Selasa, 21 Februari 2012

mereka cuma anak-anak

Waktu saya ngambil gambar diatas, saya cuma pengen lihat keceriaan mereka diabadikan dalam ingatan saya. saya gak pernah ada tendensi untuk menampilkan mereka di blog atau media online manapun.bagi saya, mereka cuma anak-anak. benar-benar cuma anak-anak. yang gak akan pernah bisa menjadi komoditas apapun yang sifatnya mengunungkan saya atau merugikan siapapun.sekali lagi, cuma anak-anak. dan kata ' cuma' yang saya pakai untuk mereka bukanlah 'cuma' dalamsebuah konotasi negatif, tapi 'cuma' dalam arti harafiah. kalian tau kawans, mereka benar-benar cuma anak-anak.

tapi tadi, saya iseng buka-buka file tentang anak-anak di laptop saya. foto ini tiba-tiba menarik perhatian saya. diantara banyak foto-foto lain yang saya simpan tentang anak-anak dari ujung negeri hingga ke ujungnya lagi. ini yang paling menarik perhatian saya. anak dan laut, komposisi yang bagi saya diluar batas verbal kemampuan berfikir kita. keduanya, harus kita hayati lebih dari sekedar dengan mata telanjang, tapi harus beralatkan hati. dan hati-hati, jangan sampai kalian terjebak dalam penghayatan lahiriah semata. mari ikut saya, menelusuru perjalanan menghayati foto diatas.

laut, sebuah media inspirasi yang maha dahsyat bukan? beberapa orang bahkan menjadikannya ajang merefresh hari-hari mereka, bahasa gaulnya : Refresing. ada bermacam-macam komponen yang mendukungnya. air yang tanpa batas, lalu datang bergelung-gelung ombak dengan suara keras dan digiring angin yang juga menampar-nampar kita, kemudian pasir yang seperti bantal empuk di kaki, pertunjukan live matahari langsung dari ufuknya, dan beberapa ornamen kecil yang menjadikan laut sempurna : kerang, keong, dan ubur-ubur. jika sudah begitu, saya rasanya tidak menginginkan apa-apa lagi.

setiap kali ditanya tentang filosofi kehidupan, saya akan selalu menyebut LAUT. saya ingin hidup seperti laut. bijaksana dan sangat welas asih. laut menampung segala air yang mengalir. dari manapun datangnya. entah itu air sungai yang jernih, air rawa yang hijau, atau air comberan yang kotor. laut senantiasa tak menolak mereka. ditampungnya ai-air itu, dan dijadikannya satu : ASIN. entah itu dari mana asalnya, bersih tidak kandungannya, tapi jika sudah masuk kedalam laut, semua air akan sama. tidak ada bersih-kotor, tidak ada bening-butek, tidak ada apapun. mereka yang datang dari segala penjuru akan bermuara menjadi satu rasa : ASIN. itulah laut. tak membeda.

anak-anak diatas, tidakkah kalian lihat betapa mereka sunggu sederhana. tanpa perasaan lainnya, yang ada hanya bermain, tersenyum. itulah anak-anak. tugas dan kewajibannya adalah tersenyum. kadang kita lupa, seorang anak adalah media kita untuk kehidupan di masa depan. anak-anak tak perlu dituntut menjadi pintar, mereka hanya perlu diberi waktu untuk diri mereka sendiri. dan Simsalabim, jadilah seorang anak yang berkarakter. lalu kenapa, masih saja kita repot-repot untuk menjadikan mereka juara di kelasnya, dengan les ini-itu dan dibekali skill begini begitu. lalu ditakut-takuti akan masa depan, bahwa jika mereka tidak pandai maka mereka hanya akan menjadi sampah di hari tua mereka. lalu mengapa kita harus repot dengan segala hal tersebut, sementara waktu bukanlah parang yang menjerat mereka dengan kencang. waktu sendiri sebuah kebebasan bagi mereka.biarkan anak-anak belajar dengan wajar. memilih masa depannya sendiri, dan bahagia dengan itu semua. bukankah mereka memiliki hidup mereka sendiri kelak. lalu apa lagi?

saya sering bingung, dalam setiap kesempatan para orang tua sibuk dengan membuat anaknya pintar. padahal saya percaya, anak sudah pintar dari sononya. mereka hanya perlu diberi kepercayaan bahwa mereka pintar, bahwa mereka hebat. bagaimana mungkin mereka bisa percaya bahwa mereka pintar dan hebat, jika setiap harinya orang tua selalu menakut-nakuti mereka dengan adanya idiom bodoh jika tak belajar, nakal jika tak menurut atau menjadi yang terbelakang jika tak berlari. sesungguhnya, tidak ada seorangpun yang menjadikan anak-anak kita bodoh, bahkan tidak juga diri mereka sendiri melainkan justru orang tua-nya lah yang telah tanpa sadar menjadikan anak-anak mereka bodoh, nakal, bandel dst. orang tua sibuk menakut-nakuti, bukan mengajari. sibuk dengan ancaman halusnya, bukan melindungi. jika anak melakukan kesalahan disekolah, lalu dilaporkan pada orang tuanya, mereka sibuk ikut memarahi karna merasa gagal mendidik dan bukannya membela. siapa sebenarnya kita? orang tua atau hakim agung yang selalu memberi keputasan hukuman bagi mereka. siapa kita?

lihatlah foto diatas sekali lagi, dan hayati. mereka cuma anak anak. sekali lagi, benar-benar cuma anak-anak.

Senin, 20 Februari 2012

KINASIH dan BEGRAS part. 14

Sepanjang perjalanan arah kampus, Begras melamun. Cara untuk memikirkan Kinasih dengan lebih intensif adalah melamun. Karna Begras tau, sudah 4 hari Kinasih tidak bisa di hubungi sama sekali. itulah gunanya melamun, Begras masih bisa memenuhi hatinya dengan Kinasih meski tak berbincang dengannya.

" kamu tuh beneran gak pernah ada waktu buat aku Begras. Hari-hari kamu penuh sama teman maya kamu Kinasih itu " Begras diam menunduk sambil mengaduk teh manis nya di kantin kampus siang itu. kalimat Fina serasa menancap didalam hatinya. dulu Begras sangat memuja Fina, selalu ada waktu untuk Fina. dan Kinasih telah merenggut itu semua. dengan menjadikan Begras budak selular. Sayangnya Begras lebih merasa nyaman dengan itu semua. Begras merasa mahal bila bersama Kinasih meskipun tidak nyata adanya.

" Sorry Fin. aku salah. sore ini kamu ada waktu? kita jalan yukk "

" gak bisa. Sore ini aku ada janji sama temen "

" mau kemana ? "

" makan malem "

" sama siapa?"

" rame-rame, Rinto ulang tahun. dia mau trakir. lumayan makan malem gratis. bisa irit biaya anak kost kayak aku "

Begras tergugu. makan malam gratis ternyata jadi kekuatan yang lebih besar dari ajakannya. Semurah itukah Begras dimata Fina? tidak lebih mahal dari sepiring nasi goreng dan juice apel? atau semangkuk bakso dan es jeruk manis? Begras ingat dahulu, saat Begras sakit di rumah. seluruh keluarga sedang pergi keluar kota. Begras menelphone Fina untuk minta dibelikan obat. tubuhnya nyaris tak mampu turun dari tempa tidur. Namun berkali-kali di telpon, Fina tak menjawab. akhirnya Begras menelphone apotek. selang beberapa waktu Begras baru tau, Fina tengah asyik berendam air hangat bersama kawan-kawannya. ngilu di dasar hati Begras mengetahui kenyataannya. Begras juga ingat kemarin, Begras jatuh dari motor dijalan, Fenomena nya sama, di rumah Begras tak ada seorangpun yang bisa dimintai Tolong. kakinya bengkak. Saat itu yang Begras butuhkan jauh lebih sederhana dari obat, yaitu air putih hangat. Begras haus. tapi tak mampu beranjak dari tempat tidur. dan ketika Begras menceritakan hal ini pada Kinasih, selang 10 menit ada orang tiba-tiba masuk kedalam rumah begras membawa 4 botol air mineral literan dan beberapa makanan. tertera tanda tangan Kinasih di nota pembelian. Begras diam. merasa berharga meski hanya air putih yang dia butuhkan.

Kini Begras harus menyadari, lebih mahal atau tidak dirinya bukan dari orang lain. Kinasih mengajarkannya untuk selalu bahagia. ada atau tidak orang yang membuatnya bahagia.

Begras kembali melamun. memampukan dirinya untuk tetap melamun.baginya melamun adalah sarana terbaik dalam mengolah rasa. melalum memang pekerjaan pemimpi, tapi Begras memang selalu ingin bermimpi. jarinya reflek menuliskan nama Kinasih di meja kantin. pelan dan hidmat. kesakralan yang agung. Kinasih bukan sekedar sebuah obrolan ringan di telpon, tapi oase yang mampu membuat Begras sadar akan keagungan dirinya sendiri. dan untuk hal itu Begras rela kehilangan. Fina sekalipun. detik itu Begras memahami, hatinya sudah terikat dengan materai milyaran rupiah pada Kinasih. ada atau tidak ada dirinya.

Minggu, 19 Februari 2012

KINASIH dan BEGRAS part. 13

Sudah empat kali putaran Kinasih mengitari kamarnya sendiri. Melirik jam dinding yang dirasanya melaju bagai siput menggendong samudra. bukan hanya lambat, tapi bahkan tak bergerak. matanya nanar bergantian menatap jarum jam dan penanggalan. " tiga menit lagi " bisik nya. spidol merah terhunus bak pisau tukang jagal. Ketika detik melaju, jarum menit dan jam bertumpuk di angka 12, Kinasih gesit menuju penanggalan. lalu menyilang salah satu tanggal dimana hari itu baru masuk sekitar semenit lalu. Jarum jam bergeser ke satu koordinat. dan tanda silang tebal sudah tegas terpatri di tanggal itu. 17 Oktober.

17 Oktober 1988 Kinasih lahir. 17 Oktober 1991 adik lelakinya lahir. hari ini, 17 Oktober 2011 baru masuk selama 2 jam. tapi Kinasih sudah pucat di dalam bak kamar mandinya. merendam seluruh tubuhnya sejak angka di jam itu menunjukkan tanggal yang dihindarinya. tanggal kelahirannya, dan adik lelakinya. Kinasih ingin cuci otak.

17 Oktober 2006, Kinasih memeluk Saputra erat di depan teman-temannya yang riuh berteriak menyanyikan lagu ulang tahun. Jarum jam menunjukkan angka 00.06 tapi bertubi-tubi hadian menumpuk di sudut ruangan. dan disudut matanya, ada air yang menunggu untuk jatuh di pipi. Kinasih tertidur lelap hingga pagi.

Kinasih terhenti di belokan tangga menuju ruang bawah rumahnya. Ayah dan ibunya sedang memeluk adiknya, Dani. saling mengucapkan doa. Kinasih terdiam. lalu kembali ke kamarnya. batal berangkat kuliah. rasanya, kelahiran bukanlah sebuah parade kebahagiaan disini. malam itu, Kinasih mendengar lantunan lagu selamat ulang tahun yang dinyanyikan ayah dan ibunya dari bawah. sayup-sayup lagu itu menusuk-nusuk telinganya hingga menembus kerongkongan dan turun ke hati. segala yang dia miliki rela ditukarkan dengan penyumbat berkualitas erbaik di dunia. Sejenak Kinasih ingin tuli. 

nyaris tengah malam, ibunya mengetuk pintu kamar. ketika mendapati Kinasih yang masih duduk di depan meja belajar, perempuan itu memeluk nya . mengucapkan kalimat "selamat ulang tahun " dengan berbisik. Kinasih merasakan punggungnya basah. hari akan masuk tanggal 18 Oktober 2006, dan ibu nya baru saja mengucapkan selamat ulang tahun dengan suara berbisik. akankah kelahiran bagi nya masih sebuah pesta pora? keduanya tak pernah resmi berpelukan, Kinasih bahkan tak menggerakkan tangannya sama sekali. 

17 Oktober 2011. disudut kamarnya Kinasih duduk memeluk lutut erat. seakan takut tubuhnya sendiri hancur seperti hatinya. Ritual tahunan itu selalu semakin menyakitkan setiap tahunnya. andai saja dia tak lahir di tanggal yang sama dengan adik lelakinya, andai saja dia tidak pernah ingat hari dan tanggal. andai saja dia tak pernah dilahirkan. 

17 Oktober 2008 pagi, saputra berteriak emosi didepan Kinasih yang hanya bisa mengangkat wajahnya tinggi agar tak turun air mata. mencoba tersenyum ditengah geraman keras Saputra yang sebenarnya adalah geramannya sendiri. kedua tangan Kinasih saling meremas satu sama lain, menguatkan agar tak terus menerus gemetar dan berkeringat dingin menahan sakit yang terus menusuk di hatinya. di tekannya dada agar mampu menghentikan gemuruh angin yang entah masuk dari lubang mana kedalam dadanya. sayang sekali, pagi di tanggal itu sepertinya seluruh organ tubuhnya sedang berkhianat bersama untuk tidak mematuhi perintahnya. matanya tetap mengeluarkan air, tangannya tetap bergetar, tubuhnya lungrah di makan linu di hati. 

" mereka merayakan ulang tahun adik mu besar-besaran, tapi tak memberimu ucapan selamat sama sekali? keterlaluan !!!" 

" Sapu, tahun ini Dani 17 tahun. jadi wajar aja ada perayaan besar "

" 17 tahun untuk adikmu, apa berarti larangan memberimu doa dan ucapan selamat ?"

Kinasih diam. tak memiliki jawaban apapun untuk mejawabnya. Sapu, sebenarnya aku tak butuh doa, tak butuh ucapan atau hadiah apapun . yang aku butuhkan hanya di panggil turun kebawah untuk dinyanyikan selamat ulang tahun dan di bolehkan meniup lilin diatas kue bersama Dani. apakah keinginan itu terlampau muluk? 

17 Oktober 2011. Kinasih menghitung detik demi detik di tanggal ini. menunggu berlalunya hari ini. makin Kinasih menghitung makin tau bahwa telah dirasakannya seluruh kesakitan bertahun. lalu gamang mengeluarkan mainan lilin listrik,menyalakan saklarnya. dengan suara lirih bergetar Kinasih menyanyi

" selamat ulang tahun. selamat ulang tahun. selamat ulang tahun Dani. semoga panjang umur "

Kinasih bahkan tak ingin menyayikan lagu itu untuk dirinya sendiri. 

Jumat, 17 Februari 2012

KINASIH dan BEGRAS part. 12

Ada kalanya kesendirian adalah teman yang sangat mengerti kebutuhan kita saat itu. Dan Kinasih telah berteman baik dengan kesendirian. Absurd mungkin, bagaimana bisa dengan sendiri Kinasih justru merasa lengkap. sebuah perasaan total yang kurang dipahami siapapun. Kinasih merelakan sebagian telinganya untuk menjadi penjamin kesendirian itu dengan mendengarkan beragam keluhan orang via internet. memahami masalah tiap-tiap orang, membantu menyelesaikannya. baginya, kehidupan tidak sebatas bertatap muka. Kinasih sudah lelah dengan segala macam jenis pertemuan.

siap itu jemari Kinasih sibuk menekan tuts-tuts dalam keyboard laptopnya. meracik kalimat solusi bagi permasalahan orang lain. suatu pertanyaan yang paling sering ditanyakan :


 " bagaimana saya bisa menjadi diri sendiri ditengan petunjuk yang begitu banyak dari orang tua saya ? tidak mengikuti petunjuk mereka dianggap tidak menghargai, mengikuti terkadang tidak sesuai dengan kata hati. apa yang harus saya lakukan mbak Kinasih ? "
- Maria -


Kinasih diam menatap layar laptop. kenapa manusia selalu berkutat dipermasalahan yang sama. bahkan terkadang permasalahan satu orang bisa jadi cerminan masalah orang lain. Kinasih ingat dirinya sendiri ketika berusia 16 tahun. Dirinya sendiripun pernah mempertanyakan hal yang sama dengan Maria. bagaimana mungkin seorang yang sangat mencintai lukisan harus berkuliah di jurusan tekhnik kimia dan berkutat dengan segala macam reaksi kimia bukannya cat warna dan kanvas? Kinasih tidak mengerti, mengapa dia harus berjuang bukan demi dirinya sendiri, tapi demi sebuah prestasi yang disebut berbakti pada orang tua. Bagaimana mungkin orang tua menuntut anaknya untuk berbakti dengan menekankan pentingnya belajar kimia? Kinasih selalu bertanya, dan selalu mendapat cibiran dari semua orang. Dari saudaranya, adiknya, kakaknya, sepupunya, tetangganya, budenya, om nya, tantenya. semuanya. bagi mereka tidak akan ada salahnya kuliah dimanapun, bahkan saudara sepupu sepermainannya sejak kecil dengan enteng menjawab " ah, aku kuliahnya di pertanian toh sekarang jadi pegawai Bank. apa masalahnya ? " Masalah besar sister. Itu masalah besar buatku. bahwa dengan kamu bekerja di bank sementara notabene kamu kuliah di pertanian, menunjukkan bahwa kamu tidak memiliki keyakinan akan diri kamu sendiri. kepribadian yang menyerah untuk mengikuti hidup dan tidak dapat mengaturnya sebagai diri sendiri. aku menolak keras nasibku seperti kamu. dan sejak perbincangan itu, Kinasih malas bertanya. baginya bertanya pada mereka yang tidak memiliki hidup sama saja bertanya dengan benda usang. Kinasih pun marah. menghujat. sayangnya,kelakuan itu justru membuat Kinasih dimusuhi sana-sini. kegiatan melawan arusnya menjadi pertentangan semua pihak. dan semuanya menjadikan Kinasih contoh buruk : seorang durhaka dan pembangkang. pedas. 

" bersyukurlah kamu masih bisa diberi keyakinan bahwa petunjuk mereka tidak senada dengan kata hati kamu. banyak orang yang hanya mengikuti petunjuk tanpa tau arah dan tujuan hidupnya. lalu untuk apa mereka mengikuti petunjuk-petunjuk itu? hanya untuk mengikuti etika setempat. agar dianggap bermoral dan berbakti. HB Jassin pasti menangis di alam sana jika tau anak cucunya seenaknya sendiri membuat definisi baru tentang berbakti dan bermoral. Maka sebaiknya kamu yakin, teguh akan diri kamu sendiri. mengikuti kata hati adalah hal yang sering disarankan oleh para konselor dan psikolog, tapi paling sering tidak dilakukan oleh sebagian orang. Kemudian bersabarlah, Karna hanya dengan begitu kamu akan semakin mengenal diri kamu sendiri . Regrads : Kinasih "

Kinasih meringis miris. hanya itu yang bisa dia sarankan. Bahwa kenyataan pahit yang dialaminya telah memberi banyak pelajaran untuk tidak memaksakan diri berbuat sekehendak hatinya. Bahwa menjadi pelukis adalah cita-citanya, bukan cita-cita keluarganya. dan Kinasih sebagai warga keluarga yang baik harus mengikuti etika yang diberlakukan dikeluarga itu. Jika tidak,maka jangan harap kamu akan dilihat sebagai suatu pribadi yang utuh. Kamu hanya akan menjadi hatu yang tidak menjejak tanah di tengah keharmonisan keluarga dengan keteraturan yang sudah berlaku secara turun temurun. Kinasih memeluk guling sambil terus melihat berbagai macam pertanyaan yang mampir di webnya.menjawab satu persatu dan kembali mempertanyakan pada dirinya sendiri. sudahkan dia yakin atas apa yang dilakukannya kini? Kinasih meringis memainkan ujung kain gulingnya. Pikirannya meracau jauh ke masalalu.

" kalau kamu sudah gak mau papa atur, ya sudah. hidup sendiri sana, tapi awas!!! jangan pernah meminta bantuan papa jika suatu hari kamu mendapat masalah "

Kinasih duduk tegak.apa ini ?pasar malam peringatan tujuh belas Agustus. Dimana semuanya wajib hadir dan bahagia sementara hatinya terus bergolak mempertanyakan kemerdekaannya sendiri? bukankah itu sama ibaratnya dengan seorang istri yang menginginkan dirinya hamil tapi tak pernah luput mengkonsumsi microgynon? bagaimana mungkin dia bisa hidup dengan kondisi serba dilematis begitu. bagaimana mungkin dia harus mengikuti semua aturan yang tidak sesuai dengan pemahamannya tentang hidup hanya karna takut tidak dibantu jika memiliki masalah kelak. Kinanti merasa menjadi mahluk imbisil. 

akhirnya Kinasih menutup laptop. kemudian duduk didepan tanaman anggreknya. menyesapi bahwa kehidupan akan selalu memiliki hak yang paling hakiki. dan Kinasih tau, dirinya bukan milik siapapun. dia adalah milik sang maha agung. lembaranpun ditutup. Kinasih lelah.

Kamis, 16 Februari 2012

KINASIH dan BEGRAS part. 11

Begras berdiri mematung. sudah nyaris sepuluh jam Kinasih tidak mengangkat telponnya. dan nyaris sepuluh jam pula Begras rela memberikan sebelah telinganya hanya unuk sebuah dering di telepon genggamnya. terakhir Kinasih menelpon, hanya bilang akan mengganti nomer Hp karna keberadaannya telah terlacak Saputra, sang mantan pacar yang tempo hari pernah jadi bahan obrolan mereka. Yang artinya pula, ada indikasi Kinasih telah bertemu Saputra belum lama ini, dan indikasi itu mengarah pada ketepatan serta keakuratan. ada kalanya Begras merasa konyol, bertemu bahkan belum,mengetahui wajahnya saja tidak, namun hatinya seperti belepotan darah ketika mengetahui ada yang tidak beres dengan Kinasih. Apakah terlalu amoral perasaannya ini?

berkali-kali layar ponsel itu diusapnya. belum juga ada sms atau telepon masuk. Begras menutup pintu kamar pelan. sepelan perasaannya yang mulai tidak berdenyut lagi.lemah.mungkin sekarang adalah saat kehancuran komunikasi menjadi ajang bunuh diri massal.

jarum jam mulai bergerak secepat kuda pacu. melesat bak tercambuk jalinan belati. tanpa ampun atau kompromi. detiknya tak melambat setatap matapun. kini mulai merangkak di angka 3 dini hari. jarum itu laksana pedang samurai yang mencacah harga diri Begras. mencacah keberadaannya karna dia rela diabaikan

Begras malas mengambil handuk pagi itu. malas mandi malas membersihkan diri. Begras tak ingin ada satu titik debu yang menghilang dari tubuhnya kini.betapa Kinasih memberikan rasa sepi yang begitu nyata tanpa telepon darinya. bahkan untuk itu, Begras rela tubuhnya tertempeli kotoran biawak andai itu harga yang harus jadi pengganti pendengarannya akan suara Kinasih. sayanganya, Biawak sedang tak ingin mengotori manusia manapun termasuk Begras, maka tak ada pula suara Kinasih di pendengarannya. pagi itu merayap seperti ular, yang siap memangsa jika targetnya terlalu lamban. Begras adalah target buruan selanjutnya. jangan lengah.

siang hari, rayapan ular makin mendekati serigala. mengaum tanpa kenal matahari, padahal diluar sana matahari seterang matanya. dan matanya adalah sang pecinta yang putus asa. tetap tak ada telepon dari Kinasih. Begras ingin menyerahkan diri pada siapapun kini. rasanya menjadi anomali ketika harus bertatapan dengan layar ponsel tanpa nama yang mengudara di dalamnya.Kinasih seperti tak terjangkau,meski mereka baru saja tidak berkomunikasi selama 26 jam. jika sajabunuh diri bukan dosa besar, Begras sudah memotong lehernya untuk dijadikan tumbal atau mangsa serigala kelaparan. Modusnya sederhana : sebuah penantian akan telepon dari seorang Kinasih. begitu mudah.

hingga sore hari, Begras masih tetap belum memotong lehernya. sebentuk rasa rindu mulai berkenalan kini. Tak ada lagi amarah. hanya perasaan ingin mendengar suara ' hallo ' atau ' hai' sedetik saja.sayangnya, kebesaran dua kata itu bak sutera di tanah etiopia.mustahil dan sangat sulit. Begras makin menikmati, perasaan ingin mati. Kiamat kecilnya.

malamnya,Begras terduduk di pinggir tempat tidurnya.menyesapi setiap sms Kinasih yang pernah mampir ke Hp nya. apakah Kinasih merasakan hal yang sama setiap kali ponselnya mengedipkan nama Begras disana?seperti ada jutaan mercon yang berteriak di otaknya,minta diledakkan. Begras beringsut mematik api.menatap terangnya. ingin membakar rumah, sayangnya sudah tak butuh api untuk kegiatan bakar membakar kini. cukup dengan hatinya, Begras yakin sudah bisa membakar seluruh dunia. cukup dengan hatinya yang berkobar.

Kinasih masih tak ada kabar. dan Begras sudah ingin menelan seribu pil untuk menghilangkan ingatan.

ma.....

ma............
bukan kah seringkali kubilang bahwa aku sangat mencintaimu
melalui panasnya mataku saat menatapmu
bukankah seringkali kubilang bahwa engkau adalah matahari yang kerap membangunkanku di pagi hari
melalui berbagai macam caraku sendiri
apa harus dengan kalimat ma?
apa cintaku padamu harus terdikotomi dengan sebutan awam tentang cinta itu sendiri?
tidak ma
cintaku tidak sama, 
maka jangan biarkan cintaku biasa 

ma.............
bukankah kau sangat mengerti siapa aku sebenarnya
tentang bagaimana watak dan keinginan terbesarku tentangmu
sungguh ma, 
aku mencintaimu lebih dari yang engkau tau
meski kerap kali aku menyakiti hatimu
itu hanya karna aku tak mengerti cara yang paling tepat untuk mengungkapkan padamu
ah, mengapa kau masih saja tak mengerti ma, 
bahwa engkau adalah perempuan terbaik dan terhebat dalam hidupku
engkaulah inspirasiku ma.

ma..............
mencintaimu tanpa harus engkau memahami adalah sebagaian dari naskahku
maka akupun diam saja ketika engkau menangis tersedu tatkala mengecapku sebagai anak nakal
hanya semata aku tak ingin engkau kecewa pada penilaianmu yang salah tentangku
aku mencintaimu ma,
karna engkaulah yang menjadikanku seorang perempuan kuat
karna engkaulah matahari ku ma..

ma,,,,
ini rahasia terbesarku yang hanya ingin ku sebut padamu
bahwa dalam hidupku aku telah mencintai dua perempuan sama kuatnya
engkau dan anak perempuanku satu-satunya
tak peduli semua orang mengatakan hal lain tentangku
aku mencintaimu ma,
sungguh.

Rabu, 15 Februari 2012

lihat, kejar dan tangkap !!!

Selamat pagi. saya tau masih terlampau pagi untuk berkoar-koar disini. tapi pagi buat saya adalah segala semangat yang menggebu-gebu . pagi senantiasa memberi saya harapan baru untuk terus berani menatap hari ini. saya, selalu bahagia jika malam hari, karna dengan begitu saya akan semakin mendekati pagi meskipun saya harus melewati malam gelap yang dingin dan panjang.

sepagi ini saya mendapatkan hal yang sangat berbeda. hal yang menyakitkan namun membangkitkan semangat. jadi, daripada saya ingat sakitnya mending saya ambil semangatnya untuk bisa saya bagikan bersama kalian semua. dalam setiap kesempatan dengan berbagai macam ide yang muncul dalam benak kita, pikiran waktu dan hidup kita hanya bisa menampung dan melaksanakan satu ide saja. karna itu, lebih baik kita fokus dan jadikan satu ide tersebut positif.

impian, saya seringkali bilang sama kalian semua disini, di blog ini bahwa saya memiliki impian yang sangat besar. saya berani menatap impian saya meski dengan banyak cibiran dan tidak percaya dari banyak orang. buat saya, impian adalah cibiran-cibiran sinis tersebut. impian adalah batu terjal yang menghalangi saya, impian adalah rasa pesimisme dari orang lain pada saya, impian adalah hinaan dan cercaan. yah, karna berbagai macam hal buruk tersebut, maka dia bisa menjadi impian. Impian bukanlah hal-hal yang mengandung unsur keindahan semata. impian adalah kotor, bau,menjijikan dan menyakitkan. itulah impian. dan dengan kenyataan ini, saya masih tetap yakin untuk selalu bermimpi. bagaimana dengan kalian ?

dibalik tangis bayi yang lucu dan menggemaskan, ada peluh keringat, darah dan teriakan kesakitan ibunya. dibalik kepak sayap kupu-kupu yang cantik ada kepompong dan ulat yang menjijikkan. di balik buah yang manis dan menyegarkan, ada pupuk yang terbuat dari kotoran ternak untuk menyuburkannya. yah,begitulah. dibalik segala hal yang indah itu, ada begitu banyak hal-hal yang menjijikkan untuknya. karna hal itulah, maka dia layak untukdisebut impian. tapi jangan repot-repot untuk menangkis kesakitan tersebut. kita hanya perlu untuk selalu percaya,bahwa suatu hari kita akan melalui kesakitan-kesakitan itu. kita akan menggendong bayi setelah berteriak dan berdarah, kita akan mengepakkan sayap setelah bermetamorfosa menjadi kupu-kupu, dan kita akan memakan buah yang manis setelah kita mau bercampur dengan pupuk kotoran ternak ditangan. kita akan mendapatkan semua itu, setelah kita melaluinya dengan tetap percaya. Ada kekuatan besar yang senantiasa akan menyelamatkan kita dari keputus asaan. Tuhan.

lalu bagaimana jika ternyata kita merasa tidak kuat untuk melewati hal-hal menyakitkan tersebut? hanya perlu istirahat. menghela nafas. dan melihat keatas. merasakan bau orang-orang yang lebih dulu sukses diatas kita. hidup tidak akan lebih mudah di setiap detiknya. tapi kita akan mempermudah hidup jika kita memandang dari sisi yang lebih mudah. yaitu sebuah perjalanan. bayangkan kawans, jika kita terjebak badai di kilometer tertentu, lalu kita diam ditempat. menyerah untuk tidak melawan pada badai tersebut, maka selamanya kita akan berada di radius badai itu. maka apa yang harus kita lakukan, Pergi. terus berjalan, meskipun harus kita lawan badai hingga berdarah-darah. keluar dari badai dan jadilah pemenang.

saya tau, saya bukan orang yang tepat untuk bicara masalah meraih impian. karna sampai sekarangpun saya masih bermimpi. mungkin tujuan saya sendiri menulis ini semua bukan untuk menyemangati kalian, tapi justru menyemangati diri saya sendiri. tapi apa itu salah? apa haram untuk bisa menjadikan impian itu kenyataan? apa salah tetap teguh pada impian sementara kita sudah berdarah-darah dalam tingkat pencapaiannya? lalu mundur begitu saja setelah kita luka terkoyak sana sini? jika kita menemukan jalan buntu, kita sibuk mencari jalan lain di kanan, kiri atau balik ke belakang. kita lupa masih ada satu sisi yang tak tergapai karna terlalu mustahil untuk kita tempuh : atas. yah, jalur atas. mungkin benar, kita bisa berbalik jika menemui kebuntuan untuk kembali memulai semua dari awal. namun apa iya, kita akan selalu menjadi orang yang tidak kemana-mana.selalu kembali ke titik awal dan begitu seterusnya hingga kiamat? pilihan ada ditangan kita sendiri. pilihan beserta resikonya. dan resiko bukanlah musuh terbesar, tapi justru teman yang setia. akan selalu mengikuti kemanapun kita pergi. maka jadikanlah resiko sahabat, kawan berbagi.

siapapun orangnya yang mencibir dan menganggap mustahil akan pencapaian impian kita adalah pupuk bagi buah kita yang manis. maka carilah banyak-banyak pupuk untuk menyuburkan pertumbuhan buah kita. niscaya, cibiran itu tidak lagi menyakitkan bagi kalian, tapi justru menumbuhkan semangat.dan pesimisme mereka untuk kita adalah gelombang insulin dalam darah bagi para penderita diabetes. jangan berkecil hati, karna sesungguhnya kita memiliki banyak kesanggupan untuk terus berjalan menapaki setiap tangga yang membawa kita pada impian yang sesungguhnya.

disini saya tidak menjual mimpi, tapi saya yakin seandainya pun impian bisa dijadikan dagangan maka hanya orang-orang yang memiliki jiwa petarung yang bisa membelinya.karna impian tidak seharga rupiah, tapi peluh keringat dan tetes demi tetes keyakinanlah yang harus kita bayarkan untuk menebusnya.jadi, janganlah takut untuk bermimpi. kecuali pagi sudah tidak ada lagi cahaya dan nafas kalian sudah habis tersisa di kerongkongan. untuk menjadi bahagia, kita hanya perlu melewati rintangan dan mendapati impian kita sudah menanti didepan mata.selamat mencoba.

KINASIH dan BEGRAS part. 10

Pagi itu memang panas, tapi Kinasih perlu sepuluh jaket tebal untuk menghilangkan rasa dingin di hatinya. Kinasih memerlukan berjuta pelengkap yang akan membuat dia semakin banyak mencari. Seperti saat ini, Kinasih memulai ritual paginya dengan membuka buku-buku usang miliknya. memilih bacaan apa saja yang akan dibacanya ( lagi ) hari ini. Lalu mengambil handuk, mandi, sarapan pagi, dan langsung memilih posisi santai di depan kebun kecil rumahnya.posisi yang menurut Kinasih sangat strategis untuk mengintip anak-anak sekolah yang berangkat terlambat atau justru memang membolos berdesakan di halte depan rumahnya. Lalu senyum-senyum sendiri menatap mata para pelajar yang penuh dengan nyala semangat. Kinasih mengingat-ingat lagi, kapan terakhir kalinya dia memiliki pancaran semangat itu?

Sudah nyaris tiga tahun ini hidupnya sempurna. setidaknya minimal definisi berdiri dan menjejak tanah telah dia dapatkan dalam kurun 3 tahun ini. Kinasih tidak mengenal siapapun di lingkungannya selain ketua RT dan RW yang dengan senang hati membuatnya terlapisi keamanan ketat di lingkungan itu. Kinasih juga tidak memiliki aktivitas terikat apapun dengan siapapun, kegiatan sehari-harinya hanyalah menyapa para penanya yang setia mampir di web nya, lalu mengalirlah rupiah ke rekening pribadinya setiap kali orang di belahan dunia entah mana menekan satu kali klik pada web miliknya. Kinasih memuaskan hasrat membaca novelnya yang selama berpulu tahun terhisap oleh kewajiban membaca buku pelajaran demi mendongkrak nilai sekolah agar dapat dibanggakan orang tuanya pada arisan keluarga di hari minggu. namun Kinasih lupa, bahwa sejatinya, dia justru kehilangan sesuatu yang sangat berharga bagi dirinya selama ini. sesuatu yang dia sadari telah hilang, dan disadarinya pula tak akan pernah dapat didapatkannya lagi. Kinasih kehilangan, tanpa sempat mencecapnya selama memiliki.

dari semua kebiasaannya itu, ada satu kebiasaan yang paling Kinasih sukai. Yaitu belanja pagi ke pasar tradisional. Kinasih mencintai tanah becek yang menempel di sandal japitnya, juga mencintai bau-bau menyengat di tengah tukang daging, atau bahkan mencintai suara teriakan cempreng ibu penjual bawang merah di los tengah pasar. tapi pagi ini, rasa cinta pada hal-hal tersebut mendadak tereliminasi oleh rasa yang jauh lebih dahsyat. lebih besar. Di depannya, seorang pria bercelana pendek cokelat dengan menenteng kresek belanjaannya memandang Kinasih lekat. seperti pisau daging yang siap mencacah mata Kinasih. Keduanya diam, saling bicara dari tatapan matanya, tanpa perlu berkata-kata. tanpa perlu satu suara. bahkan tanpa satu aksarapun meluncur di bibir mereka. diam. 

Kinasih menunduk mengaduk delas cendol yang sudah teraduk dengan kompisisi sempurna. Saputra menatapnya lama. gemas, marah, tapi rindu. 

" oke, mengheningkan cipta selesai " Saputra makin tak sabar dengan kondisi saling diam ini. Kinasih bahkan tak memandang matanya sama-sekali. 

" kamu ngapain disini ? " oh, Damn. dari sekian banyak pertanyaan, kenapa pertanyaan bodoh itu yang justru aku pilih untuk sebuah awal pembicaraan. Kinasih mengumpat. Saputra mengangkat kresek berisi belanjaan sebagai jawabannya. 

" Kamu, aku gak liat kamu belanja apa-apa ?"

" aku memang gak mau belanja kok ? "

" terus mau ngapain? "

" cuma jalan aja" Saputra mengangguk mahfum. didepannya ini perempuan yang sangat menyukai hal remeh. Kinasih Larasati, pacarnya yang sampai sekarang masih berstatus pacar tapi tiba-tiba menghilang dari peredaran selama lebih dari 4 tahun. dan keduanya bertemu di sebuah pasar tradisional kumuh di ibu kota, untuk sekedar membicarakan ' kamu ngapain disini '. sebuah hal yang menurutnya amat tidak rasional, tapi justru sangat masuk akal. Saputra mengusap wajahnya. berharap setelah membuka usapannya itu, dia kembali menemukan Kinasih yang ceria dan banyak kata. 

" kamu tinggal di sekitar sini ? " Kinasih akhirnya menemukan kalimat tanya yang pas. saputra menggeleng. 

" di daerah Bintaro "

" Bintaro? trus ngapain kamu belanja pagi disini ? " Kinasih memutar bola matanya jenaka. nyaris sama seperti dulu. tapi sayangnya, Saputra tidak mendapati bola mata yang sama lagi. tatapan berisikan semangat sudah nyaris hilang di kerlingannya.

" aku sering kesini memang kok. Wortel disini bagus. seger-seger "

" bisa bikin kamu jadi ngeliat warna baju dalem bule radius 10 kilo? " saputra terbahak. Kinasih bangga masih bisa membohongi saputra dengan guyonan khas jaman kuliahnya dulu. sayangnya, Saputra tau Kinasih hanya mengulang masa kejayaan jaman kuliah, tanpa menggunakan semangatnya.

" Kin, kamu banyak berubah " 

" jadi apa? Ranger Pink ? "

" serius Kin "

Kinasih menekuk muka mendekati piring makannya. Saputra makin penasaran. Banyak hal yang pasti terlewati olehnya selama 4 tahun menghilangnya perempuan unik ini. Kinasih mneyadari dia berhadapan dengan pria yang mengenal dirinya jauh lebih dalam dari pada dia sendiri. Kinasih tau, ada moncong senjata di depan matanya tiap kali menyadari Kinasih mencoba menipunya dengan kerlingan jenaka jaman dulu. Kinasih tau, sangat tau. sayangnya, Kinasih tak tau harus melakukan apa lagi didepan Saputra hari ini. 

" aku ada kerjaan. kapan-kapan kita ngobrol-ngobrol lagi yah " Kinasih ingin melesat secepat cahaya. Saputra yang telah menduga reaksi Kinasih lebih tangkas dari detektif manapun. ikut berdiri dan menguntit kemana Kinasih berjalan. Bagai dua orang yang terkait lem madu, mereka berjalan beriringan. Kinasih seperti terkena diabetes begitu menyadari Saputra tidak akan begitu saja melepaskan pertemuan kali ini. Maka, demi menyelamatkan alamat tempat tinggalnya, Kinasih terpaksa duduk di pinggiran pos satpam dekat pasar. Saputra berdiri didepannya.

" Kin, kita harus bicara. setidaknya aku harus tau tempat tinggalmu, atau nomer hp mu. " Kinasih menggeleng tegas. tidak akan ada satupun manusia dari masalalunya menghalangi kebebasannya kini. tidak akan ada debu masalalu sedikitpun di kisah hidupnya kini. keputusan harus dibuat. mau tak mau. suka tak suka. 

" sapu, maaf... " Kinasih mengambil ancang-ancang lari. Saputra lebih sigap. menangkap tangan Kinasih dan menggenggamnya erat. Umpan telah tergigit ikan. Kinasih tersenyum menerima reaksi naif saputra.  " tolong, saya mau diperkosa" teriakan Kinasih sontak membuat semua orang yang ada disekitar pos satpam kalap, kebudayaan yang membuat Kinasih tau bahwa cukup dengan satu teriakan dan bukti kecil, masyarakat akan dengan mudahnya menyelesaikan masalah Kinasih. saputra habis dikeroyok massa. Kinasih lari sambil menangis.

sudah lama aku ingin menghilang dari semuanya. juga dari kamu. dari segalakenangan tentang kamu dan siapapun di masa lalu. jadi, seandainya setelah ini kamu tetapmemaksa untuk mencariku, maka aku mungkin tak akan pernah rela untuk mengenakan wajah yang sama lagi didepanmu. 

Kamis, 09 Februari 2012

KINASIH dan BEGRAS part. 9

Koran terbitan 4 tahun lalu itu tergeletak di meja makan. subuh tadi diantar seorang pengamen langganan Kinasih. sayangnya, ada satu halaman yang sudah menjadi perca. tergunting-gunting seperti prakarya TK. Kinasih asyik menempel, merangkai dan membuat sketsa dengan potongan-potongan kertas koran pada halaman 5. matanya terus mengerjap-ngerja tanda lelah. tapi bukan Kinasih jika dia menyerah untuk menunda hal mengasyikkan ini. padahal sudah lebih dari 4 jam Kinasih duduk di lantai dekat meja makan itu, ditemani gunting, kanvas, cat minyak, lem dan beberapa alat ketrampilan lainnya. Kinasih masyuk dengan kegiatannya sendiri.

" aku mau kirim kejutan buat kamu ya. aku bikin sendiri. Sore ini atau besok pagi aku kirim kerumah kamu " sambil mengoleskan warna merah dengan jarinya ke kanvas, Kinasih mengunyah roti sembari bicara ditelpon. Begras mesam-mesem. Aku gak tau seperti apa wajahmu, Kinasih. tapi aku seperti benar-benar melihatmu kesulitan bicara karna begitu penuhnya isi mulutmu. seksi, dan berkelas sekali. " kamu ngomong apa kumur-kumur sih? dihabisin dulu ih makannya" Kinasih terbahak. muncrat semua remah roti dari mulut nya. mengenai kanvas yang sedengan di garap. warna merah itu kini bertambah ornamen titik-titik putih ke cokelatan berupa remah roti. " hahahahaha, kamu tau? itu orisinil banget tau gak? makan sampe muncrat gara-gara ketawa. udah lama saya gak tersedak. selama ini saya selalu fokus kalo lagi makan. hal-sesederhana makan akhirnya jadi berat ketika kita menganggapnya sakral. akhirnya, saya sendiri sering lupa apa sebenarnya hakekat makan"

kejutan yang dimaksud Kinasih datang sore hari. melihat dari bentuknya, Begras sudah tau apa isinya. Lukisan. Hati Begras kebat-kebit. untuk seorang maestro lukis seperti Kinasih, kejutan yang khusus dibuatkan untuknya jelas bukan lukisan sembarangan. Begras merangsek lukisan itu. merobek kertas kartonnya. bunyi gesekan kertas memenuhi segenap gendang telinganya.sebuah kain tipis berwarna merah. dengan sebuah amplop kecil menempel di tengahnya menutupi seluruh permukaan lukisan itu. " gantung dulu, baru kamu buka kain ini. begitu cara kau bisa melihat apa yang aku maksudkan " Begras terkekeh melipat isi amplop itu. selalu berdebar Kinasih, dekat denganmu memang harus menyediakan dokter ahli jantung khusus. dibuat selalu berdebar lebih scepat dari seharusnya jantungku ini.

Begras memaku di depan dinding cokelat kamarnya. matanya nanar menatap lukisan yang tertempel disana.kain tipis merah terinjak tak simetris di bawahnyalukisan itu menyergapnya. warna merah dan potongan-potongan kertas yang ditempel berupa alur lingkaran pada buih danau. berputar dan semakin mengecil. potongan perca koran itu, Begras belum memahami apa maksudnya, tapi tertata dengan sangat tepat hingga dia tau, Kinasih bukan tanpa sebab menatanya demikian. Warna merah yang bercampur titik cokelat memberi kesan kekuatan maha dahsyat dala potongan koran itu. Begras menatap diam, tiba-tiba samurai huruf dalam koran itu merangkai maksud Kinasih. menggenapkan pertanyaannya. peristiwa itu, terulang sekali lagi dalam benaknya. mengikuti alur yang Kinasih tempel dengan sangat pas. menampilkan video masalalunya.

