punya 11 tulang rusuk yang masih bisa dia pilih. Jadi jangan pernah merasa bersalah ketika meninggalkannya karena perlakuan yang kurang menyenangkan darinya, apalagi jika itu adalah KDRT. saya serius, apapun yang kalian dapatkan dalam kehidupan, jika sudah ada KDRT didalamnya, jangan pernah berfikir ulang untuk tetap stay di sisinya. Segera kemasi barangmu, dan tinggalkan dia. Atau kamu akan selama jadi sansak hidup di tangannya.

Saya memang saklek untuk hal yang satu ini. Karna bagi saya, apapun track record seorang perempuan, yang namanya KDRT itu tetaplah penindasan. DAn tak ada kompromi untuk suatu penindasan.

Kemarin saya sempat tersulut emosi. Ketika saya dengar ada seorang teman saya juga mengalami hal yang sama. Bahkan yang melakukannya masih berstatus pacar, belum suami. Saya tersulut bukan karena teman saya diam, tapi karna saya dengar ada seorang pria berkomentar menyebalkan tentang kasusnya . kata nya " ya wajar saja diperlakukan kayak gitu, dia memang tipe perempuan yang harus di begitu kan kok. Lihat aja track record nya seperti apa"  Saat itu muka saya memanas, telinga saya merah dan tangan saya berkeringat menahan amarah. Saya memandangi mas Riyan yang kala itu duduk di depan saya. Saya memandangi wajahnya yang lembut, yang tak ada gambaran sedikitpun akan melakukan KDRT. Dan hati saya mendingin. Tapi pria itu kembali melanjutkan komentarnya " Kalo gue jadi lakinya, gue juga bakalan melakukan hal yang sama. " Saya tak bisa lagi di tenangkan oleh wajah lembut Mas Riyan. Saya menoleh kearah si pemberi komentar itu dan menatapnya marah. Saya langsung mengeluarkan banyak muntahan dari mulut saya. nyembur langsung ke lelaki yang juga kaget melihat reaksi saya.

Jadi Lo pikir karena track record nya jelek, perempuan boleh di kasarin? Sah-sah aja gitu? apa kabar sama track record lelaki?kalo lelaki nya dulu mantan playboy jadi boleh dong si perempuan ngeluarin cambuk cemeti amar rosuli buat nyambukin dia setiap saat? bukannya setiap orang punya masa lalu? dan bukannya tiap orang juga ber hak buat jadi lebih baik? kalo setiap perempuan yang berniat jadi lebih baik di perlakukan begitu, gue yakin gak bakalan ada perempuan yang mau. Setau gue, siapapun perempuannya, baik atau buruk kelakuannya, apapun masalalunya, gak ada satu pria pun yang berhak untuk menghakimi dia dengan cara melakukan penindasan. Cuma orang yang bersih dari dosa yang boleh melakukan itu.

Dan masih banyak lagi muntahan yang saya keluarkan. yang jelas, si pria langsung merah mukanya. mungkin antara malu dan marah. antara merasa terhina dan tertantang untuk membalas kalimat-kalimat saya. detik setelah saya muntah, saya diam kembali. mendadak malas untuk melanjutkan perdebatan itu. Saya ingat kalimat seorang sahabat :" laki-laki, kalo udah ngerasa superior mau kitanya ngomong apa juga gak bakalan didenger. laki macem gitu cuma bisa ditutup mulutnya pake kapak" Maka saya diam, karna saat itu saya jelas gak bawa kapak.

Jadi Girl, jangan pernah membiarkan diri kalian jadi korban kebiadaban yang gak jelas kayak gitu. pilah dan pilih, lihat dan perhatikan, mana perilaku yang memang menunjukkan sayang dan mana yang bukan. mana lelaki baik dan mana yang cuma pura-pura baik. Semua itu keliatan kalau kita bisa combain antara akal sama hati. jangan pernah tertipu cinta, itu jebakan.

Salam panas.

Sabtu, 10 November 2012

Tak Biasa.

Minggu pagi ini, saya meradang. disela sakit perut yang terus melilit tubuh saya, menjangkar waktu saya untuk terus-terusan bergulat diatas tempat tidur, menggeliat kesana-sini hanya demi menghilangkan sakitnya meskipun selalu gagal - dan yang akhirnya justru makin menekan perut saya untuk siaga melawan sakit yang melilit- saya juga menahan suatu perasaan gundah. Perasaan dimana hari-hari saya di kristalkan seperti garam. Asin dan keras.

Sudah lebih dari dua minggu ini saya kesulitan mengatur ritme hidup. Jujur saja, saya ini seperti orang gagap yang mendadak bisa bicara lancar. Semakin lancar saya bicara, semakin bingung saya menghentikannya. Sementara saya terbiasa gagap dengan bicara terputus-putus. Analogi itu yang kemudian membawa kesadaran baru, bahwa manusia memang tercipta untuk senantiasa tidak bersyukur. Dan saya malu mengakui bahwa saya termasuk salah satunya.

Ada hal yang menekan hati saya. Demikian dalam tekanan itu sampai saya lupa memaknainya sebagai proses yang mestinya saya protes. Saya justru merasakan tekanan yang dalam itu sebagai konsistensi kepedihan yang terakumulasi dalam hidup saya bertahun-tahun belakangan ini. Mendadak saya merasa harus menebus dosa besar, dosa menjadi penipu. Dosa yang tak akan pernah saya maafkan seumur hidup saya. Bahwa selama ini saya menipu, menipu diri sendiri. Berpura-pura biasa padahal sungguh dalam hati saya perasaan sakit menekan terus. Bertahun saya hidup dalam keterasingan, namun mencoba menjadi yang paling biasa. Akhirnya, pagi ini, semua perasaan itu terakumulasi. Tergenapkan.

Disela sakit yang membelit perut saya, saya paksakan mandi pagi. Saya harus kena air. Untuk alasan apapun, air adalah peredam segala api yang ada. Api di dalam maupun diluar. Saya meredamnya dengan mandi. Matikah api itu? tidak semua, tapi minimal usaha itu membuahkan hasil. Saya tak lagi gelagapan karna tak mampu bernafas, asma akibat banyaknya tekanan di hati.

Biasanya, saya akan langsung pesan tiket pesawat ke lampung dan menyelam di kiluan. Biasanya, saya akan langsung berjalan mengitari pasar tradisional dan bertengger terhenti di tengahnya. Hanya air dan keramahan pasar tradisional yang mampu meluputkan segala tekanan itu, membuatnya terangkat dan terlupakan sekali lagi memberi saya nafas untuk kembali melalui hari-hari saya, dengan menipu kembali.

Kali ini tak biasa. Saya tak lagi berani menghubungi awak Kiluan. Ada tangan besar yang menggenggam saya di Jakarta. Yang menjangkarkan hatinya dan mempercayakan hidupnya pada saya. Saya sudah berjanji, untuk menjaganya sampai saya sendiri tak mampu berdiri. Dan saya belum melihat kemungkinan akan keingkaran janji itu. saya diam bergeming didepan laptop, dengan layar yang menyala pada web pemesanan tour ke kiluan. dengan tangkas saya mengklik tombol exit. saya batal pesan.

Masih saja tak biasa. Saya tak menuju pasar tradisional. Kali ini bukan tangan besar yang membuat saya tak melakukannya.Tapi sebuah kehidupan lain yang hidup dalam diri saya. yang harus saya jaga dan rawat entah sampai kapan. yang eksistensinya membuat saya kehilangan alasan untuk egois. yang akan membuat saya menjadi manusia utuh dan penuh kembali. Saya hidup dan dihidupi olehnya. maka tak mungkin saya melalaikannya.

Kiluan memang berkilauan. Lumba-lumba dan banyaknya terumbu karang yang siap dimangsa oleh kelaparan mata saya jelas santapan lezat yang akan melenakan saya sepanjang waktu. Pasar tradisional juga membuat lupa. suara-suara magis dari para penjual itu senantiasa membuat saya merasa berarti. Merasakan ujung sol sepatu saya yang basah oleh kubangan air di tengah pasar itu membuat hati saya tergetar. mencicipi keramahan udara dan bau amis ikan membuat saya terangsang untuk bangkit dan berdiri, berlari kesana. tapi kali ini saya hanya diam. saya gagu.

Ternyata, tak selama nya saya bisa membahagiakan semua orang. Saya sepagian ini menangisi diri sendiri. menangisi kebodohan saya, menangisi kealpaan saya. inilah hidup yang tak lagi hidup. saya anomali didalamnya.


Senin, 22 Oktober 2012

I Love You Because Allah.


Maukah kubenarkan sehelai  rambutmu yang keluar dari mukenahmu
karena kau adalah kunci surga melalui kendaraan dunia
( Ade Riyan Purnama)

Kalimat diatas sukses bikin saya nangis sesenggukan di sore ini. Baiklah, sebelumnya, saya perkenalkan dulu dengan yakin dan pasti siapa itu Ade Riyan Purnama. di postingan kali ini, saya ingin mengumumkan buat kalian semua bahwa dia - yang kemudian akan saya sering sebut dengan 'mas Riyan'- adalah pria yang menemani saya sampai kelak saya jadi nenek-nenek, sampai saya punya cucu, sampai saya punya uban dan pikun. dialah yang saya pilih, dialah yang saya yakini akan menjamin saya di yaumulhisab besok. he's a man. dialah orangnya. 

Mas Riyan itu sering banget benerin rambut saya yang menyeruak sedikit keluar dari jilbab. meski itu mungkin hal kecil, tapi saya tau itu dia lakukan untuk melindungi saya. untuk menjaga aurat saya. dan saya trenyuh akan itu.

Perlindungan terhadap perempuan,kadang diidentikkan dengan tameng secara fisik. Mas Riyan membuktikan hal sebaliknya. perlindungan terkecil yang dia lakukan adalah menyembunyikan SEHELAI rambut saya dari pandangan mereka yang bukan mahrom saya. tapi efeknya, jelas terbesar. dia bilang " Aku malu sama Allah" dan saya kembali leleh. Bagaimanapun, perlindungan kecilnya orientasinya jelas akhirat, dan itu jauh lebih besar daripada melindungi dari perampok atau penjahat di dunia.

Banyak hal yang diajarkan dalam hidup. Baru kemarin saya dapat buku Baby Halder yang berjudul A life less Ordinay, di belikan oleh Opung. Buku itu menceritakan perjuangan seorang perempuan yang teraniaya dalam pernikahannya. seketika saya mendadak ingin sujud syukur saat itu juga. Bagaimana tidak, cerita itu memang menyedihkan dan menggambarkan betapa kuatnya perempuan itu, tapi di sisi lain saya memang harus bersyukur. Tuhan kirimkan lelaki yang melindungi saya dengan caranya sendiri. melalui cara yang tidak lelaki lain pikirkan sama sekali. tapi bagi saya, ini justru cara terindah.  

dia sering bilang, cita-citanya sederhana : ingin berdzikir bersama diantara maghrib dan isya dengan saya, juga ingin mendengarkan ceramah sambil menunggu subuh setelah sholat malam bersama. 

buat saya, itu jauh lebih bikin hati terpancang ketimbang cita-cita punya perusahaan kakap yang menguasai seluruh asean. Mas Riyan, adalah lelaki sederhana yang tidak hanya ingin membawa surga dalam dunia saya, tapi juga membawa saya menuju surga di akhirat. kenyataan ini membuat saya tau, bahwa memang dialah orangnya. 

entah karena apa, saya jadi suka sentimentil kalo udah membicarakan Mas Riyan. Dia benar-benar mengajarkan kehidupan yang mengarah pada akhirat. dia mengajarkan caranya mencintai karena Allah. entah karena sebab apa, bahkan hingga ke cara dia menyebut nama saya pun saya suka. Saya merasa, nama saya aman dalam mulutnya.

Postingan kali ini, benar-benar saya dedikasikan untuk dia. untuk caranya mencintai saya. untuk perlindungannya terhadap hari depan saya. untuk ajakannya mengenal Tuhan dengan lebih sempurna. Untuk apapun yang dia lakukan terhadap saya, Airin dan anak-anak kami kelak.mungkin ini hanya sebatas tulisan semata, tapi sungguh, saya membuatnya dengan lelehan air mata yang sedari tadi tidak berhenti. I love u because Allah, kalimat itu yang senantiasa mampir di telinga saya dan berasal dari mulutnya. 

saya memang perempuan beruntung di dunia ini, saya dikirim penjaga sedemikian hebat oleh Allah. untuk itulah saya bersyukur. dan syukur itu tak cukup hanya dengan menikmati keberuntungan itu. saya harus terus berusaha, menjadi perempuan yang bisa dia banggakan, dunia dan akhirat. 

I love You because Allah, Ade Riyan Purnama. 

Selasa, 25 September 2012

Rapal kebalikan.

Aku tidak merindukanmu
Rindu sesak memelukku seperti pakaian sempit yang basah.
Ada yang menetes-netes kelantai dan memantulkan wajahmu ke mataku
aku ingin kau pergi 
( tolong jangan pergi )
Kau pergi tanpa lambaian tangan.
Kata-kata hanya terbendung sampai kerongkongan : Ramuan mematikan berisi amarah dan harapan.
Hanya secuil, tapi benih. dan ada yang menyiraminya setiap hari.

Jangan.
Hari ini ada yang nakal memoles dinding di hadapanku dengan kilasan-kilasan peristiwa
dengan bintang-bintang buram yang sempat menjadi kawan tidurku, 
ketika aku sedang ingin pura-pura berbaring di bawah langit malam sambil menggenggam tanganmu yang hangat dan penuh merungkupi jemariku
( aku kangen )

ini bukanlah sesuatu yang kuharapkan
berdiri lagi di depan perapian,
kakikanan sudah menyentuh api, kaki kiri mengikuti.
kemudian perlahan-lahan, aku habis ditelannya, di telan panasmu.
ada harapan harapan tertentu yang mampu membunuh 
( menginginkanmu kembali adalah di antaranya )

aku sangat merindukanmu 
( aku tidak merindukanmu )
ada yang berlari di kepalaku
mencari cara untuk menyeka air matamu
selain hanya membisu, meniru gerak bibirmu

tolong jangan pergi 
( aku ingin kau pergi)
aku selalu disini, mencoba menjejal dalam ingatan ribuan aksara tentang silam.
Ingin kurengkuh, namun hanya bisa diam, dingin dan tak mampu menyiratkan.
lalu kita sama-sama mencabut kenangan, saling berusaha melupakan.

Aku kangen
menunggumu di sudut kamar yang gelap, sendiri menatapbunga yang mulai layu.
Di bawah rintik hujan yang mengetuk jendela,
Yang tak ada henti-hentinya kuhitung rinainya
Hingga berdebu,bunga itu kini menjadi sebatang abu.
tak kutemukan dirimu, entah berapa lama

( Jangan )
mungkin sudah habis lelahku menunggu kamu
Entah siapa yang pergi dan siapa yang kembali
aku mencintaimu, dalam ruangan yang pernah ada kamu.
tersenyum terawa,meninggalkan bekas tegas keberadaanmu
sepi ini kini merasuki nadiku, yang kini kosong tanpa kamu.

( ada harapan-harapan tertentu yang mampu membunuh)
menginginkanmu kembali adalah diantaranya.


Minggu, 23 September 2012

KULDESAK

Oke, kali ini cerita agak banyak tentang hari Sabtu saya kemarin.

Jadi, ceritanya saya yang udah lamaaaaa banget gak latian teater, pengen latian lagi. lebih tepatnya saya pengen olah tubuh lagi. Gesture saya pasti sudah sangat melemah dan cara saya mengapresiasikan sesuatu pasti sudah standart sekali. saya butuh Charge. berbekal dari itu, saya berangkat ke USNI untuk latihan olah tubuh hari sabtu kemarin.

Kampus USNI itu ada di sebelah Mall Gandaria City. tepatnya, itu entah berapa puluh kilometer dari tempat tinggal saya. Dulu, sewaktu saya rutin latihan, saya kesananya ada yang anterin. Nah, ini saya berangkat berdua sama temen saya ( *namanya Inay,perempuan asli ambon, berperawakan tinggi kurus khas ambon ) naik TransJakarta. sebelum berangkat saya browsing di internet dulu, jalur mana aja yang harus saya tempuh buat bisa sampe di Gandaria. saya mesti naik koridor 11 turun di kampung melayu, pindah ke koridor harmoni, dan barulah ambil koridor lebakbulus dan turun di kebayoran baru. Inay yang saya ceritain itu langsung jiper. " ada baiknya kita naik taksi saja" katanya, saya ngakak. naik taksi bisa 350 rebu, kalo naik transJ cuma 3500. Inay mengkerut.

Sampe di kampung melayu, semua masih santai. kita berdua dapet tempat duduk dan masih menikmati kemegahan moda transportasi TransJ. tapi begitu pindah di armada arah harmoni, bencana dimulai. Itu yang namanya manusia udah nyaris gak ada bedanya ama karton bekas. di tumpuk, dilipet dipaksa di masukin ke karung. Saya sama Inay melongo. Kami masih saling lempar senyum sambil geleng-geleng kepala waktu kondektur TransJ menghentikan arus masuk penumpang. masih ada celah untuk bernafas, gitu saya pikir. tapi nyatanya tidak. di Matraman, ada 3 orang turun, tapi 5 orang masuk. nah salah satu orang itu ada yang guedenya kayak Rahwana. saya sama Inay yang kebetulan berdiri di depan pintu tengah, mencoba miring-miring untuk ngasih jalan si Rahwana itu. tapi dia emang gede banget, jadi ternyata bukan cuma saya yang harus miring-miring, tapi juga nenek-nenek yang ada di belakang Inay. Dari hal ini semua terjadi.

Nenek itu terdesak depan belakang, Inay sewot. Saya lebih-lebih. kenapa sih gak berdiri aja di depan pintu. laki-laki kan? gede juga badannya kan? ngapain mesti maksa masuk ke tengah dan bikin desakan lebih ke si nenek. itu juga, penumpang muda-muda yang pada duduk, kenapa sih gak ada rasa pengen mempersilahkan si nenek renta itu duduk? saya spontan ngucap " Astaghfirullah." dan cuma diam. berusaha menahan diri untuk tidak miring kearah si- nenek agar tak mendesaknya lagi. tapi Inay, karna dia ambon manise, maka dia angkat suara. " sudah gila ngana hah?  seng ngana lihat ada orang tua di belakang beta !!! " gaya hardikan khas ambon menguar dari mulut manisnya, cukup membuat si rahwana diam. saya nyengir. pasti dia takut kena bacok orang ambon.

Sampai di harmoni, saya dan Inay melongo. baiklah, saya deskripsikan suasana disana. ratusan manusia, membanjiri shelter itu. mengular dalam antrian yang saya yakin baru akan terselesaikan entah berapa jam kedepan. Barbarisme mengalahkan panasnya udara di atas shelter itu. saling sikut dan jambak terjadi ( oke ini lebay) hehehehe. Dan nenek renta itu, berjalan terseok kearah antrian lebak bulus. kami di belakangnya karna jalur kamu sama. herannya, entah mungkin karena jodoh, si rahwana pun sudah berdiri beringas di antrian lebak bulus yang super padat. Inay melengos, mulutnya terkunci karena cubitan saya di pinggangnya. Nenek itu, karena tadi Inay tolong, dalam antrian kali ini memilih berlindung di balik tubuh Inay yang memang semampai. Alhasil posisi kami adalah : Rahwana, Inay, Nenek dan saya. kami berempat, mencoba menyimpan dendam sendiri-sendiri.

Begitu bus datang, orang-orang di belakang kami mendorong. Saya yang ada di belakang nenek berteriak spontan karena terdorong dari belakang " Jangan dorong dong, depan gue nenek-nenek. " Beberapa orang diam, tapi mendadak ada balasan celetukan, " harusnya kalo udah tua gak usah naik busway" kontan saya noleh. suara laki-laki, dari seorang laki-laki muda yang berdandan dandy di bekalang saya. Inay tau saya marah, dengan sigap dia menyentuh pundak saya. Tapi dewa kemarahan sudah datang lebih dulu ketimbang tindakan penyabaran dari Inay. dengan mata melotot, saya tunjuk itu laki-laki. " elo, yang mendingan kagak usah naik TransJ !!! " demi harga diri, laki-laki itu menjawab " urusan gue" saya, tanpa pikir panjang langsung berbalik dari antrian, menyeret si lelaki yang ternyata tingginya tak tergapai, dalam hitungan detik, kami resmi jadi tontonan. Inay geleng kepala. satpam datang melerai kami berdua. Tak tahan dengan emosi, saya tarik kerah bajunya dan saya tonjok mukanya. sejujurnya, kepalan tangan saya yang justru perih setelah memukul mukanya, tapi hati saya terpuaskan. setelah itu dengan bodohnya saya keluar shelter dan mencegat taksi. akhirnya, 3500 ke arah gandaria menjadi 134 ribu rupiah. Inay terbahak sepanjang perjalanan Harmony - Gandaria.

Malamnya, saya, Inay dan teman-teman dari USNI berangkat ke UNJ untuk nonton pementasan teater. setelah sekian lama, akhirnya saya ketemu sama temen-temen lama. malam minggu itu, saya kembali jadi mahasiswa, duduk lesehan di depan panggung, minum kopi sambil makan keripik kentang, terbahak bareng dan ngebanyol bareng. seandainya pun besok kiamat, saya yakin saya masih mampu bilang bahwa saya bahagia pernah mengalami ini semua. heheheheh. tapi bukan itu yang menarik dari pementasan CM di UNJ. ada yang silau selain kebahagiaan bertemu teman lama.

CM UNJ membawakan naskah WS. Rendra ( Mastodon dan burung Kondor ). siapapun tau, itu salah satu masterpiece Rendra. bercerita tentang revolusi amerika dengan bahasa berat dan tokoh yang luar biasa susah. durasi Mastodon dan burung kondor itu sekitar 3,5 jam dengan mobilitas karakter dan dialog super cepat. ketika pertama kali datang, saya yang memang sudah beberapa kali menonton naskah itu digarap oleh beberapa teater lebih memilih ngerumpi berbisik dengan beberapa kawan lama. sampai, saya tertegun dengan munculnya tokoh mastodon. Saya kaget, ini mastodon pertama yang bikin saya deg-degan. dia memiliki vocal kuat dengan vbrasi yang serupa dengan bayangan saya tentang mastodon selama ini. gesture tubuhnya liat dan lentur. cerdas. pikiran pertama yang hinggap di benak saya adalah " Laki-laki ini cerdas !"

First thing saya terbukti benar. di akhir pementasan, saya lihat jam. 2,5 jam total pementasan!! saya makin merinding. gimana bisa, naskah se liar ini, dengan durasi 3,5 jam, mampu digarap hanya dalam waktu 2,5 jam. tanpa mengurangi essensi makna dan roh spiritualnya sama sekali. sutradara secerdas apa yang mampu menggarap ini semua dengan begitu cerdas? saya penasaran. dan saya sontak berdiri dari duduk, ketika MC mengenalkan si tokoh mastodon sebagai sutradara. gila!!! udah main nya keren, cerdas, dia pula yang nyutradai pementasan berdurasi singkat dari naskah berat tanpa mengurangi apapun dalam essensi garapannya. dia, lelaki yang menyilaukan temans. serius.

Oke, saya megap-megap nahan kagum sama dia. beberapa teman mengenalkan pria itu pada saya. namanya Ramon. dewasa dan sangat supel. dia menyikapi pujian dari penonton dengan sangat baik. saya makin gak bisa nafas waktu dia kasih nomer hape nya sama saya. Ya Allah, itu matanya kayak ada kilatan kecerdasan dewa Zeus. aihhh, segala topan badai datang dipikiran saya. malam minggu itu, saya dapat ujian berat dari Allah, berupa pesona Ramon.hehehee

Kuldesak. sabtu kemarin saya kuldesak. dari pagi bete gara-gara transjakarta, malemnya rese sama pikiran gara-gara pria genius. saya harap, Kuldesak ini bikin saya lupa sama sakit yang dulu-dulu.





Kamis, 20 September 2012

SalCur = Salah Curhat !!!

Selamat sore. hari ini Jakarta heboh. seheboh hati saya yang super complicated. oh, Damn!! maafkan saya kalau selalu menghujani kalian dengan umpatan diawal obrolan. 

Kalian pilih siapa? hehehehe. yang berasa tinggal di Jakarta tapi gak ikutan milih, terus sibuk ngomporin orang buat milih ini atau itu, setelah itu lenggang kangkung tanpa beban harus memilih, adalah saya orangnya. 

Tapi, saya gak mau jadi orang latah dengan ngomongi masalah pilihan gubernur Ibu kota sama kayak yang lain. saya bosen, di Twitter, di facebook di detik.com di angkot, di Radio, dimana-mana ngomonginnya udah Foke sama Jokowi melulu. kalau saya sih lebih suka ngomongin Taylor Lautner atau gak Robert Pattinson ya. hehehe. jadi, saya tegaskan kali ini, postingan kali ini beneran gak akan mengenai laporan pandangan mata tentang pemilihan leadership di Jakarta. Tak akan. Tiada mungkin pemirsa. 


Semalaman saya ngobrol sama temen muda. Masih kuliah semester 3, perempuan, talented dan periang. Tipikal anak gaul masa kini yang tau semua hal berbau teknologi dan perkembangan jaman. Tapi semalam, dia murung. Curhat tentang ibunya. Dan lagi-lagi saya miris, masih ada juga jaman gini orang tua yang gak gaul.

Gaul yang saya maksud adalah paham. Jadi orang tua itu harus paham. Mengerti apa yang harus dilakukan. Ini, saya bukannya ngajarin ya. Saya sih malah mau ikutan protes juga. Disini meskipun saya juga orang tua,  udah punya satu anak dan resmi menyandang status ibu sejak 4,5 tahun  lalu, tapi kali ini disini, saya bicara sebagai anak. Baiklah. Kita mulai.

Temen saya cerita tentang pertengkaran dengan mamanya. Setengah jam pertama saya manggut-manggut biasa. Cerita belum menarik, belum bisa saya tarik landasan pacu untuk ikut mengambil sesuatu. Dan beberapa saat kemudian, meledaklah saya. Berikut kalimat yang mebuat saya meledak :

Teman : Aku sebel, aku pengen cuti kuliah, tapi sama mama gak boleh kak 
Saya : ngapain cuti? 
Teman : soalnya aku bingung. Mama tuh aneh, aku gak boleh cuti, tapi tiap hari mama ngeluh masalah keuangan keluarga ke aku. Yang sehari buat aku habis 50 ribu lah, yang belum bayar listrik lah. Aku bingung.

Oke. Saya meledak. Marah.

Pertama. Iseng banget sih emak elo curhat masalah keuangan keluarga ke elo? Emang elo siapa? Aidil Akbar Madjid? Yang bisa nylesein semua masalah keuangan elo dengan program-program finance nya? Atau elo punya pohon uang yang bisa bikin semua masalah keuangan selesai pake sekali goyang? OMG, jangan ndeso deh, yang namanya masalah keuangan dalam keluarga itu udah pasti ada. Jadi, menyikapi masalah ini dengan mengeluh jelas bukan solusi tepat. Berasa banget kali ya masalah keuangannya paling dahsyat? Sampe perlu cerita ke anaknya yang masih kuliah? Yang belum kerja? Gue harus bilang SBY kayaknya nih, ada warganya yang disorientasi masalah curcol.

Kedua. Ibu, engkaulah yang diberi tampuk tanggung jawab oleh Allah untuk mengurus keuangan keluarga. Di tanganmu lah segala peri kehidupan keluarga berjalan. Selesaikan tanggung jawab itu dengan baik, atau anda gagal. Kasihan dong sama malaikat sebelah kiri, yang bakalan cape kalo ibu terus ngeluh pada orang yang salah. Anak itu memang wajib berbakti, tapi juga wajib di lindungi. Lindungi lah anak ibu dari bahaya kepanikan dan kekhawatiran berlebihan atas curhatan ibu. Percaya saya, dengan ibu curhat sama anak ibu yang belum bekerja itu,rekening listrik tetep mesti dibayar tepat pada waktunya. Tak akan ada yang berubah.


Ketiga. Tugas orang tua dan anak jelas ada di koridor yang berbeda. Bagaimana pun juga, kebersamaan dalam keluarga memang perlu, curhat antara ibu dan anak perempuannya juga perlu. Saya gak bilang itu salah, yang salah adalah keluhan sang ibu tentang betapa pusingnya mengatur pengeluaran harian untuk anak-anaknya. Lalu, ketika anak anda jadi merasa tak enak hati, kemudian mikirin banget masalah itu, kuliahnya terbengkalai, malah jadi gak lulus-lulus, kan makin rugi banda ? iya kan? Jleb moment banget itu ya. Hehehe.
Apa yang mau saya bilang disini adalah, jangan bebani anak mu dengan tuntutan untuk memahami orang tuanya.owalah, terbolak pak, bu. Terbalik itu. Anak yang harus dimengerti, anak butuh di pahami. Setelah itu, fasenya dia akan berbakti. Tapi terbalik banget, kalo belum apa-apa anda meminta anak anda untu memahami anda. Wong dari pengalaman hidup anda jelas lebih dulu lahir kok, lebih ngerti anda ketimbang anak anda kan?

Jangan paksa anak anda untuk berbakti dengan memahami kesulitan anda. Tugas dari orang tua ya membiayai anaknya sampe anaknya mampu menghidupi dirinya sendiri, dan kemudian membalas semua nya pada anda (meski tak mungkin bisa terbalaskan ). Bahkan, menggantungkan harapan pada anak pun tak boleh kan? Kalimat “ besok kalo kamu udah kerja, beliin mama mesin cuci ya?” aduh, oke !! itu mungkin beneran karna kebutuhan, tapi jangan minta dulu. Anaknya belum kerja buuuu.

Saya kadang suka gak ngerti deh, pada tau gak sih kalo Allah tuh gak ngasih ke kita anak sebelum yakin  bahwa kita mampu menjaga dan merawatnya. Itu amanah loh, titipan. Kok malah direpotin. Besok ya bu, ya pak, kalo anda-anda sudah tua dan anak anda sudah jadi orang tua dari cucu-cucu anda, lihatlah, mereka akan berbakti dengan baik jika anda pun memberi mereka yang terbaik di masa anda masih mampu. Jadi, jangan meminta sebelum waktunya.

Saya ini emang freak Out banget kalo udah masalah hubungan anak dan orang tua. Maaf ya.

Baiklah. Saya puas marahnya. Pamit dulu deh.

Love 

Me

Selasa, 18 September 2012

Tanpa Judul.

Selamat pagi, selamat menjalankan hari Rabu dengan semangat yang menggebu. Assalamualaikum. #senyum

dua hari kemarin saya diam di dalam kamar. sakit. tumbenan ya saya mampu lebih dari 24 jam ada di satu tempat yang jelas bikin jenuh. Baiklah, pengakuannya adalah : saya bosan setengah mati. tapi, dari pada saya jadi gendongan orang-orang di kantor seperti tempo hari, jadilah saya memutuskan untuk diam, menyembuhkan diri sendiri dengan banyakin istirahat.

Sakit. itu yang mau saya bahas kali ini. bisa berupa fisik, bisa berupa hati. Pria terdekat saya pernah bilang beberapa hari lalu sama saya, bahwa semua sumber penyakit ada di hati. di bathin. karna itu bersihkan bathin kita dulu. gitu. saya sepakat. dan menyetujui kalimat itu.

Saya pernah sangat mencintai seseorang. Pria ya yang pasti, saya masih normal dalam hal ini. #hehehe. ya, saya mencintainya dengan segenap hati, dengan seluruh pikiran saya dan hidup saya. kemudian saya di kecewakan,disakiti sedemikian rupa, sampai berdarah dan mengabu. lalu bagaimana? saya cuma bisa bilang, Ini maunya Allah. maka saya harus jalanin.

Saya pernah sangat membenci seseorang. berniat membunuhnya jika ada kesempatan. atau menyakiti hatinya dengan banyak memberinya harapan kemudian saya tinggalkan. namun kadang saya justru yang sakit sendiri, saya yang nelangsa sendiri karna akhirnya benci itu membaur dengan kebingungan dan harapan. saya jadi tak tau mana yang benci mana yang dendam. akhirnya bagaimana? saya kembali ke Allah. Dia yang maha tau segalanya.

keduanya, baik sosok yang membenci maupun yang mencinta, saya anggap penyakit hati.

Saya inget banget, waktu itu saya diving di kiluan, Lampung. 2 hari di sana saya puasin diving, lihat terumbu karang, ikan-ikan yang berwarna, atau sekedar plankton yang aneh-aneh. Sehabis subuh di hari ketiga, saya ditarik oleh teman untuk ikut melihat lumba-lumba. sejak dua hari lalu, setiap pagi teman saya ini selalu menyempatkan diri melihat lumba-lumba. saya yang datang ke kiluan memang bertujuan diving, selalu malas menemaninya. tapi pagi ini, mendadak saya berangkat. saya ingin lihat langsung lumba-lumba itu dari jarak sedekat mungkin di laut lepas. Sampai di lokasi, saya melongo. lumba-lumba itu asyik saling saut dengan suara melengking. mengitari satu lumba-lumba yang saya pikir adalah rajanya. si Raja itu melengking kuat. menyayat. saya pikir, ini memang pertunjukan mereka, tapi ternyata tidak. lumba-lumba yang saya kira Raja itu ternyata tengah berkabung, anaknya mati. pantas lengkingannya paling keras dan menyayat hati. tau fakta itu, saya meleleh. rasanya ingin terjun bebas dan berenang kearah yang sedang berduka, memeluknya dan memberi kekuatan. tapi saya meringis, mendengar lengkingannya yang menyayat itu, saya lemas.

Lumba-lumba itu jelas lebih sakit dari siapapun saat itu. kehilangan yang dirasakannya pastilah amat menakutkan baginya. yang tadinya terbiasa ngasih kasih sayang, mendadak harus ditinggal mati. saya tau, meski dia binatang, tapi naluri sedihnya pasti tetap ada. dan pagi ini, saya tau, ketika saya merasakan hal yang sama, saya harus bisa lebih kuat dari lumba-lumba itu. karna apa? karna saya tau bahwa semua yang saya miliki sebenernya bukan punya saya, tapi punya Allah. giliran diminta sama yang punya, kenapa saya mesti sedih kan?

Saya pernah akan dikenalkan oleh sahabat baik saya pada seorang pianis muda. perempuan, cantik. sahabat saya berkali-kali bilang ingin mengenalkan saya, tapi saya malas-malasan. apa pentingnya bertemu pianis perempuan yang cantik? saya merasa tak tertarik. sampai suatu hari, saya memang dipertemukan langsung oleh Allah dengan pianis yang dimaksud. dan saya nyaris pingsan saking lemesnya. jika mendengar permainan pianonya, mungkin semua orang akan jatuh hati dan berlomba ingin menarik hatinya. tapi, saya menyaksikan live. Dia tak punya tangan. memainkan piano itu dengan jari kakiknya. saya, menangis sesenggukan. saya mendadak merasa kerdil, merasa bukan apa-apa.

Pianis itu, tak memiliki kedua tangan untuk melakukan hal yang paling dicintainya didunia, dia menggunakan kedua kakinya. saya? tak punya apa-apa untuk mencintai seseorang, kemudian menyerah begitu saja. kontras sekali perbedaan kami berdua. dia kuat hati, saya lemah hati. pagi ini saya mengingatnya lagi, kemudian bersyukur. saya merasakan kehilangan kemarin, dan hari ini saya langsung merasakan kekuatan lagi. ternyata saya tak kehilangan apapun. siapapun, bagaimana pun cintanya saya pada seseorang atau sesuatu, saya tak berhak merasa memiliki. saya juga bukan milik saya sendiri kan. Semua saya kembalikan pada Allah. sang maha memiliki.

pada akhirnya saya tau, saya memang harus sendirian untuk tau rasanya kuat.

Love.

Me.



Senin, 17 September 2012

Kiluan Island

Aku mengenalmu,
seperti bagaimana kau memelukku dengan segenap desiran ombak yang kau ciptakan ketika menghempas semua hidupku
seperti bagaimana kau mengikatku kencang bagai buih pasir yang kuinjak terasa seperti bantalan senja di raja ampat.
seperti bagaimana kau mengenalku saat menelusuri butir demi butir air yang senantiasa menemani tanpa syarat dan kemauan
seperi perkenalan itu sendiri.
aku mengenalmu, bahkan sebelum aku mengenal diriku sendiri.

Aku mengenangmu,
menyerupai kerinduan tak bernafaskan rasa gundah nan sejahtera.
menyerupai bagaimana kuhirup oksigen melalui scuba dan tabung yang membanduli punggungku
menyerupai terumbu karang yang begitu manja dan eksotis menarik mata untuk memandanginya terus
menyerupai kenangan itu sendiri.
aku mengenangmu, bahkan sebelum aku sempat meninggalkanmu.

Kau menggenang di pikiranku,
bahkan ketika aku tak mampu lagi mendekatimu, bukan karna lemah, tapi justru karna mencoba kuat
bahkan ketika bunyi ombakmu menarik hatiku kuat hingga berdetak serupa musik disco dengan beat cepat
bahkan ketika gambar-gambar mu terpampang jelas di monitor menyambutku bagai orang baru yang ingin cepat-cepat masuk dalam pelukanmu
bahkan ketika kau nyata tergenang di pelupuk mataku, menyaru menjadi lelehan tangis dan suka tak ter-ejawantahkan.
kau menggenang di pikiranku, seolah kubangan yang membanjiri otakku tanpa tersedot oksigen lagi.

Kau mengikatku.
ketika aku tak mampu lagi menopang berat bandul hidup yang dataran ciptakan dengan energi grafitasinya
ketika ternyata aku cengeng dan mendadak merasa lemah dibanding semua manusia yang ada di hadapanku
ketika nyatanya aku memang tak memiliki keberanian untuk berperang tanpa sambutanmu
ketika kau mengabaikan kehadiranku dengan angkuh melemahkan niatku
mengikatku kencang sejenak tanpa tali terikat sama kuatnya
kau mengikatku, bahwasannya aku gagal berpijak lebih lama di daratan.

hanya kau, lumba-lumba dan terumbu karang.
Kau, Kiluan yang berkilauan.



Kamis, 13 September 2012

Kepadamu.

Kepada suamiku kelak,
Betapa terasa lega setelah aku menemukanmu. sejauh perjalanan yang sudah aku tempuh, sejauh itulah aku berharap kau muncul di setiap episodenya. meskipun baru kini kau menampakkan diri, tapi aku tetap bersyukur. kau datang tepat waktu. kemunculanmu bukan saja membuatku bahagia, namun juga mengajarkan kesedihan, kesakitan. kau memberiku banyak hal untuk membungkus hidup dengan cara sempurna.

