Selasa, 15 Mei 2012

maafin mama ya, nak.

halooooo kawans, lambreta lamborgini ya saya gak menyapa kalian? apakareba semua? semoga selalu dalam keimanan yang baik yah.

saya lagi kangen banget sama anak saya nih. Yudith Airin Puandira. duh, itu bocah lagi lucu-lucunya, lagi cantik-cantiknya dan lagi pinter-pinternya. sering saya pengen lari ketempat dia berada sekarang, tapi itu gak gampang buat saya. dibutuhkan berbagai macam usaha ekstra keras buat melakukan itu.

bukan saya lebay yah. tapi beneran gitu. seandainya aja semua segampang kelihatannya, segampang bilang " mau ketemu anak ya tinggal didaengin aja anaknya " segampang nobita mina apa aja ke doraemon. segampang semua test matematika untuk albert Einstein. segampang mencintai anak tanpa syarat. sayang, semuanya gak segampang itu.

saya inget banget beberapa tahun lalu. anak saya masih kecil ( meskipun sekarang juga masih kecil ) dan saya sedang mencoba survive dengan tinggal terpisah dari orang tua, dengan membawa anak pula. sementara saya sendiri adalah single parents. sehari-harinya saya ajak dia ikut saya kerja. atau saya titipkan di sepupu perempuan saya. kadang dia merengek minta ikut, dan saya terpaksa harus mengajaknya. padahal waktu itu pekerjaan saya itu lapangan banget. saya full ada di jalanan, dan kena angin, debu,panas juga hujan. bisa kalian bayangkan, kalau anak saya ikut, artinya dia pun ikut menerima tempaan itu. entahlah, saya merasa kala itu, kalau saya harus bisa memberi dia hidup yang lebih layak lagi. meski mungkin sebenarnya, keluarga saya pasti mampu menghidupi saya dan anak saya tanpa kekurangan sedikitpun.

saat itu adalah masa terberat saya dalam takaran ekonomi, tapi masa terindah saya secara bathin. saya bener-bener megumpulkan rupiah demi rupiah untuk anak saya. bahkan 500 perakpun saya simpan dengan baik. dalam masa itu, saya tetep berusaha memberikan yang terbaik untuk Airin. makanannya saya jaga bener. dia harus minum susu seperti biasa, dan dia harus bersih setiap hari.Airin tetap saya suplay juice buah murni setiap hari, menu 4 sehat 5 sempurna dan tempat tidur yang layak juga pakaian yang bagus-bagus. bagi saya, cukuplah melihat anak saya tetap segar dan sehat tanpa kekurangan sedikitpun.

pernah suatu malam, saya dan anak saya baru pulang dari tempat kerja saya. anak saya bilang ingin makan nasi goreng. saya melihat isi dompet saya yang bener-bener gak cukup untuk beli seporsi nasi goreng. tapi saya punya temen yang jualan nasi goreng,walo tempatnya agak jauh dari tempat tinggal saya. berdua dengan Airin saya datengin lapak temen saya itu. dan kami pulang dengan membawa seporsi nasi goreng tanpa membayar. sampai di kamar, saya membuka nasi goreng itu, menyuapi airin diatas kasur. dia memakan dengan lahap sambil tersenyum. dengan semangat mengunyah sesuap demi sesuap, sambil terus tersenyum dan berceloteh tentang apapun. saya hanya bisa menatapnya haru, sambil terus menyuapinya, anak sekecil itu, begitu polos dengan hidupnya. saya sungguh tega telah membawanya merasakan pahitnya hidup dalam kesengsaraan.

sekarang saya dan Airin terpisah jarak. setiap saya menelpon nya dia selalu meminta saya datang. tanpa merengek dan memaksa. dia hanya menanyakan kapan dia bisa ketemu saya. tanpa tangisan dan paksaan. tapi justru sikapnya yang tabah menunggu saya datang itu yang menjadikan saya semakin merindukannya. menjadikan saya semakin merasa tidak berguna. dulu kami hidup tanpa materi tapi selalu bersama, sekarang mungkin saya bisa mencukupi kebutuhannya meski tak terlampau banyak tapi kami terpisah. yang mana sebenarnya yang bisa saya lakukan dan pilih sebagai seorang ibu yang mencintai anaknya? yang mana lagi?

saya semakin jarang menelponnya. semakin jarang melihat-lihat fotonya pada fb atau hp saya. semakin jarang menanyakan kabarnya. bukan saya gak peduli, saya takut. rasa rindu itu semakin gak berjarak ketika saya melihat fotonya. semakin saya lihat fotonya ketika rindu, muncul tuntutan lain setelahnya : saya ingin memeluknya. semakin sering saya menelponnya ketika kangen, muncul kebutuhan lain setelah mendengar suaranya : saya ingin bertemu dengannya. akhirnya saya jadi tidak mampu menguasai diri dan terjebak dalam tangisan yang panjang. saya menghindari itu semua, bukan karna tak peduli. tapi karna saya tau saya lemah.

seperti sekarang ini, saya berkali-kali menangis ingat kalimatnya " mama kapan kesini?" dan saya cuma bisa bilang " besok ya" tanpa saya tau kapan saya bisa memenuhi janji itu.

maafin mama ya nak.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar