Selasa, 16 Agustus 2016

KEMERDEKAAN PERSONAL

“suara-suara itu tak bisa dipenjarakan
di sana bersemayam kemerdekaan
apabila engkau memaksa diam
aku siapkan untukmu: pemberontakan!” 

17 Agustus ( lagi ), sudah 71 tahun negara kita menyatakan diri merdeka. Pembangunan sudah menggedor-gedor tiap waktu di hari-hari masyarakatnya. Pembangunan yang entah mengapa rasanya belum juga menampakkan wujudnya. Mungkin saya yang terlalu apatis, atau mungkin 71 tahun adalah waktu yang terlampau singkat untuk berbenah. Kita butuh seribu tahun lagi ? 

Entahlah, saya tak ingin gaduh. Biarlah pertanyaan itu mengembang di benak saya sendiri. 

Yang sejujurnya meresahkan saya bukanlah tentang Indonesia yang merdeka. Tapi pada personal yang ( apakah ) sudah merdeka? Seorang anak yang tidak berani menentukan pilihan jurusan kuliahnya sendiri, meskipun demi kebahagiaan orang tuanya. Apakah ia sudah merdeka? Seorang wanita berkulit cokelat tua, mati-matian ingin menjadi putih sebab terus di hina oleh lingkungan karna warna kulitnya, apakah ia sudah merdeka? Sarjana yang ingin membuka usaha barunya, tapi di hujat sebab tak menggunakan ijasah kuliahnya oleh orang tuanya. Apakah ia sudah merdeka? seorang wanita gendut, mendadak ingin langsing karna suaminya terus melirik wanita lain yang lebih aduhai. Apakah ia sudah merdeka? 

Jawaban itu, silahkan simpan di dalam hati saja. 

Indonesia memang sudah 71 tahun merdeka. sebuah usia yang mendekati senja bagi sosok manusia, nyaris renta. Namun, di dalam jiwa Indonesia sendiri, masyarakatnya terpenjara. Di dalam sel pengap, gelap dan tanpa udara bernama 'pemikiran'. dan kapankah kita akan berteriak dengan lantang, bahwa kemerdekaan itu juga milik saya pribadi? 

Bagi seorang perempuan, menjadi istri dan dipanggil ibu adalah kelengkapan. Namun jangan tertipu, kadang 2 paradigma agung tersebut justru melenakan. Cukup menyesakkan ketika saya membaca di salah satu media nasional tentang prosentase tindak KDRT dalam keluarga terhadap wanita, juga tingginya tingkat Aborsi, atau rendahnya pendidikan anak di suatu daerah. Menyesakkan saat saya menarik benang merah dari itu semua, bahwa pada kenyataannya, perempuan di Indonesia belum merdeka secara PERSONAL. Jiwanya belum merdeka, meskipun raganya pada hari ini berteriak-teriak lantang " Merdeka "

Saya breakdown satu-persatu untuk kalian semua, 

Perempuan, adalah hamba Tuhan yang di ciptakan dari tulang rusuk lelaki. Letaknya tepat di dekat hati. Tulang rusuk itu bengkok, siap patah. Namun ia lentur dan siap di luruskan dengan penuh cinta. Letaknya di dekat hati dan ketiak, bukan di tulang kepala atau di tulang kaki. Sebab perempuan memang bukan pemimpin atau pengikut. Ia menguasai hati. memenuhi sanubari. Ia diciptakan untuk disayangi, bukan di pukuli atau di kasari. 

Saat masih kecil, perempuan memiliki keterbatasan bereksplorasi. Bagi bangsa Indonesia yang berbudaya tinggi, sikap perempuan yang Tomboy dan pecicilan harus di hentikan. Hoby naik gunung dan ekspedisi alam lainnya terasa membahayakan bagi sosok perempuan, namun terasa begitu agung jika di lakukan lelaki. Pulang tengah malam bagi perempuan di Indonesia di katakan sebagai perempuan tidak beradab, namun bagi lelaki di sebut pencari nafkah yang berjuang keras. Berteriak lantang bagi perempuan di sebut tak mematuhi norma, bagi lelaki di sebut ketegasan. Meskipun sesungguhnya, Islam melalui yang begitu kita cintai Nabi Muhammad SAW telah mengajarkan lebih baik dari siapapun. Khadijah yang bisa menjadi contoh perempuan pekerja keras, adalah istri Rasullah yang begitu di sayang Allah. Dialah satu-satunya hamba Allah yang menadapatkan salam langsung dariNya melalui Malaikat Jibril. Lalu Aisyah, perempuan cerdas dengan keberanian berperang yang tiada duanya, adalah gambaran sosok perempuan tangguh yang oleh Allah bahkan di ciptakan Ayat Khusus untuknya. Adapula, Nafisha, Sosok perempuan penyembuh yang begitu pandai mengobati orang sakit yang bahkan di beri gelar sebagai Wanita hebat di jamannya saat itu. Rasullah memujinya sebagai tabib yang hatinya adalah emas. Mutiah, perempuan yang akan masuk syurga pertama kali setelah para Istri nabi, adalah contoh perempuan yang ketaatannya pada suami menjadi tauladan perempuan. Begitu banyak telah di contohkan, bahwa semua perempuan hebat tersebut sesungguhnya merdeka secara bathin dalam jiwanya. Tak terkurung dogma. Mereka melaksanakan kewajibannya dengan riang gembira karna yakin akan mendapatkan hak sesuai dengan apa yang di lakukannya. 

Bagaimana dengan kita ? 