Kepadamu kelak imamku di dunia,
Bahwa kau adalah wakil Tuhan yang dikirim untuk menjadi pemimpinku, maka tak ada alasan bagiku untuk menolak semua perintahmu. tak ada keberanianku sedikitpun untuk membangkang aturanmu, atau sekedar menyelamu bicara. bukan karna aku lemah dan tak mampu, tapi justru karena aku sungguh tau kekuatanku sendiri, karna aku tau bahwa aku mampu diam hanya demi sebuah anggukan padamu. aku mampu mengikutimu, sejauh apapun kau mengajakku melangkah, seberat apapun jalan kau kau pilihkan untukku, dan sesulit apapun medan yang kau berikan. aku mampu, karna aku tau, kau satu-satunya orang yang wajib kuikuti.

Kepadamu yang akan menjaminku di akhirat kelak,
aku menghamba padamu, khusuk dalam bahtera yang kau ikat padaku, dan tak mungkin berpaling dari naunganmu, bukan karna aku tergila-gila dan jatuh cinta setengah mati padamu, tapi lebih karena kau adalah penopangku di hari kelak. lalu untuk apa aku berpaling, jika dengan menatapmu saja aku telah merasa cukup. dan untuk apa aku berlari darimu, jika dengan mengikutimu justru aku damai tak terhingga. kau, adalah alasan untuk aku percaya lagi, bahwa segalanya memang akan jadi indah.

Kepadamu yang akan menjadi ayah dari anak-anakku,
Berkali-kali telah kukatakan, anak adalah tempat dimana kelak kita akan berkaca. melihat diri kita sendiri dalam masa depan mereka. bagaimana kita mendidik dan mengajari mereka, maka seperti itulah kita. dan aku yakin padamu, bahwa kau, adalah ayah yang terbaik yang akan mereka punyai, bahwa kau adalah super hero mereka disaat mereka terjatuh nanti, dan kau adalah pria pertama yang akan mereka cintai tanpa alasan. engkau, kelak bukan lagi sekedar ayah bagi anak-anak kita, tapi sahabat, belahan jiwa mereka.

Kepadamu yang telah memilihku menjadi teman hidupku,
berjuta keping terimakasih mungkin tak pernah cukup untuk menyampaikan, betapa aku bahagia dengan ini semua. jadi yang terpilih, jadi yang kau pilih. aku berjanji, akan menemanimu bahkan jika kau sudah bosan denganku. akan tetap menghadirkan makanan kesukaanmu bahkan ketika kau sudah enggan memakannya. akan tetap menyiapkan handuk dan air hangat sepulang kau bekerja di luar rumah. akan tetap mendengarkan keluh kesahmu selelah apapun aku sendiri seharian ini. aku berjanji, janjiku diatas nama-Nya. bahwa kau, adalah alasan utama mengapa aku berdandan cantik setiap hari.

Kepadamu yang kupilih jadi mitra kerjaku dalam meraih Ridha Allah,
Tujuan hidupku surga. aku tak ingin munafik mengatakan dunia tak berarti untukku. tidak sayangku, dunia masih juga penting buatku. bahkan, aku mengaku kini, kadang, dunia justru jadi prioritasku. aku masih terlalu lemah hati, imanku kacau dan perangaiku buruk. maka aku memilihmu untuk mengingatkanku, maka aku menunjukmu dari sekian banyak kemungkinan pria lain yang Tuhan tawarkan. aku mempercayaimu, karna kau satu-satunya yang bisa mengaturku dengan baik. jadi aku mohon, biarkan aku percaya bahwa kau mampu. bahwa kau yang terhebat.

Kepadamu lelakiku.
Aku mencintaimu, Karena Allah.

Senin, 10 September 2012

Selasa Panas.

Selasa. Semoga kalian semua bahagia. Assalamualaikum.

Hari bahkan baru masuk setengah, tapi sudah dua perempuan menangis terisak di kalbu saya. Miris. Saya sampai gak lagi mampu mencerna, dunia ini serba menyakitkan, atau memang kita dilahirkan untuk sakit? itu pilihan ternyata. 

Sebut dia "Nice" ( bukan nama sebenarnya) sosok perempuan manis yang selalu mencoba jadi istri yang baik. Nice dan saya berteman lama, cukup lama untuk membuat saya mengerti mengapa sepagi ini dia nyaris membakar hari saya dengan amarah. Nice menelpon saya setelah subuh. Tepat sedetik sebelum saya kembali memejam. " Lo mesti tolongin gue" . itu kalimat pertama yang saya dengar dari dia. sontak saya duduk tegak, keluar kamar. suara nafas Nice terdengar naik turun menahan amarah. menahan kesakitannya. saya mendapati Nice terisak. mahfum saya tunggu kalimat selanjutnya. 

Nice adalah istri seorang pengusaha air minum. Cantik, lebih tua 7 tahun dari saya, cerdas dan memiliki kemampuan untuk menjerat lawan jenisnya hanya dengan kerlingan mata kucing nya. saya kenal Nice di acara amal sebuah stasiun televisi swasta tanah air. disitu, saya dan Nice dipasangkan dalam sebuah acara menyambangi rumah jompo. sejak saat itu kami sering ngobrol, hang out bareng, atau sekedar ngerujak di rumahnya yang lebih menyerupai puri ketimbang hunian manusia. 

Pagi tadi, Nice lumpuh. biduk rumah tangganya nyaris hancur hanya dalam hitungan detik. Nice yang merasa selama ini mengabdi dan menghamba pada suami jelas tak rela. saya paham ketakutannya. tapi tak paham kepanikannya. Suaminya, punya istri lagi. 

Nyaris lebih dari setengah jam saya diam mendengarkan Nice bicara meracau sambil terisak. saya gak tau dia ngomong apa aja, suaranya kabur tak jelas. yang saya tau beberapa kali Nice menyebut kalimat " Kurang apa gue?" saya masih diam. sampe di suatu titik saya dengar Nice menghujat suami dan istri mudanya. di titik itu saya angkat bicara, demi menyelamatkannya. karna saya menyayanginya. 

Istri adalah perhiasan suaminya. jadilah istri yang dapat dibanggakan. jadilah istri yang membuat mata suaminya terpaku tak mampu menatap perempuan lain. jadilah istri yang memberikan dedikasi terbaik. Dan ketika semua yang terbaik dari kita itu tak dapat balasan setimpal, maka bersyukurlah. Karna dengan begitu, minimal kita telah menyelamatkan surga kita sendiri. meski saya bukan istri yang seperti itu, tapi saya kelak akan berusaha seperti itu. Ini memang bukan perkara gampang, saya mungkin cuma bisa bicara tanpa bisa melakukannya, tapi percayalah, Tuhan, menitipkan kita pada suami untuk disayang. jadi jika sampai hati kita tersakiti, Tuhan pun akan murka. 

Ketika seorang suami memutuskan untuk menikah lagi, sebenarnya dia telah begitu menyayangi kita. telah dia berikan pintu gerbang surga terdekat tanpa hijab dan perhitungan apapun. syaratnya cuma satu : Ikhlas. tapi manusia, terlebih perempuan, yang hati dan pikiran kadang tak seimbang jelas susah ikhlas. maka dari itu terima lah. Hidup itu seperti di perkosa, ketika kita menolak paksaan itu, rasanya akan jauh lebih sakit. jadi, nikmatilah. berikan kontribusi dan jadilah peserta aktif. 

Dalam kasus Nice, saya jelas tak mungkin memberikan petuah diatas. Hatinya gundah, jiwanya tak tenang. advice semacam itu jelas akan makin membahayakan perasaannya juga hubungan persahabatan kami. tak mungkin saya pertaruhkan itu hanya karna saya berfikir tak awam. maka saya cuma bisa menghayati tangisannya, mencoba ikut prihatin. 

sebelum telpon ditutup, saya sempat mengingatkan Nice satu hal " Jika suamimu bukan sosok yang baik, tetaplah jadi istri yang baik. selamatkan surga mu sendiri." dua detik setelah kalimat saya berhenti, saya dengar nafas panjang tertahan. gemetar saya tau, Nice kembali menangis.

selang sejam setelah telpon Nice, saya didatangi teman. tergopoh-gopoh, nyaris tak berkompromi ketika saya bilang saya harus pergi. dia bahkan rela mengantar saya ke Jeruk purut demi bisa menumpahkan sebab musebabnya diserang kepanikan seperti itu.

" gue di jelek-jelekin di Grup." saya melongo. Pondok kopi- Jeruk purut saya ngakak. 

Namanya Fani ( bukan nama sebenarnya ) temen saya sejak kuliah. periang, heboh dan menarik. didekat Fani artinya tertawa. diradiusnya banyak hal lucu yang bisa kami tertawakan. hidupnya santai dan tanpa masalah. Biasanya, saya yang lari ke pelukannya, merengek dan minta ditenangkan. kali ini saya punya tugas berat. menenangkan gadis periang rasanya perlu kerja ekstra keras

Sepanjang perjalanan saya dengar Fani nyerocos bak petasan banting. cetar cetor tak berhenti. saya bahkan tak diberi kesempatan menyela barang sedetik. Fani emosional, sangat marah. saya sendiri makin masuk kedalam ceritanya, makin merasakan gejolak yang sama. Marah. 

beberapa orang di Grup FB nya menghujat Fani karna urusan "duit" saya gak tau darimana asalnya, tapi mendadak Fani jadi punya sangkutan dengan orang yang menghujatnya. yang lebih parah, orang itu ngajakin manusia sekampung buat ikut menghujat Fani. saya mikir, pasti ini yang ngehujat orang marketing deh. Jago bener mempengaruhi orang lain. heheheheeh

Saya heran deh ya, manusia sekarang itu kok hoby bener ya ngomongin kejelekan orang? lidahnya itu kayaknya lincah banget kalo udah ngomongin orang yang jelek-jelek. enteng, gak punya bandul. padahal kan, seharusnya kita melindungi saudara seiman ya? tapi ya sudahlah. toh bukan saya yang nanti nanggung panasnya bakaran di api neraka akan hujatan berlandaskan emosi itu. Saya inget deh, dulu saya pernah diceritain, Rasulullah itu menghujat kaum Yahudi yang menjebak kaumnya hingga kalah perang dengan Qunut setiap kali sholat fardhu. bayangin deh, manusia semulia Rasul, yang jelas dapet surga, dijamin tanpa perlu khawatir, tapi mau ngehujat aja medianya Qunut. lah kita? ebuset, surga masih jauh bung. malah makin di jauhin itu sih. Masya Allah. 