Begras berdiri berpegangan pada gantungan metromini. Seragam sekolahnya sudah tak beraturan. jalanan macet. lampu merah pasar rumput memang senantiasa memberi uji kesabaran pada para pengguna di jalanan. terlebih di jam-jam tertentu seperti ini. Begras kembali menengok jam tangannya. sudah terlambat 5 menit dari pelajaran pak Togat. maka, bukan tak mungkin dia akan terlambat lebih dari 15 menit dan dinyatakan membolos hari ini. sekolahnya masih harus melewati dukuh atas yang juga pasti sangat macet. bunyi klakson menyalak sana-sini. metromini merayap pelan. Hingga sampai di seberang Latuharhari, jalanan lenggang. Begras dan semua penghuni metromini lega. tak jadi membolos dia. metromini itu ngebut kesetanan. penumpang yang turun di tengah jalan bahkan tak diberi kesempatan untuk berdiri tegak di aspal. tancap terus. Begras geleng-geleng kepala.tradisi melompat itu sudah mengakar pada sejumlah mengguna angkutan umum. tiba-tiba seorang kakek berdiri sempoyongan dari duduknya, terbata memberi kode stop pada sopir.metromini terus jalan. si kakek sekali lagi mengetuk dengan gemetar atap metromini.sayangnya sopir sedang mabuk jalan lenggang " nanti saja di depan Kek. kalau memang mau turun di sini, kenata tak kau ikut tadi turun di halte sebelumnya. kau pikir metromini taksi, yang bisa berhenti didepan pintu rumah kau? Penghuni metromini diam. sudah terlalu jauh si kakek dari pemberhentiannya. Begras mengetuk tangannya, " kiri bang, stop " sopir metromini itu makin ngebut. sekali lagi begras mengetuk atap, metromini makin ngebut. akhirnya dengan segenap tenaga, Begras memukul atap metromini, dan melempar tas pada sopir itu dan memecahkan kaca dengan sekali pukul. sopir itu menginjak rem mendadak. Begras maju kedepan, mencengekeram leher sopir " kau balik ketempat si kakek tadi mau turun" sopir itu melotot. sebagai orang medan, harga dirinya jatuh di ancam bocah ingusan berseragam itu. dengan menggenggam belati dia mendorong Begras hingga tersungkur. berdarah. melihat Begras jatuh, seluruh penumpang mengeroyok si sopir. dan jadilah berita koran itu. berita yang mengabadikan nama Begras di tahun itu.

kembali Begras menatap lukisan didepannya. menyadari satu hal, bahwa Kinasih bukan sembarang orang.bukan sembarang pelukis.

Rabu, 08 Februari 2012

KINASIH dan BEGRAS part. 8

" pameran lukis??? " Kinasih bertanya menjerit hingga Begras harus menjauhkan hp dari telinganya. " Kapan, siapa aja pelukisnya ?" Kinasih sudah berdiri menggigiti jempol kanannya. Be, bolehkah aku ikut? bolehkan aku menjadi salah satu peserta pameran? dan bolehkah aku datang? Begras tertawa mendengar Kinasih antusias " kamu tau gak, kamu jauh lebih antusias dari ketua panitia sama para pelukisnya. mau ikutan ngirim lukisan? " . Seperti balon gas Kinasih terbang ke awang-awang. Iya Be, aku ingin ikut pameran. aku ingin lukisanku berada di tangan yang tepat. Kinasih sudah menggigiti bibirnya kini.

Begras bengong ketika tujuh lukisan ada dirumahnya. Kinasih tertulis sebagai pengirim tanpa alamat disitu. gemetar Begras mengambil HP nya. dijawab pada deringan yang pertama. Kinasih siap menghadapi semburan Begras, sesiap tentara Troya menghadapi seribu pasukan Yunani. meskipun Kinasih pun tau bahwa Begras akan mengangsurkan banyak pertanyaan, setau Hector bahwa dia akan mati di tangan Archilles. " kamu ngirim aku Lukisan? tujuh lukisan?" kinasih mengiyakan. Begras makin resah

" Lukisan siapa ? "
" sahabat terbaikku "
" inisialnya Kins, seperti nama kamu "
" boleh saja kalau memang kamu mau menganggapnya begitu "
" lalu jika lukisan itu terjual? "
" kamu boleh ambil setengahnya. Setengahnya lagi, kirimkan lewat rekeningku "
" setengahnya? kenapa bisa begitu? "
" jelas saja karna kamu yang membuatnya terjual"
" lukisan ini dahsyat, ketujuh-tujuhnya. kalaupun bukan aku, orang lain pun bisa dengan mudah menjualnya "
" siapapun yang menjualkannya, dia berhak atas separuh harga penjualan "
" berapa sahabatmu akan menjual lukisannya? "
" masing-masing sembilan juta rupiah "
" dan aku mendapatkan setengahnya atas satu lukisan ? "
" tentu saja "
" gila "
" kenapa gila ? "
" pelukis mana yang membiarkan setengah dari hasil jual lukisannya pada orang lain ?"
" bukan pada orang lain, tapi pada si agen"
" jawablah Kinasih, siapa pelukis itu "
" sahabat terbaikku "
" siapa namanya ?"
" Larasati "
" wow, dia perempuan ?"
" ya, tentu saja "
" aku pikir pria "
" kenapa begitu ?"
" lukisannya luar biasa. gak nyangka aja ada perempuan yang bisa melukis sebagus ini? "
" ah, kamu diskriminatif gender "
Begras sontak menyemburkan tawa nya keras-keras. Lupa akan begitu banyak pertanyaan yang mampir di benaknya. lalu keduanya larut dalam berbagai macam obrolan.

seminggu setelah pameran Lukisan dibuka, Begras kembali menanyakan pada Kinasih tentang si pelukis. Kinasih menjawab sekedarnya. Sudah dua lukisan Larasati terjual, praktis begras sudah mengantongi sembilan juta rupiah tanpa melakukan apapun. Harga dirinya runtuh . Begras ingin mengetahui siapa Larasati. tak akan pernah dibiarkannya seorang perempuan memberinya uang sebegitu besar tanpa dia bekerja keras sebelumnya.

" sudah ada dua yang terjual , Kinasih "
" syukurlah. sesuai harga "
" bahkan awalnya si pembeli ingin membeli dengan harga yang lebih"
" yang mana ? "
" yang berjudul Oddyseus dan Helena "

Kinasih bergetar. dia ingat betul proses pembuatan kedua lukisan nya itu. oddyseus lahir di sebuah pasar radisional dengan latar suara tawar menawar khas jawa. dan Helena utuh di bawah rok si Nyonya besar, menara Eiffel. dan keduanya kini sudah berada di tangan yang mencintai mereka. Kinasih menggigit-gigit bibirnya lagi.

empat hari setelah obrolan itu, seluruh lukisan Larasati laku terjual. Ketujuh-tujuhnya. Panitia pameran untung besar. Begras mabuk rupiah. dia baru pernah mendapatkan uang sebegini banyak dalam hidupnya. antara percaya dan tidak.

" sudah laku semua"
" wow, cepat sekali "
" untuk lukisan sebagus itu, sebelas hari termasuk lama, Kinasih "
" makasih ya Begras. sampaikan juga sama teman-teman panitia yang lain "
" mana nomor Rekeningnya? "
" dicatat "

Begras mengambil pensil. mendengarkan dengan khidmat.

" udah ? "
" ya. sudah. sore ini langsung aku transfer yah. Atas nama siapa ? larasati ?
" ya. Larasati"

seperti helium Kinasih menjawab pertanyaan terakhir Begras.

Tangan Begras gemetar ketika mesin ATM memberikan jawaban atas pertanyaannya selama ini. ragu-ragu kembali Begras mengulang nomer rekening yang diberikan Kinasih. sebelum menekan enter Begras kembali mengulang menatap satu persatu angka dari kertas ke layar monitor. dan nama itu muncul sebagai pemilik rekening ketika kembali Begras menekan Enter di mesin uang. KINASIH LARASATI.

KINASIH dan BEGRAS part. 7

Begras tertawa hingga gulingnya jadi sasaran pukulan. mukanya memerah sambil tak lepas geleng-geleng kepala. diseberang, Kinasih sibuk bersenam lidah, menyuruh Begras diam. selalu seperti itu, salah satu dari mereka akan membuat yang lain tertawa. selalu saja ada bahan yang bisa dijadikan lelucon. tiba-tiba Kinasih mendengar suara perempuan memanggil Begras. Bukan suara ibunya, bukan pula adik perempuannya. Kinasih hafal semua suara penghuni rumah Begras tanpa harus pernah kesana. " ada siapa Be ? " Begras bangun dari tempat tidur. tetap menempelkan Hp nya di telinga kiri. melongok keluar kamar, menjawab sapaan itu " yo Wi. bentar. 10 menit lagi Gue keluar " Begras kembali fokus pada Kinasih. " sepupu dari Bandung dateng, eh terus gimana tadi ? " Kinasih kembali melanjutkan ceritanya. selang beberapa menit tawa Begras kembali muntah. bahkan kini hingga terbatuk-batuk. Sepupu dari Bandung itu penasaran mendengan suara tawa Begras. masuk tanpa permisi, mengagetkan Begras. " Buset, elu Wi masuk gak ketuk-ketuk " sepupu itu nyengir. Kinasih jengah. " mau aku tutup dulu telponnya? " Begras merasa itu kebijaksanaan yang tepat. sedetik sebelum sambungan ditutup Kinasih bertanya " boleh nebak nama saudara kamu? Pratiwi ?" lagi-lagi Begras terbahak " dasar dukun " .

setelah telephone ditutup Kinasih membanting tubuhnya ke kursi malas dibalkon kamarnya. menatap lurus kearah pohon rambutan yang tumbuh lebat di rumah tetangga depan. aku bukan dukun Be, tapi aku tau dari rasa yang merambatiku. aku benci nama Pratiwi. sebenci aku dengan paprika.Kinasih beringsut melorot dari duduknya. setengah badannya sudah dilahap oleh sofa. perlahan Kinasih memeluk lutut, menggigil di tengah merahnya langit petang itu.

" kenapa sih mbak, kamu selalu berusaha menyalahkan orang tua atas apa yang kamu alami sekarang? " Pratiwi menatap Kin sayu. Kin makin benci. dia, Pratiwi, tidak akan pernah bisa merasakan apa yang dirasakannya " untuk anak perempuan seperti kamu, yang hidupnya bergelimang perhatian dari orang tua. tidak akan pernah bisa membuat aku menjawab pertanyaan kamu. kita berada di voltase yang berbeda " Pratiwi masih tak mau kalah " mbak, mencobalah untuk dekat dengan orang tua. bersikap baiklah terhadap mereka. bicaralah dengan lemah lembut " Kin makin muak. dengan bergegas di tinggalkan perempuan muda itu sendiri dikamarnya. Kin mengumpat. membanting pintu kamarnya dengan gemas.

Be, aku tak pernah bisa melupakan siang itu. entah apa namanya, tapi radar penolakan selalu berbunyi jika aku berdekatan dengan setiap orang yang bernama Pratiwi. Kinasih makin menelungkup seperti udang. langit makin merah, dan hatinya pun marah.