Di jaman ini, Banyak wanita yang takut menikah sebab khawatir waktunya akan habis untuk keluarga. sementara dirinya, belum sempat mengeksplorasi kemampuannya dengan maksimal dan mendapatkan impact yang optimal di bidang yang di cintainya. saking takutnya, banyak wanita yang akhirnya menyatakan diri enggan menikah sebab trauma melihat banyak pengalaman disekitarnya tentang penderitaan para istri yang telah menikah. meskipun, tak di pungkiri, ada juga perempuan yang beruntung mendapatkan lelaki hebat berakhlak mulia. 

Menurut saya, jawabannya ada pada diri kita sendiri. Pada kemerdekaan personal kita. Apakah kita masih saja terus takut sementara sesungguhnya Allah telah menjanjikan hal yang pasti bagi ummatNya. 

اَلْخـَبِيـْثــاَتُ لِلْخَبِيْثـِيْنَ وَ اْلخَبِيْثُــوْنَ لِلْخَبِيْثاَتِ وَ الطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِيْنَ وَ الطَّيِّبُوْنَ لِلطَّيِّبَاتِ.
“ Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang .baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik. (Qs. An Nur:26)

Janji Allah diatas adalah sebuah kunci keyakinan. Jadilah perempuan yang baik, persiapkanlah dirimu untuk mendapatkan pasangan yang baik. Paradigmanya begini : lelaki yang baik menginginkan perempuan baik sebagai ibu dari anak-anaknya. Lelaki yang tidak baik, tetap mencari perempuan baik bagi dirinya. artinya bahwa, jadilah perempuan yang baik saja dulu, karna itulah akhlak yang di cari oleh siapapun. 

Baik dan buruk menurut Allah, belum tentu sama menurut kita. Tentu saja, menurut Allah sudah pasti yang benar. Sebab DIA-lah sumber kebenaran kita. Al-Qur'an adalah petunjuk hidup. Maka merdekalah Perempuan yang mendapatkan Al-qur'an sebagai petunjuk hidupnya. 

Benar adanya bahwa Allah menurunkan Ayat tentang lelaki yang lebih memiliki keutaman dan kelebihan terhadap wanita ( istrinya ). dan bahwa, ketaatan pada suami bagi perempuan menjadi hal yang utama bahkan melebihi ketaaatan pada orang tua. Benar adanya, bahwa Allah menjanjikan syurga bagi perempuan yang memiliki ketaatan sempurna pada suaminya. Namun yakinlah wahai perempuan, ketaatan bukanlah penjara. Ketakwaan pada Allah bukanlah jeruji besi. Engkau tetap bisa merdeka meskipun ketaatanmu tinggi pada suamimu. Percayalah, Allah tidak mungkin membuatmu terkungkung dalam ayatNya. Allah maha pemurah, maha Bijaksana dan maha Adil.Ialah yang paling mengerti tentang baik dan buruknya dihidup kita. Yakinlah padaNya, niscaya engkau mendapatkan kemerdekaan yang hakiki. 

Maka sebaiknya, kita menyeimbangkan pengetahuan tentang itu dari sisi yang lain. Bahwa ternyata, selain menurunkan An-Nisa Ayat 32 mengenai ketaatan Istri terhadap suami, Allah juga menurunkan wasilahNya melalui Rasullah berupa Hadist Shahih, 

“Sesungguhnya diantara orang yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat adalah seseorang yang menggauli isterinya & isterinya menggaulinya kemudian dia menjelek-jelekkan istrinya juga berkata kasar padanya.” {H.R. Muslim}

Sebenarnya saya ingat ada beberapa Ayat Allah yang menyatakan tentang keutamaan istri, Tapi karna saya tidak hapal dan memang jarang membacanya saya agak lumayan takut untuk sharing disini. Yang Jelas, dalam Islam perempuan adalah hamba yang sangat Allah cintai. Dari perempuanlah kehidupan di dunia ini terlahir. dari perempuanlah ekosistem dunia berasal.Tidak mungkin Allah menjadikan perempuan keburukan, jika ketetapannya adalah menjadikan kita embrio kehidupan. 

Seorang istri, memang tidak memiliki hak seutuh suaminya. Ia tak berhak memutuskan sebab keputusan yang menyangkut kehidupan keluarga adalah kewajiban suami untuk memutuskannya.Namun dengan begitu, artinya seorang istri hanya membutuhkan kemerdekaan diri untuk mengikhlaskan keputusan suaminya karna jika keputusan tersebut salah di mata Allah maka dosa besar bukanlah di tanggung istri melainkan menjadi dosa suami. merdekalah istri yang ikhlas dan taat. 

Seorang istri memang tak memiliki keutamaan untuk menentukan pilihan, meskipun sejatinya pilihan hidup adalah hak yang paling hakiki dari sebuah jiwa yang merdeka. Namun yakinlah, jika kita menjadi perempuan baik, maka kita akan mendapatkan pria yang baik pula. Yang jikapun tanpa memilih dan meminta, kita telah bertabur kebahagiaan dan impian. Dan yakinlah,jika kita beriman dan bertakwa, maka kita akan mendapatkan pria yang sama pula dan kelak ia akan membebaskan kita untuk memilih beberapa kesukaan kita dan hoby kita sebagai imbalan atas ketaatan kita. Yakinlah, kemerdekaan tak melulu tentang kebebasan. kemerdekaan adalah tentang kebahagiaan.

So, Girls... Jadilah jiwa yang merdeka bukan karna bebas. Namun karna bahagia. 

_me_  

1 komentar:

  1. Terimakasih mba rahmi..tulisan yang penuh makna dan bermanfaat. Heheee jiwanya memang sudah merdeka tapi pikiran masih terbelenggu. Yup kembali pada kemerdekaan personal. #keren

    BalasHapus