Baiklah. ini jatuhnya saya jadi ikutan ngejelekin orang ya? wahooohhhh. ini niatan saya tuh ngingetin temans semua. kalau masalah itu dateng nya dari diri sendiri. Nice, merasa terasing dengan perasaannya, marah dan kecewa, karna sejatinya Nice merasa memiliki suaminya. padahal, bahkan dirinya sendiripun milik Allah. kita nih kere dari lahir sampe mati. semua yang kita punya itu cuma pinjeman. kelak kalo yang punya minta kita balikin, harusnya kita balikin pinjeman itu utuh tanpa cela, lecet atau bahkan kurang. 

Sedangkan Fani, merasa heboh dengan hal baru yang membuatnya merasa tak nyaman, merasa kalah. padahal, seandainya dia tau, kita justru dijamin menang jika terus berada diagama Islam. agama kemenangan. maka gak perlu risau. semua yang menghujat akan dapat media sendiri untuk kembali dihujat dalam bentuk apapun. Allah baik sekali, jadi gak perlu takut kehilangan teman, jika kita yakin Allah selalu menemani kita. 

salam laper.

Kamis, 06 September 2012

Berpikir lewat pikiranmu.

Aku mencoba berpikir dengan pikiranmu
bahwa bulan merah jambu adalan bulan yang sedang jatuh cinta
dan bulan abu-abu adalah bulan yang kelabu

seperti ketika pikiranmu bertanya-tanya tentang sebuah kota yang terbentuk dari macet dan korupsi
dimana menteri-menteri tak pernah diganti
dan sang presiden terlampau mudah untuk merasa prihatin pada dirinya sendiri. 
untuk kemudian aku bertanya serupa dengan pikiranmu
apakah aku termasuk yang akan dipertahankan atau dilepas ? dibuang atau di biarkan dalam ruang yang masih ber-tema-kan 'seandainya'

aku mencoba berpikir dengan pikiranmu
pikiran yang menurut mu seperti rumah sakit bersalin.
selalu ada bayi yang lahir
puisi, lagu dan foto hasil tanganmu
juga pemberontakan-pemberontakan yang kau gunakan untuk menyakiti diri sendiri
seperti bayi merah yang minta kau dendangkan
aku merintih melihat kau kesakitan
karna selama ini,
aku ternyata berpikir dengan pikiranmu
pikiran yang aku tau hanya kugunakan sebagai rekreasi akhir pekan, pikiran mu
pikiran yang hanya bisa ku selipkan dalam gerakan maha pelan diatas segala kesyahduan milik kita

aku mencoba berpikir tentang pikiranmu
pikiran yang sempat melintas untuk selingkuh
seperti halnya penumpang pesawat yang phobia ketinggian
lalu mengabaikan petunjuk penyelamatan diri 
yang diperagakan oleh pramugari dengan main-main
pikiran yang rela jatuh saat itu juga untuk pikiranku
aku mendadak mulas,
menyadari terlampau banyak kau menyita waktu ku selama ini
hingga kebiasaan menjadi kabur maknanya

aku mencoba berpikir melalui pikiranmu
dimana aku pernah begitu mendominasi dan menjadi ditunggalkan
untuk kemudian ditanggalkan lalu ditinggalkan pemiliknya sendiri
aku mengerti,
kau.
aku.
dia.
dan kita.
sudah terlampau rumit melangkah. 

aku mencoba berfikir melintasi pikiranmu,
dan tertegun,
sudah sebegitu pentingkah aku untukmu? 
karna ternyata, aku telah menemukan dia yang menjadi begitu penting dalam pikiranku.


Senin, 03 September 2012

Just A Moment.

Assalamualaikum. Selamat siang.....

Beberapa hari ini banyak kejadian mampir di hidup saya. sebenernya kejadiannya cuma numpang lewat sih, sambil lalu dan mungkin malah gak penting. tapi gak tau kenapa, saya merasa kejadian-kejadian itu mempengaruhi proses hidup saya dari beberapa hari belakangan ini. dan saya ingin merangkumnya jadi satu. disini, di posingan kali ini. meskipun sebenernya, jujur saya agak takut kalian bosen bacanya. atau kalian malah bakalan ngangge saya lebay karna terlalu bernapsu untuk mengambil hikmah dari setiap kejadian. entahlah, yang jelas, apa yang ada didepan saya memang kadang saya perhatikan benar-benar. saya ingin setiap detik dalam hidup saya itu gak sia-sia.

Hari kamis minggu kemarin, saya nongkrong bareng pacar saya di Taman suropati. lagi asyik ngobrol mendadak saya di telpon seseorang. menceritakan masalah pribadinya. seorang perempuan, yang kewalahan menghadapi rasa sakit hatinya. gak mampu mengkoordinasikan hati dan pikirannya, kemudian gagal menyimpulkan solusi untuk permasalahannya, kemudian mengkambinghitamkan lelakinya atas ketak berdayaannya itu. saya marah. bingung tak tau harus berkomentar apa. saking bingungnya, saya sampe gak tau mesti mendefinisikan apa terhadap perasaan kali ini.


Ternyata lagi-lagi perempuan itu tak tersentuh peradaban. Sedih rasanya menyaksikan kaum saya begitu bodoh menghadapi dunia. Seharusnya, perempuan paham apa yang menjadi keinginannya. Seharusnya pula, dalam hal yang terabsurd sekalipun perempuan menyaksikan kehebatannya sendiri dalam kaca benggalanya. Perempuan itu, sudah tangguh sejak dalam kandungan.sejak Tuhan meniupkan roh pada janin dan kemudian memberi gender perempuan. saya marah. Merasa terhina sekaligus sedih. Tapi saya tak bisa memaki, tak bisa menghujat, apa lagi menangis. Apa rasanya coba? Merasakan berbagai emosi tapi tak mampu menghempaskannya.

Mungkin, hati dan perasaannya sakit. Ya jelas lah, perempuan kan menggunakan lebih dari separo hidupnya dengan perasaan. Jadi kalau kemudian hatinya sakit, karena terlampau cepat menghempas rasa sakit dan memberi label kambing hitam pada rasa sakitnya karna lelaki. Tapi? Ya sudah lah. Itu kan sudah suratan. Gimanapun, rasa sakit itu akan sembuh seiring dengan pemahamannya akan hidup. Tidak bisa tidak dipungkiri, waktu akan memberi jawaban dengan kenyataan yang sudah terbungkus rapi fakta yang tak akan mampu terjelaskan. Oleh siapapun. Itu hak veto Tuhan. sayangnya, tak semua manusia, juga perempuan memahami itu. Tapi kenapa? Kenapa saya begitu kesal ketika ada perempuan yang begitu bodoh menampakkan kelemahannya.

Dan lagi, kenapa kebodohan begitu mendominasi hidupnya hanya karena emosi. Lakukan apa yang bisa di lakukan. Tapi yang tak bisa dilakukan? Ya sudaaahhh !!!! tak perlu dilakukan. Jangan memaksa. Jangan membuat jadi kelihatan tak mampu berbuat lebih. Saya masih belum mengerti juga. Tetap tak memahami, bahwa pada dasarnya perempuan justru kuat dengan kelemahannya. Percaya sama saya, jangan pernah menyesal jadi perempuan.  jangan pernah membiarkan kelemahan itu menjadikan kita teraniaya sendiri.

Ada hal yang perlu di jawab !! apakah kita perlu memaki kondisi ketika pada akhirnya kapasitas kita sebagai perempuan tak memadai untuk menerima rasa sakit. Perempuan, pasti sakit jika di nomor sekiankan. Tapi mau apa? Ya sudaaahhh !!! gimanapun, perempuan memang di takdirkan lebih menggunakan hati ketimbang rasio. Dan lelaki, lebih menggunakan pikiran ketimbang perasaannya. keduanya sama-sama memiliki kans untuk sakit hati. Kita di ciptakan untuk tersakiti. Sadar tak sadar. Suka tak suka.

Persekutuan!!! Perempuan kadang mengalami persekutuan dengan iblis. Setan terjahanam yang mendiami perasaan perempuan.

Lalu bagaimana? Mesti apa lagi? Ya sudahlah. 

Saya sampe nyuekin pacar saya malem itu. saya sibuk berfikir, menelpon, ngobrol panjang dan mendiskusikan dari segi manapun atas masalah ini. kemudian bikin pacar saya ( mungkin) bete dengan sikap saya ini * maaf sayang* tapi saya emang begitu. saya gak mau mengendapkan pikiran, lantas membiarkannya gak berguna. apa yang ada di otak saya harus keluar saat itu juga. 

masalah di taman itu selesai dengan sendirinya. gimana gak selesai sendiri, wong itu sebenernya emang bukan masalah saya kok. itu masalah orang lain yang curhat sama saya. kadang saya mikir,sampe kapan saya bisa nyuekin hal-hal yang seharusnya bukan jadi urusan saya. ini kan sebenernya membuang waktu, tapi di sisi lain saya merasa berguna. yawes lah, ambiguitas pikiran ini cuma saya dan Tuhan aja yang ngerti. kalian gak perlu ikut pusing mikirin. 