Kin berteriak histeris ketika satu lagi piala kebanggaannya jatuh dan terbelah jadi tiga. hatinya ikut terbelah. dilantai itu sudah ada lebih dari sepuluh piala yang hancur. rumah Kin tak ada gempa.juga tak ada angin ribut. piala itu hancur bukan tanpa alasan. ada dewa shiwa mengunjungi kamarnya, menghancurkan isi lemari kesayangan Kin. nyaris lebih dari 100 piala kejuaraan melukis Kin ada didalamnya. Dan shiwa itu merasuk dalam tubuh ayahnya. Kin merosot dilanai, meraupi satu demi satu kepingan piala yang telah hancur. Kin serasa memunguti hatinya sendiri. menatap perjuangan keras yang dengan sekali hentak hancur oleh tangan baja ayahnya. tidak, sakitnya tidak lagi ada di relung hati tapi sudah mulai merasuk kedalam darah. mengalir deras membanjiri tubuhnya. Ibunya ikut menangis menyaksikan Kin masih berusaha menyelamatkan piala yang tengah hancur. lagi ayahnya kembali kekamar itu. kali ini membawa linggis. Kin gemetar menyadari tujuan perusakan selanjutnya. lemari sudut yang lain. Tidak, nyawaku disana. Lukisanku. Kin sontak berdiri. ayahnya siap menghentakkan linggis itu ke pintu lemari. Kin jauh lebih cepat, menerjang menghalangi pembobolan. terlambat ! linggis sudah terdorong tenaga super sonic ayahnya. Kin membiarkan Linggis itu mengenai paha kirinya, memuncratkan darah. warna merah paling sempurna.

Kinasih masih menggigil mengenang itu semua. tubuhnya berkeringat. dirabanya jahitan panjang di paha kiri kakinya. rasa sakit muncul di organ dalam. hati yang tersayat-sayat.

" Kin janji akan jadi juara kelas lagi Yah. Kin janji " Kin memegangi paha kiri yang banjir darah. ibunya sudah datang dengan membawa banyak kain. tetesan darah sudah sampai di kaki ayahnya. Linggis sudah tergeletak jatuh. Kin masih merapal kalimat " jangan di hancurkan lagi yah. Kin janji " segalanya berakhir sudah sejak saat itu. hatinya sebeku linggis itu. Kin belajar seperti robot. tak ada ruang untuk dibiarkan imajinasi mengganggu waktunya.nilai-nilai memuaskan selalu Kin dapatkan. Beasiswa kuliah di perancis dan All England menari di meja makannya. prestasinya gemilang, namun sayang hidupnya tak lagi sama. tak ada keluarga lagi dalam diri Kin. seluruh keluarga mencoba membujuknya, menyadarkannya untuk kembali menjadi anak manis. termasuk Pratiwi. bukan hanya membuang waktu, tapi segala jenis usaha itu justru mubazir. sepercuma menabur garam dilaut. sebodoh memberi gula pada teh hijau. dan semustahil gantung diri di pohon salak.

Kin memutuskan pergi dari rumah dengan cara yang baik. Beasiswa Perancisnya. dia membawa seluruh nyawa dan hidupnya dalam lemari itu.diperlukan jasa cargo dengan biaya yang relatif bikin ibu nya pingsan. Tidak ada lagi alasan dia harus tinggal. kepergiannya, justru kepulangan yang sesungguhnya. kepulangan pada dirinya sendiri. sejak saat itu, kedua orang tua dan seluruh keluarganya ( termasuk si Pratiwi )  tak ada yang bisa menyentuh Kin. tidak melalui manapun. dan sudah dua tahun belakangan ini, Kin bahkan benar-benar menghilangkan jejak. dan jadilah dia disini. menggigil mengingat nama itu. nama yang paling malas dia sebutkan. Pratiwi.

Senin, 06 Februari 2012

Aku ingin bersamamu

setiap pagi, kembali aku terbangun dalam getar ketaksadaran
menginginkan engkau ada disini 
setidaknya aku mendengar engkau membangunkanku, tak apa dengan bentakan
atau aku merasakan engkau melewatiku dengan kecepatan cahaya, membereskan remah yang kubuat semalam
setiap pagi, aku menginginkan ada disisimu, Ibu.

aku tak pernah menginginkan apapun selain pagi denganmu
menatap kau yang berkeringat memasak didapur,
atau kau yang duduk tertegun menatapku, juga anakku
entah apa yang kau pikirkan, mungkin kekhawatiran akan kehidupan kami berdua esok
serta keinginan untuk senantiasa membela kami semampumu
aku tak pernah luput menyadarinya 
bahwa hanya engkaulah, yang akan menjadi tameng terkuat untukku
yang merapalkan seluruh mantra perlindungan padaku
bahwa sejak aku masih dalam perutmu hingga kini aku telah sebesar ini
aku masih saja terus membebanimu, membuatmu menangis tiap malam
aku hanya ingin pagi bersamamu, ibu
duduk-duduk di belakang rumah kita
menangis dipangkuanmu dengan backsound isak tangismu juga
ijinkan aku begitu ibu, 
selalu mendekapmu meski aku tak lagi anak-anak

Bu, inilah dunia ku
yang membungkusku dalam sekat tak terpisahkan dengan jiwaku
namun tak juga menyimpulkan ikatan kita
untuk segala yang telah engkau berikan padaku, bu
aku tak pernah sanggup menghitungnya
juga tak pernah mampu membandingkan dengan pemberian siapapun lagi dalam hidupku

aku ingin bersamamu pagi ini Bu,
merenda kepolosan yang kau ciptakan senada haluan kapal tanpa tenaga
aku ingin bersamamu pagi ini Bu,
mengumpulkan serpihan masa kecilku duluuntuk secara simultan kau kais sebagai pelepas rindu
aku ingin bersamamu pagi ini Bu,
pagi esok, esoknya lagi, juga setiap esok.




Pasukan Berani Mimpi

Assalamualaikum, selamat pagi kawans... sudah lama rasanya saya gak menyapa kalian yahh. rasanya saya jadi jauh beberapa bulan ini dengan blog sendiri. saya memang lagi tenggelam dalam keruwetan kisah Kinasih dan Begras. selasa pagi ini, cuacanya romantis. mendung, dingin, sayu. seperti ada magnet yang saling tarik menarik di langit.awan-awan membentuk gambar di pikiran kita masing-masing. di depan tempat tinggal saya, ada sebuah rumah tinggi menjulang. menutupi warna merah dari langit didepan saya. tapi bukan jadi tak indah, langit tetap kelihatan, makin merah tertutup rumah tinggi itu. sesuatu yang tak mungkin tertutup, tetap merangsek keluar di sela bangunan, langit itu seperti mau marah. merah, saga.

semalam saya ngobrol banyak dengan seorang sahabat. Joe, sahabat sekaligus kakak, sekaligus musuh bebuyutan, sekaligus saudara, sekaligus pengganti ayah, sekaligus penasehat pribadi, sekaligus... ah, terlalu banyak sekaligus disini. saya memang jadi sulit mendeskripsikan nama hubungan kami berdua. tapi yang saya pasti dan bisa saya jelaskan : kami bukan kekasih atau sejenisnya. Joe adalah gitaris dari salah satu band yang lagi naik dauh ( kayak ulet yahh..) salah satu lagunya dijadikan soundtrack sebuah sinetron anak-anak yang ditayangin setiap sore di SCTV. saya selalu percaya kami memang memiliki banyak persamaan, meski dalam bidang yang berbeda. sama-sama pecinta seni ( dia musik, saya teater ) sama-sama suka nulis ( dia bikin lirik lagu, saya bikin tulisan lain2) sama-sama suka ngobrol ( kalo yang ini bidang kita sama : kehidupan ) sama-sama doyan makan ( ini juga sama : apa aja ) sama-sama senang berteman ( ini juga sama : dengan siapapun ) sama-sama selalu yakin pada impian masing-masing ( dia jadi musisi, saya jadi penulis ) dan masih banyak sama yang lain. malam tadi, kami ngobrolin hal yang ber bidang sama yaitu kehidupan. beuuhhh, kalo udah ngobrol sama dia tentang kehidupan, semuanya bisa kita bahas disini. mulai dari harga sembako, nilai rupiah, agama, anak, percintaan, pendididikan sampe hal-hal klenik. kita rasanya nyaris gak pernah kehabisan bahan obrolan. dan yang bikin heran, itu awalnya saya ngobrol gak cuma sama Joe aja, ada beberapa temannya ikut nimbrung, tapi tereliminasi satu-satu karna mungkin makin ngerasa gak ngerti kami ngobrolin apa. sampe akhirnya kami cuma berdua di ruang tengah. kemudian meluncurlah satu jenis obrolan tak ringan. obrolan yang selalu saya anggap paling berat dan sulit ditemukan titik temunya : Impian.

dulu, saya inget betul gimana Joe sampe naik-naik keatas meja di baris paling depan waktu kami sekolah cuma demi mendapatkan perhatian dari teman satu sekolah. nyaris setiap bel masuk berdentang, dia justru memulai aksinya, pilihan waktu yang pas karna di menit-menit itu semua siswa berkumpul dikelas untuk menunggu guru datang. kebiasaan guru yang selalu datang paling cepat 10 menit setelah bel berbunyi benar-benar dimanfaatkan joe untuk melakukan aksinya. berbekal sapu ijuk kelas yang berdebu, dia bernyanyi diatas meja itu. sebagai seorang sahabatnya, saat itu saya memperhatikan sambil pura-pura cuek. saya tau banget, passion Joe adalah main musik. jadi gitaris ternama, karyanya dikenal banyak orang. saya juga tau, saat itu kami masih sangat muda, masih kelas 1 SMP. nyaris semua teman kami dikelas itu menampilkan sikap sebal dengan tindakan Joe. mengganggu lah, iseng lah, nyleneh lah, nakal lah. padahal, saat itulah saya mulai yakin, suatu hari entah diusia kami yang keberapa Joe akan berdiri diatas panggung, memegang gitar betulan, memainkan karya nya, dengan begitu banyak penonton yang berteriak histeris dibawah panggung. bahkan mungkin beberapa penonton yang histeris mengidolakan Joe itu adalah anak dari teman sekelas kami jaman SMP dulu, yang kemudian begitu Joe terkenal langsung bilang sama anaknya : itu temen sekelas mama dulu lho. waktu itu saya udah menancapkan impian saya di dunia sastra. saya sudah menjuarai beberapa lomba puisi tingkat kabupaten juga provinsi. tapi Joe, dia belum apa-apa. saya inget banget, dia cuma baru bermimpi. bahkan punya band saja belum. kita masih kelas 1 SMP, masa peralihan dari dunia anak-anak di SD jelas masih terbawa masa itu. tapi Joe semangat meraih impiannya sudah sejak saat itu. dan dia berusaha mewujudkannya. dia menjaring teman sekelasnya : decky, wina, dan dodo. lalu dia tularkan semangatnya itu pada 3 temannya tadi. bahkan Joe pula yang dengan berapi-api mengumpulkan uang sumbangan dari teman-teman sebanyak 12 ribu untuk membeli stick drum. lalu saya menemaninya membeli di toko alat musik pulang sekolah. di angkutan kota, saya duduk bersebelahan dengan dia, matanya berbinar menatap stick drum itu. meskipun bukan dia nantinya yang akan menggunakan stick tersebut, tapi saya tau, Joe berjuang untuk menempuh impiannya jadi nyata. saya mulai menyukai impian Joe. saya mulai merasa ada semangat pantang menyerah disitu. saya tertular.

beberapa tahun kemudian, Joe mulai intens main Band. hidupnya untuk band. untuk musik. dia sudah bisa membeli gitar listrik sendiri. saya masih juga ingat, warnanya merah waktu itu.kebetulan kami memang bertetangga, nyaris setiap pagi kami berangkat bersama kesekolah,meskipun setelah SMU sekolah kami berbeda. saya masih meneriakinya setiappagi untuk cepat mandi, bahkan dia sampai makan di dalam mobil. ditengah kecuekan dia, sebenarnya dia siswa yang pintar. hanya saja, Joe sangat tergila-gila pada musik hingga melupakan sekolah. bahkan saya tau, ketika kuliah dia sampai menunda skripsinya, membolos kuliah hanya untuk latihan band. saat itu juga Joe sempat tertipu oleh beberapa oknum yang menawarinya rekaman dengan menyerahkan uang muka sejumlah puluhan juta. Joe gelap mata dengan impiannya. sementara saya, pelan-pelan sekali menapaki impian saya. bukan karna hati-hati, tapi karna impian saya sebagai penulis memang lebih tidak memiliki resiko tertipu seperti impian Joe. tapi itulah jalan yang mungkin memang harus dia lewati. sekarang ini ? dia sudah berkali-kali masuk acara musik di televisi, lagunya jadi sountrack sinetron stripping, Joe sudah mulai menemukan impiannya meski belum seutuhnya. tapi hingga semalam saya ngobrol dengannya pun saya tau, dia masih belum putus asa dengan impian itu. masih terus bersemangat dan masih tetap berani bermimpi.

saya pernah ngobrol dengan seorang motivator trainer yang telah sukses, saya tanya tentang cara mewujudkan impian. dia mengajari saya sau hal yang masuk akal. tentang sebuah ruang kosong. segala sesuatunya berawal dari kekosongan. dia bilang : kalau kamu pengen punya mobil, sediakan dulu garasinya. percaya sama saya, garasi kamu kelakakan terisi. saya memahami maksudnya, saya menginterprestasikan hal tersebut dengan stimulus. keberhasilan kita meraih mimpi itu adalah dari kuatnya kita berusaha. dan dari yang kita pikirkan. kalau kita berfikir kita bisa, maka memang kita akan bisa. the power of thinking. nah, kalau kita sudah menyediakan garasi mobil yang belum terisi, maka kita akan terus-terusan terstimulus untuk mengisinya. pada akhirnya usaha kita memang akan lebih kuat dari kita hanya menginginkannya dengan bayangan. garasi itu harus terisi. ada motivasi lebih untuk memampukan kita mendapatkan mobil. nah. Joe telah memnyediakan ruang kosong itu tanpa dia sadari sejak dia masih SMU.sejak dia berani berdiri diatas meja dengan sapu ijuk ditangan. berteriak menyanyikan lagu GnR dan beberapa lagu lain. dia telah menyediakan tepukan penonton dalam hatinya. merapal keinginannya setiap pagi. dan meski dengan banyak kesakitan, pelan-pelan Joe meraih impiannya.

apa yang saya dapat dari itu semua sekarang ? sebuah keyakinan penuh bahwa kita memang layak untuk bermimpi. setinggi-tingginya. Joe mengajarkan saya untuk selalu meletakkan impian saya di langit teratas, karna meskipun kita nantinya terjatuh saat meraih mimpi, kita terjatuh di awang-awang. Allah itu seperti yang kita sangkakan, DIA akan mewujudkan impian tinggi kita jika kita berusaha mewujudkannya dengan usaha yang juga sebanding jika dijejerkan dengan sang impian. jadi, saya memang sepakat banget sama kalimat Andrea hirata : bermimpilah maka Tuhan akan memeluk impianmu. ya kawans, yang harus kita lakukan sekarang adalah berani mengatakan impian kita. walau semua orang mengatakan tidak mungkin,tapi percayalah bahwa kita mampu mewujudkannya.

Sabtu, 04 Februari 2012

KINASIH dan BEGRAS part. 6

" waahhhh, mau dong diceritain waktu itu " Begras kegirangan sewaktu Kinasih keceplosan bilang sempat menjalin kasih dengan seorang pria. seperti anak kecil yang berhasil memenangkan perebutan layangan putus di sore hari, Begras merajuk. Kinasih geram, bukan pada Begras. tapi pada dirinya sendiri karna mudah menyerah untuk membuka kenangan lama itu.

" namanya Saputra. aku biasa manggil dia Sapu. yahh, biasa aja sih.cuma gaya pacaran anak kuliahan semester 2. cinlok karna sering rapat BEM bareng, aktiv di beberapa organisasi kampus bareng dan sempat satu divisi di beberapa acara. cuma itu. " Begras manggut-manggut di seberang sana. mencoba mempercai kalimat standar Kinasih. seperti selama ini Begras memahami Kinasih, kali ini pun sama. Begras tau, Sapu tidak biasa-biasa. tapi Begras pun tak ingin memaksa Kinasih untuk menyakiti hatinya sendiri dengan merajuk untuk menceritakan hal yang sesungguhnya. Terlebih sebenarnya, Begras enggan mengakui dirinya takut menerima kenyataan bahwa memang benar pria bernama Saputra itu merupakan orang istimewa di masalalu Kinasih. jadi, keputusan bungkam dan menelam mentah-mentah penjelasan Kinasih dirasa yang paling tepat oleh Begras. dan obrolan terhenti begitu saja. Begras merasa bersalah, Kinasih juga. keduanya berputar merutuki mulut mereka sendiri pada obrolan di detik yang lampau.

Kinasih perlahan membuka laci itu. mengambil sebuah tas tangan berbentuk jaring warna hitam. didalamnya ada sebuah harmonika kecil. masih ada nota pembelian yang melindungi harmonika berwarna perak itu. Kinasih menamai harmonika itu " delusya" . perlahan dengan hidmat Kinasih meraba tubuh delusya. seketika sebuah kenangan mengorbit begitu saja di pikiran kinasih.

mereka masih sangat muda. si perempuan berambut panjang dikucir ekor kuda, bersuara nyaring dan sangat atraktiv. sedangkan si pria berambut ombak terurai menutupi mata, dan selalu tersenyum. keduanya memiliki hobi yang sama yaitu jalan-jalan. suatu waktu, keduanya menelusuri pinggiran kota kecil di daerah jawa barat. Kin kegirangan ketika dilihat dari jauh ada tukang penjual alat-alat musik tiup. mulai dari trombon yang harganya selangit, flut hingga harmonika kecil itu.Kin teriak-teriak. Sapu berlari kecil terseok bahagia mengikuti tingkah kekasihnya itu.

" beli doonggg, yang paling murah aja..." Kin merajuk manja.
" yang mana yang murah? " Sapu menggodanya. seandainya-pun kau minta seluruh nyawaku melayang untuk alat musik disana, tak gentar ku bilang iya padamu, Sapu membatin sambil terus mengikuti Kin yang terus melonjak-lonjak.
Kin diam menatap harmonika itu. Belum apa-apa Kin sudah menimangnya perlahan. Penjual mendapatkan ikan. kailnya sudah ditarik-tarik pembeli. umpannya sudah termakan. Kin terlihat langsung jatuh cinta pada harmonika mini itu. Penjual kecewa. Harmonika itu hanya delapan ribu saja. tak kan untung besar dia jika pembeli didepannya hanya membeli si mungil perak itu. maka, licik diangsurkannya trombon pada Kin.

" hey, Trombonista... ini belahan jiwamu " Kin heran. Sapu terkikik menutup mulutnya. Sapu tau, harga harmonika tak semahal trombon. tapi Sapu juga tau kalau Kin bukan musisi. Kin kegirangan karna Kin memang menyukai segala sesuatu yang berbau seni. dan Sapu sudah bisa menebak, Kin tidak akan pernah mengambil trombon itu. Harmonika mungil, sudah menyatu dengan darahnya meski baru bertemu pada pandangan pertama.

Kinasih mengelus lagi kenangannya melalui harmonika perak itu. perlahan muncul kembali mozaik yang berpendar-pendar dalam ingatan Kinasih. dadanya naik turun, airmata tak bisa ditahan. mulut menggeruu bergetar. Kinasih menangis sembari menciumi harmonika itu. pelan, tersayat-sayat.

Kin dan Sapu duduk di pinggiran jalan dekat tukang penjual alat musik itu. Kin masih cengar-cengir kegirangan. harmonika itu dia raba-raba dengan lembut. Sapu mengelus rambut Kin yang berkibar-kibar ditiup hembusan angkutan kota. keasyikan bercengkeraman dengan anggota baru dalam hubungan mereka, hingga tak menyadari ada bahaya mengintai keduanya. Satpol PP merazia tempat itu. dalam hitungan detik keadaan chaos. Kin gemetar memegang tangan Sapu. beberapa aparat merangsek mendekati mereka. apadaya, keduanya memang berada di tempat dan waktu yang salah. Kin dan Sapu terjaring dalam razia itu. tanpa alasan yang jelas.

sesampainya di kantor aparat, mereka berdua menyerang aparat dengan sikap masing-masing. Kin dengan kecerewetannya marah-marah setelah aparat minta maaf karna salah tangkap. Sapu dengan sikap dingin dan menusuk mengancam menuliskan ini disemua media. seperti perisai Sapu melindungi Kin, dan seumpama pedang Kin menghalau siapapun merusak Sapu.

Kinasih masih tegak di depan delusya. menatap sendu pada si anak perak. ada teriakan di bawah kamar Kinasih yang menghubungkan dengan pintu utama rumahnya " misi om, tante, mau numpang ngamen " teriakan khas pengamen jalanan langganannya. Kinasih bangkit berdiri. menyeruak jendela. berlari ke balkon dan berteriak nyaring kebawah " lagu biasa pake spesial efect harmonika bisa? " Kinasih mengacungkan Delusye pada dua pengamen dibawah. tanpa menunggu jawaban para pengamen itu, Kinasih berlari menuruni anak tangga. Kinasih super memahami, para pengamen jalanan memiliki kemampuan dahsyat dalam beradaptasi dengan alat musik baru? tak masalah dengan delusye.

Kinasih diam hampa ketika Delusye mulai bersuara. lagu yang sering muncul di televisi.

" meskipun aku di surga, mungkin aku tak bahagia. bahagiaku tak sempurna bila itu tanpamu "

Jumat, 03 Februari 2012

KINASIH dan BEGRAS part. 5

" Begras, mungkin selama seminggu ini aku gak bisa di hubungin. Hp ku rusak. ini pinjam Hp tukang sayur " Begras tersenyum geli membaca sebuah SMS yang dikirim pukul 6 pagi itu. Seperti biasa, Kinasih memiliki banyak cara untuk SMS pembangun di pagi harinya. setengah menguap Begras memencet ombol dial untuk menghubungi nomer Kinasih. Operator yang menjawab. Begras duduk tegak. Sekali lagi coba dihubungi nomer Kinasih. masih operator yang menjawab. Kini Begras berdiri, berjalan mondar-mandir di sekitar kasur busa nya. Lalu Begras beralih menghubungi nomer tukang sayur yang Kinasih gunakan untuk SMS pagi itu. Operator juga yang menjawab. Begras pucat. Kinasih benar-benar tidak bisa dihubungi. Dibukanya komputer, disambungkan ke internet. lalu masuk pada jejaring sosial miliknya. di tekan enter ketika ditulis nama akun milik Kinasih. Lega. akun itu masih aktiv. ada sesuatu yang meresahkan Kinasih, sehingga dia ingin menyendiri selama seminggu ini. Begras tau bahwa HP kinasih tak mungkin rusak, juga HP tukang sayur itu pasti miliknya sendiri. Begras tau, Kinasih hanya ingin sendiri. maka yang harus dia lakukan sekarang ini hanyalah menunggu Kinasih menguhubunginya lagi. Minggu depan.