Kemaren, lebih tepatnya hari minggu, saya jalan-jalan ( lagi) sama pacar. btw, kalian bosen gak sih kalo saya ngomongin pacar saya melulu? Gak boleh bosen ya, karna kelak laki-laki ini bakalan nemenin saya gak tau sampe kapan, sampe tulisan di blog saya ini muncul ratusan bahkan ribuan, mungkin dia masih bakalan tetep nemenin saya. jadi persiapkan mental kalian untuk sesering mungkin baca tulisan saya yang nyawel-nyawel dia. heheheheheeh

Oke, jadi kemaren ini saya jalan ke Masjid luar batang sama pacar. kebetulan rumahnya deket sama masjid itu. perhatikan kalimat saya baik-baik ya temans, jangan kalian pikir pembicaraan kali ini bentuk makar saya terhadap islam. serius, ini cuma pandangan. cuma pendapat dari pengetahuan saya yang masih dangkal tentang islam. jadi, kalo ada yang gak setuju, saya membuka diri untuk menerima kritikan. 

Saya dateng kesana, ramai. bentuk bangunan masjid itu beda sama masjid yang lain. bangunan utamanya, didalam dan megah. dingin, sejuk. khas udara masjid yang entah kenapa memang selalu adem. di depan bangunan utama, semacam altar. dan altar itu terbagi dua, in door dan outdoor. di ruang dalam altar, ada dua makam. satu dibuat menyerupai kubah besar dan satunya lebih kecil. makam besar itu, milik Habib Husen Al Idrus. yang konon adalah anak dari putri kesayangan Rasulullah SAW. makam kecilnya kabar milik muridnya. kedua makam iulah yang dikerubungi bak semut nemu gula. membuat gelombang yang makin besar, makin ramai. saya tercengang, apa yang mereka lakukan disini??

Saya dan pacar saya masuk, ambil air wudhu dan sholat di bangunan utama. jujur aja, saya takut sholat disitu. melihat gelombang besar yang memenuhi sekitar makam di altar masjid bikin saya bertanya, mereka datang ke masjid itu bukan untuk beribadah, tapi lebih karna mendatangi makam itu. niat awal mereka, saya takut bukan Lillahi ta'ala lagi. sebelum saya sholat berjamaah dengan pacar pun, saya memandangi mereka dulu. lebih karna berusaha memantapkan hati saya sendiri, bahwa saya datang kesini murni karna saya ingin sholat Dzuhur. tidak yang lain. 

setelah sholat dzuhur kami keliling masjid, saya bilang berkali-kali pada diri sendiri " kamu sedang rekreasi ami. bareng pacar" saya beneran takut, saya takut untuk tertarik berdoa didepan makam itu. saya takut, ada sedikit saja hati saya yang memohon tidak kepada-Nya. untunglah, setelah selesai keliling pacar saya ngajak ngopi. dan ngobrol kesana sini, bahkan tidak membicarakan makam itu lagi. saya bersyukur, pikiran saya dialihkan olehNya melalui laki-laki pilihan ini. heheheheh.

setelah ngopi, saya dan pacar kembali ambil air wudhu, sholat ashar. sengaja saya gak mau ikut jamaah maha besar itu. saya takut imamnya punya tendensi lain dalam mengimami sholat kami. disitu, saya lebih percaya diimami pacar saya ketimbang habib atau imam masjidnya sendiri. 

kelar sholat, Masya Allah. saya kaget bukan kepalang. saya gak tau mesti gimana. saya juga bingung mesti jawab apa atas banyaknya pertanyaan di benak saya. tapi yang jelas saya miris. karna saya bingung mau gimana cara menuliskannya,  karna saya gak tau apa yang sebenernya saya rasain.

mereka berkumpul didepan makam, berdengung bagai lebah. membaca surat yasin, membaca dzikir. saya jadi ingat puisi Gusmus : " katanya Allah maha mendengar, lalu kenapa setiap hari kau memanggil-manggil namanya melalui pengeras suara?" saya juga jadi inget kata Hadist yang bilang bahwa kita disarankan untuk memelankan suara ketika membaca Al qur'an atau berdzikir. mendadak, melihat kenyataan didepan saya, semua itu langsung mentah.

Satu-satunya yang saya takutkan adalah ketika saudara seagama saya duduk didepan makam itu, kemudian berharap sesuatu melalui makam itu. Berharap kepada selain Allah meskipun kecil tetap aja terhiung musryik. Saya mikirin, islam itu Rahmatan lil'alamin kok. jadi semua ber hak dengan persepsi masing-masing. tapi, musryik dimana-mana sama hukumannya. dan Allah paling benci dosa itu.

Segalanya cuma bisa saya diskusikan. saya sadar saya bukan siapapun, agama saya juga masih cetek banget. jadi saya cuma bisa menunggu, sambil mengikuti perkembangan yang ada. saya bersyukur, punya pacar yang ngerti gimana ngajarin saya bersikap.

Oke temans, mari kita sama-sama mengingatkan dan menyelamatkan akhirat kita. Karna konon kabarnya, masuk surga itu harus beramai-ramai. Jadi, yukk rame-rame masuk surga.  












Jumat, 31 Agustus 2012

Buku Putih I: Ideograf ( By : Ade Riyan Purnama )


“Ketika kau berhenti mencari dalam pencarian-pencarian yang kau cari, kau akan dapati yang kau cari”.

Hidup adalah pengembaraan. Pengembaraan menuju pertarungan dengan detik waktu dan detak denyut nadi yang kapan saja bisa berhenti. Dalam perjalannya kita akan bertemu pertigaan, perempatan atau bahkan simpang lima tanpa rambu berpetunjuk.

Mungkin pintu gerbang kedewasaan telah terbuka ketika kita mulai memikirkan arah hidup. Karena hidup adalah jejak langkah diatas pasir yang terbawa ombak dan ketika hamparan pasir itu tak berjejak, pasir itu akan ditapaki jejak-jejak langkah manusia berikutnya.

Pencarian adalah penantian malam sempurna. Seperti raja anjing yang mengaung di atas bukit tertinggi ketika bulan menjadi besar dan berubah menjadi warna merah. Dalam pencariannya manusia bisa berubah menjadi serigala buas di malam purnama dan dengan seketika anjing-anjing gunung yang berwarna putih berbaris dideretan lembah menyaksikan kesempurnaan manusia binatang yang menjadi liar. Dan setelah itu terjadi, matahari di pagi hari tidak tinggal diam, ia selalu menyerang dari ufuk timur dengan segenap cahayanya untuk memotong kuku-kuku serigala dan merontokkan taringnya karena di malam purnama manusia adalah pemangsa paling buas dari para pemangsa.

Alarm disampingku, mulai mengeluarkan bunyi. Itu bertanda hari sudah menjelang pagi pukul 05.30. Kemudian ibuku memberikan selimut dan mengusap sebagian rambutku mengisyaratkan aku harus segera tidur. Karena sudah menjadi kebiasaan setiap hari kelahiranku, ibu selalu mendongeng pukul 00.00 tepat pada malam bulan purnama.

Ibuku selalu bercerita tentang serigala dimalam hari ulang tahunku, tentang manusia yang menjelma menjadi binatang. Namun, aku selalu heran kepada ibuku. Kenapa ia tak pernah bercerita tentang proses sebelum manusia menjadi serigala. Padahal ketika aku membaca buku tentang malam purnama, serigala itu adalah pangeran yang sangat bijaksana kemudian diasingkan ditengah hutan karena dikhianati oleh penasehat  kerajaan yang mengirimkan perempuan cantik untuk menggodanya. Dan ketika pangeran jatuh cinta, perempuan cantik itu selalu mendongengkan malam-malam pangeran sebelum ia tertidur.

Dan tepat pada malam bulan purnama, perempuan cantik itu melepas pakaiannya setelah ia melihat sang pangeran tertidur. Ia mulai memeluk pangeran, memasuki semua tubuhnya kedalam selimut pangeran kemudian mengaitkan kakinya ke dalam kaki pangeran hingga yang terlihat hanya wajah dan bibir yang terus bercerita.

Kemudian tentara-tentara kerajaan masuk menyeret pangeran dari tidurnya dan perempuan cantik itu dengan khusuk berpura-pura tidak tau apa-apa dan perempuan cantik itu berjalan kecil memeluk pangeran seolah-olah semalam terjadi percumbuan yang menghasilkan kenikmatan madu.

Pangeran diarak mengelilingi kampung oleh tentara-tentara kerajaan. Seluruh rakyatnya mencaci, menghina bahkan meludah dan melempari batu ke arah wajah sang pangeran sebelum ia diasingkan. Ternyata dibalik semua itu adalah skenario sang penasehat kerajaan setelah sekian lama ia menginginkan tahta sang pangeran.

Dalam keterasingannya, sang pangeran marah atas pengkhianatan dari cinta yang tulus dan amanah kerajaan yang selama ini dijaganya. Ia temukan luka dalam kedalaman naluri karena  hati sudah tidak menjadi cerminan malam-malam pencarian. Mungkin hidup ini adalah teka-teki piramid yang dibuat fir’aun, ketika kekuatan menjadi trisula untuk menahlukkan rakyatnya dan meniduri setiap perempuan yang ingin ditidurinya.

Dalam keterasingannya pangeran hanya bercermin melihat wajahnya di danau di sebelah timur hutan. Setiap pagi ia menadah tetesan embun yang jatuh dari daun dengan kedua telapak tangannya dan meminumnya. Karena dari tetesan itu, ia merasakan dingin sebelum matahari melenyapkan tetesan-tetesan itu dan kembali mengering.