Kinasih berjalan sendiri di tengah pasar tradisional. berkali-kali dia tersenyum pada mbok penjual bawang atau pada tukang sayur yang berteriak padanya. Kadang Kinasih berhenti sebentar di depan tukang serabi, menikmati tontonan alami yang di mainkan oleh ibu penjual serabi. bagaimana cekatannya si ibu mengaduk adonan, menuangkan dengan pas di tengan panci penggorengan, lalu membalikkannya dengan waktu yang tepat pula sehingga serabi itu tidak gosong. komposisi menarik antara keahlian, feeling dan racikan. Kinasih selalu kagum pada orang yang menguasai ketiga hal tersebut. Lalu kembali Kinasih berjalan di seputaran penjual buah, dilihatnya seorang pembeli dengan tangkas memilih buah manggis. berganti dari satu buah ke buah lainnya.lalu dengan tangkas membayar uang pas seharga yang di tawarnya. Tukang buah itu cemberut, tak jadi dapat untung besar dia. Kinasih tersenyum, pertarungan yang terjadi antara penjual dan pembeli selalu mengasyikan untuk di nikmati. Kinasih berjalan ringan. keluar masuk los dan ruko di pasar tradisional itu. Tanpa membeli apapun. hanya diam menikmati aktivitas beratus orang di dalamnya.menikmati karakter satu dan lainnya. menonton pertunjukan langsung penjual kelapa yang membelah kelapa dengan satu tangannya, atau hanya sekedar minum es cendol karna tertarik dengan komposisi warna hijau dan cokelat yang menyatu perlahan dalam adukan gelas. Kinasih tertawan lebih dari 4 jam didalam pasar tradisional itu. meninggalkan hatinya yang telah penuh sesak di kamar losmen yang disewanya.

Sudah hari ketiga, dan Begras masih belum mendapatkan kabar apapun dari Kinasih.meskipun Begras tau, seminggu artinya 7 hari bagi Kinasih. namun Begras pun tau, rasa tak tenangnya ini adalah karna dia tidak mengetahui apa yang membuat Kinasih harus menyendiri selama seminggu ini.

Pagi hari Kinasih terbangun karna keributan di kamar sebelah. Kinasih menyurutkan langkah. malas ikut campur urusan orang. kembali menarik selimut dan berniat tidur lagi. namun suara ledakan pistol dan jeritan seorang anak membuat Kinasih terduduk kaget. dilihatnya jam dinding, masih pukul enam pagi. diluar keributan sudah menjelma jeritan-jeritan histeris. gaduh. Kinanti terpaksa keluar. Mau tak mau. di balik pintu kamarnya begitu banyak orang berkerumun. Seorang ibu bahkan mendongak-dongakkan kepalanya karna begitu ingin melihat apa yang terjadi didalam kamar itu. Kinasih menyeret langkah pelan.menutup pintu kamarnya. mengatupkan kembali sweeter tosca nya sampai rapat. udara masih sedingin ini, tapi masalah yang terjadi di kamar sebelah sudah serumit itu. Kinasih berjalan melawan arus. menjauhi kamar itu. menutup telinganya dari jeritan anak kecil yang seolah-olah memanggil namanya. Banyak hal yang tanpa diduga bermunculan dalam fenomena kamar sebelah. ada seorang pelayan losmen yang kemudian menjadi saksi, seorang nenek tua yang memegangi dadanya karna penyakit jantungnya kambuh akibat kaget, dan sepasang remaja yang memadu kasih bergenggaman semakin erat di koridor losmen, entah sudah menikah atau belum. Kinasih gagu, mengapa tak terjadi fenomena apapun dalam dirinya atas kejadian itu selain kesal karna waktu istirahatnya terganggu. sudah putuskah urat sosialita nya?

kejadia di losmen itu membuat kinasih risih. bertepatan dengan kamarnya yang bersebelahan langsung dengan kamar yang disewa Kinasih, menjadikan Kinasih di cari petugas. SAKSI. sayangnya Kinasih malas bicara. dalam kasus ini, dia merasa tak memiliki wewenang apapun untuk menjelaskan sesuatu. demikian dialog yang terjadi antara kinasih dengan aparat :
POLISI : kejadian itu berlangsung lebih dari 4 jam, dan kamar anda bersebelahan dengan TKP. ada suara apa yang anda dengar nona Kinasih ?

KINASIH : saya tidak mendengar apapun.

POLISI : Sama sekali tidak mendengar apapun?

KINASIH : ya.

POLISI : tapi bagaimana mungkin, orang di kamar ujung itu bilang bahwa dia mendengarkan kegaduhan mulai dari jam 2 dini hari. sepantasnya anda yang berada di samping kamarnya persis lebih jelas mendengarnya.

KINASIH : saya tidur pulas.

POLISI : apakah anda mendengarkan musik melalui earphone?

KINASIH : tidak.

POLISI : atau anda terbiasa menyumbat telinga anda dengan kapas saat tertidur ?

KINASIH : tidak.

POLISI : lalu mengapa anda bisa tidak mendengar apapun, sementara semua orang disini mengatakan mendengar.

KINASIH : karna saya memang tidak mendengar.

POLISI : tapi itu tidak mungkin.

KINASIH : mungkin saja. semua kemungkinan bisa saja terjadi.

POLISI : siapa anda sebenarnya ?

KINASIH : di receptionis losmen sudah jelas siapa saya.

dan kinasih meninggalkan polisi penyidik itu dengan dingin saja. madu, semanis madu tatapannya pada si anak yang menjerit di dalam kamar kejadian itu. seorang anak usia 7-8 tahun, lelaki. Kinasih menitipkan salam padanya melalui receptionis losmen itu. dan melangkah keluar Losmen. menuju tujuan akhirnya, kompleks pemakaman umum.

sudah seminggu Kinasih berada di kota kecil ini. dan nyaris setahun sekali Kinasih kesini. di tanggal yang sama dengan minggu yang sama. Kinasih selalu mencari hari akhir yang pas dengan tanggal itu. tanggal dimana area pemakaman itu memanggilnya selalu. minta disambangi. sebuah nisam kelabu bertuliskan nama seorang perempuan : KINASIH. ya, Kinasih mendatangi makamnya sendiri setiap tahun pada tanggal kematiannya.

Kamis, 02 Februari 2012

KINASIH dan BEGRAS part. 4

" Kamu pernah pacaran gak ? " satu kalimat tanya yang meluncur dari suara milik Begras di seberang sana, mampu membuat Kinasih terdiam. seperti ada berpuluh-puluh plaster yang membungkam mulutnya. Banyak nama-nama yang terlintas di kebisuan itu, Nendra, Angki, Wisnu, Agung. Kinasih bukan tak pernah belajar berbagi, bukan tak pernah mencintai pria nyata. Kinasih bahkan beberapa kali pernah nyaris menikah, namun Nihil. selalu ada hal yang pada akhirnya menyadarkannya untuk membatalkan niatan suci itu. selalu ada, hal yang sama. dan berulang : Pangeran sepatu merah. Kinasih menyadari, apapun yang dilaluinya selama ini dia akan senantiasa menoleh kebelakang dan tidak menemukan apapun disana. Kinasih tau, bahwa selama ini dia hanya pura-pura bahagia. 

sejak pertanyaan itu hingga detik- detik berikutnya, Kinasih memilih jadi partisipan pasif dalam obrolan mereka. Begras bukan tak menyadari perubahan Kinasih, tapi Begras memahami Kinasih seperti dia memahami matahari terbit dan tenggelam di tempat yang sudah semestinya. Bagi Begras, Kinasih memiliki banyak hal yang dia sampaikan meski dengan kebisuannya. Diam atau bicara, Kinasih selalu memberikan arti yang melebihi perkiraannya. Begras sendiri kadang merasa muskil mendapati dirinya begitu tabah dan sabar dengan sifat aneh Kinasih, sifat yang mungkin akan membuat semua pria menghindarinya sejauh mungkin : Egois, Terlalu pintar, dan Pemaksa. Kinasih bukan perempuan yang sempurna, juga bukan perempuan yang hebat. Tapi Kinasih memiliki daya pikat seratus kali lebih kuat dibanding para perempuan sempurna diluar sana, atau para perempuan hebat yang pernah dkenalnya. 

Kinasih diam menatap layar HP nya yang terus-terusan berkedip. nomer asing, tapi Kinasih tau kira-kira siapa yang menelpon dibalik nomer asing itu. Beberapa tahun ini, Kinasih menampakkan wajah sumringahnya. menyatakan bahwa dia akan mencari hal yang selama ini tidak dia sadari telah hilang. menemukan sesuatu yang dia tidak sadari selama ini dia miliki. Kinasih berkelana, mulai dari ujung negara sampai tiba di ujung satunya lagi, dari satu kota hingga kembali ke kota awal lagi. Kinasih nyaris tidak menemukan apa-apa selain perasaan bahwa dia telah menyadari sesuatu tentang hidupnya. sebuah kepingan Mozaik yang tanpa sengaja diketemukannya melalui dunia maya : Begras, sang pangeran sepatu merah. namun akan diapakan jika Kinasih sendiri menyadari hal baru setelah penemuan itu : bahwa dia tidak ingin sama sekali mengungkapkan hal itu. Kinasih ragu, oleh segala hal yang berbau kepastian. dan sekarang, nomor di layar ponselnya itu mengabarkan sesuatu, ada dunia lain yang jauh lebih konkret menantinya dirumah. keluarganya, mengharapkan kepulangannya segera. meski kini baginya, Konsep Pulang kerumah tak lagi berarti sebuah keluarga. 

" rame banget sih, lagi ada hajatan yah di rumah kamu ? " sambil melumat lolipop strowberry nya Kinasih terkikik menanyakan pada Begras. " cuma arisan keluarga. mamaku bikin satu rumah repot semua " Kinasih diam. menyadari ada yang tidak beres dihatinya mendengar jawaban begras. sebuah keluarga. Ramai, repot dan saling menyulitkan. Konsep hidup yang sangat wajar. Bagi kinasih hal-hal seperti itu sangat sulit dimiliki. Kinasih hidup sendiri. tidur sendiri, makan sendiri, tengah malam sendiri, menyapu lantai rumah sendiri. hanya berbekal sebuah bisnis konsultasi Online Kinasih menghidupi dirinya sendiri pula. sendiri. dan keramaian di seberang membuat Kinasih tiba-tiba imun. menguap. perasaannya seperti menyublim. padat dan keras, kemudian hilang menjadi gas. tak berbekas. tanpa alasan Kinasih menutup percakapan. Begras tak ambil pusing. Sekali lagi, Begras mengenal Kinasih tanpa harus bertatap muka dengannya. 

di ruang tengah kinasih duduk menyilang kaki. tangannya menggenggam sebuah gelas crystal. menatap sekelilingnya. lalu melepaskan dengan sengaja gelas itu kelantai. Jatuh berkeping. Pecah. hatinya perang. sejuta gelas crystal yang mungkin bisa dia pecahkan hari ini, namun tak akan ada satu orang pun yang memprotesnya. tak ada satu manusiapun yang memarahinya. apa yang akan dia lakukan, hanya menjadi pemandangan bagi dirinya sendiri. lalu apa? setelah ini apa? Kinasih berlutut menggigil di sofa itu. kembali mendapati kesadaran baru : bahwa selama ini dia kesepian. tapi berusaha untuk mengingkarinya.