Ada ketulusan dari setiap persetubuhan dinginnya malam, seperti  tetesan embun yang dilahirkan pagi hari. Aku kemudian berlari memasuki hutan-hutan yang semakin rimba. Aku marah atas perlakuan perempuan yang aku cintai dan mengkhianatiku. Aku robek-robek bisa ular cobra, aku rontokkan taring buaya dan aku patahkan kaki harimau dan singa. Aku terus berlari menuju puncak gunung tertinggi menjelang malam. Karena malam adalah cahaya bagi para sufi dan mataku semakin liar menerjang apa yang ada dihadapanku. Dan ketika aku berada dipuncak dan bulan menyempurnakan malam purnama, aku menjelma menjadi serigala. Raja hutan diatas segala raja-raja hutan lainnya. Kemarahanku memuncak atas sebuah pengkhianatan dan hatiku terbakar oleh luka.

Aku terus berteriak hingga harimau dan singapun mengurungkan niatnya untuk melihatku. Aku terus berlari menyusuri lembah dan hutan untuk mencari petarung yang lebih tangguh untuk mengobati pesakitanku yang tak dapat terbalut. Aku mematahkan pohon-pohon besar hingga tumbang, aku menghancurkan batu yang menghalangiku dan teriakanku semakin hebat. Burung-burung pun terbangun dari lelapnya, mengepakkan sayapnya kearah yang lebih tinggi menunggu matahari menyadarkan aku dengan sinarnya.

Aku bagaikan api neraka yang berkobar, yang panasnya siap melahap siapa saja bagi yang ingkar. Aku haus akan kesejukan yang menghantarkan aku pada tidur-tidur yang lelap. Kemudian aku menceburkan diri kedalam danau yang dingin, aku cabik-cabik ikan yang ada didalamnya hingga danau itu menjadi merah.

Setelah danau menjadi merah, aku kembali kedaratan mendekati dahan-dahan pohon dan menunggu embun-embun pagi itu menetes sebelum kebuasanku berakhir. Aku memapah kedua telapak tanganku dari daun sampai  kedaun berikutnya dan meminum tetesan embun itu.

Tiba-tiba aku terbangun dengan berlalunya bulan purnama yang menjadikan aku serigala. Pengkhianatan adalah doa tumpukan jerami. Tidak ada pengkhianatan yang tidak disusun sebelumnya. Entah yang berkhianat atau dikhianati, ada kisah perjalanan jejak diatas pasir yang terbawa ombak.

Ada luka diantara janji, ada air mata diantara tanah basah. Ia berjalan menyusuri hutan dengan tergopoh dan masuk kedalam lumpur yang dalam hingga ia tak sanggung keluar. Ditengah ketidak berdayaannya, buaya yang lapar mencabik-cabik tubuhnya. Pangeran itu mati dalam ketidakberdayaan setelah pencarian buasnya berbalut dengan keikhlasan. Ia kembali dalam ketiadaan, menjadi ada. Karena keadaan adanya ada akan kembali ke tiada.

Ia hanya teringat dongeng perempuan yang menghantarkannya sebelum tidur. Dongeng itu menghantarkan aku menjadi serigala buas dengan marahnya dan cabikkan buaya inilah yang mengingatkan aku bahwa aku adalah tetap manusia yang bisa merasakan sakitnya dikhianati, dicintai atau bahkan didustai.  
Purnama..purnama...!

Aku terbangun mendegar panggilan ibuku yang memberi tanda bahwa hari sudah mulai siang. Dengan mengangkat buku malam purnama yang menutupi wajahku, aku mulai bangun dan menaruh buku itu di rak bukuku.

Ibuku memberi namaku Purnama. Entah apa yang terbesit dalam benaknya ketika memberi nama itu. Yang aku tau ibuku adalah salah satu penulis sastra. Penulis sastra yang sama sekali tidak terkenal. Penulis sastra yang harus bekerja kers terlebih dahulu untuk mengumpulkan uang dan  membayar percetakan untuk menerbitkan bukunya. Karena karya sastra ibuku tidak diterima dipenerbit manapun, makanya ia selalu menerbitkan secara indie. Terkadang ibuku pun sering menjual buku-buku karangan almarhum ayahku yang menjadi kado ulang tahunnya.

Terbitan buku pertama ibuku berjudul Purnama. Ia selalu mengatakan kepadaku, kau adalah buku. Buku yang menjadikan aku perempuan seutuhnya, buku yang selalu aku baca. Buku yang mengajarkan ibu arti biadab dan beradab. Kau adalah buku putih diantara coretan perjalan hidup dan kau menjadi sampul putih diantara gelapnya malam ketika bintang berada dalam kekosongan dan tak mengeluarkan kerlip.

Buku ibu terlahir karena buah pemikiran, perjalanan dan kegelisahan sedangkan kau anakku terlahir karena buah ketulusan.

Ibuku selalu bertanya, apakah kau sudah menuliskan kata demi kata disetiap kau ulang tahun. Karena kata ibuku, sebelum ayahku meninggal ia memberikan buku putih kepadaku. Entah apa yang diinginkan ayahku, waktu itu.

Akupun belum pernah bertemu dengan ayahku. Kata ibuku, ayahku meninggal ketika aku dalam kandungan delapan bulan.Menurut cerita ibuku,  ayahku  adalah sastrawan besar yang berhenti menulis setelah mendapat nobel sastra se Asia Tenggara dan bertemu dengan ibuku. Karena menurut ayahku, ibuku adalah puisi paling murni. Ia menemukan guratan keindahan setelah mengenal ibuku diatas kata-kata yang tak terbatas.

Tapi aku masih bingung, kenapa ayaku hanya meninggalkan buku putih saja kepadaku. Tanpa ada garis-garis untuk menulis seperti pada buku umumnya dan  buku putih tersebut didalamnya tak terdapat garis tepi. Hanya buku puith dan benar-benar putih.
Ibuku memintaku untuk menuliskan kisah hidup setiap ulang tahunku. Umurku kini 25 tahun, tetapi belum ada satu katapun yang aku tulis. Rasanya aku memang tidak berbakat untuk menjadi penulis walaupun kedua orangtuaku adalah penulis.

Aku bingung mau memulai dari mana tulisanku. Sebab menulis menurutku, bukan hanya ungkapan rasa. Ada jarak diantara pena dan buku putih yang kupunya. Menulis menurutku seperti memotong bawang merah yang diiris-iris menjadi bagian-bagian. Yang udaranya  bisa mengeluarkan air mata walaupun pisaunya tidak mengenai unjung telunjukku.

Coba kita bayangkan, ketika ada penulis menuliskan biography tentang kepedihan dalam perjalannya. Dan kemudian ia menuangkan dalam tulisannya. Ia harus mengulang rekaman jejak saat ia jatuh dalam luka, atau ketika ia putus asa dan hampir bunuh diri. Bagaimana kita mengingat-ingat kembali kesulitan dalam hidup, berharap bagi pembaca dapat mengambil manfaat dari apa yang dituliskannya. Itu pekerjaan yang menyakitkan.

Itu hal yang menyebalkan bagiku ketika aku harus mengingat-ingat hal yang tak kusukai. Aku baru ingat, ketika aku berumur tujuh tahun dan mulai masuk Sekolah kelas satu SD. Aku pernah menaruh permen karet dibangku ibu guruku. Kemudian setelah ibu guruku tau aku yang menaruh permen karet diatas bangkunya. Ia menggeledah tasku, mencari permen-permen karet yang belum aku kunyah sebelum aku menaruhnya di bangku-bangku yang lain.

 Ibu guruku tidak menemukan permen karet didalam tasku, ia hanya menemukan buku putih. Kemudian aku dikenakan sanksi untuk menuliskan, “AKU TIDAK AKAN MENARUH PERMEN KARET DI BANGKU SEKOLAH”. Aku membantah ibu guruku, aku lebih memilih bernyanyi balonku ada lima. Walaupun sebenarnya aku tidak punya balon satupun. Karena balon yang kubeli selalu aku tusukkan jarum untuk mengagetkan orang-orang disekelilingku.

Bayangkan ketika kita melakukan kesalahan kita akan dihukum untuk menulis kesalahan-kesalah kita dan berulang-ulang. Bukankah itu akan menimbulkan kita akan melakukan hal sama. Karena tulisan-tulisan tersebut akan tersimpan dan menjadi permanen dalam memori kita. Mungkin kalau aku tidak mengajukan hukuman menyanyi, sampai sekarang aku akan terus menerus menaruh permen karet di bangku sekolah. Karena menulis kesalahan dalam satu buku akan menimbulkan kita mengulanginya.

Kata ibu guruku, aku anak yang nakal. Namun, ibuku selalu membela. Bukankah anak kecil yang nakal adalah anak yang pintar. Anak kecil yang nakal adalah anak yang kreatif, mungkin hanya perlu bimbingan saja. Ia menaruh permen karet diatas bangku ibu guru karena mungkin ia tidak tahu dimana tempat sampah. Setelah ibu menunjukkan dimana cara membuang permen karet saya rasa ia akan lebih disiplin dari anak-anak yang lain.
Aku selalu senyum-senyum sendiri ketika ingat hal itu. Ibuku memang pintar berdalih. Ia dulu bintang teater pada jamannya. Jadi wajar ketika pola pikirnya agak terbalik dari perempuan-perempuan yang menempuh ilmu akademisnya yang hanya duduk dibangku kuliah saja.

Aku kemudian masuk ke dalam kamarku merogoh buku putih yang ada dalam tasku dan pulpen setelah selesai cuci muka ala koboi dikamar mandi. Aku menghampiri ibuku yang sedang melamun melihat sketsa lukisannya yang dibuat ayahku sambil memainkan biola putih kado yang diberikan ayahku sewaktu ibuku ulang tahun yang ke 23.

Aku duduk disebelahnya, meminta ibu untuk menceritakan kisah-kisah ayahku. Walaupun aku tau, disetiap pegulangan masa lalu ada luka yang akan terbuka. Namun aku siap, menuliskan semuanya. Karena “jejak langkah diatas pasir akan terbawa ombak dan ketika hamparan pasir itu tak berjejak, pasir itu akan ditapaki jejak-jejak langkah manusia berikutnya”.