Selasa, 12 Juni 2012

fiksimini Papa.

~ Papa dalam ingatan ~

I.
Rana berteriak kegirangan diatas pundak papanya dengan banyak balon-balon sabun hasil tiupannya. kedua kakak lelakinya melonjak-lonjak membantu Rana menangkap balon-balon sabun itu meski tau pada akhirnya  hanya akan sia-sia karna balon sabun tak akan pernah bisa di tangkap. Rana tertawa setiap kali kedua kakak nya saling berebut untuk menyenangkan hatinya. bukan hanya kedua kakaknya, tapi juga papa nya.

II.
Jika Rana ingin barbie, maka dengan mudah papanya cukup membawa Rana ke ruang kerja pribadinya, menggendongnya hingga sampai meja kerjanya yang besar dengan begitu banyak laci di kanan kirinya. dan papanya akan membukanya satu untuk kemudian berkata " jeeenggg....jenggggggg. ini dia barbie yang cantik untuk bidadari papa yang paling cantik. " dan Rana akan selalu percaya kata papanya, bahwa di ruang kerja pribadi itu, dengan meja yang banyak lacinya itu, ada satu laci ajaib yang bisa mengabulkan semua permintaan Rana. semuanya. semakin Rana besar, semakin banyak keinginan Rana yang terkabul dari laci ajaib itu. semakin Rana penasaran dan sering menawarkan diri untuk membuka laci ajaib itu sendiri jika sewaktu-waktu muncul keinginannya secara mendadak " Papa kan sering ke luar kota, biar nanti kalau Rana ingin mainan baru, tinggal buka sendiri saja " dan papanya akan selalu menggeleng sambil tersenyum menciumi Rana dengan kumis tipisnya. Pernah Rana mengajak kedua kakaknya berkomplot, sayangnya boro-boro mau berkomplot, yang ada kedua nya justru menertawainya. Rana makin penasaran. hingga Akhirnya :

III.
" Papa bohoooongggg, Katanya Laci ajaib. "
Rana merangsek masuk kedalam Ruang meeting di building perusahaan keluarganya. sekretaris papanya tak kuasa menahan kemauan putri bungsu kerajaan tersebut. " maaf pak, Mbak Rana tidak bisa saya cegah. tadi saya sudah perintahkan security untuk.." Papa tersenyum. berdiri dari tempat duduknya yang seperti tempat duduk Fir'aun, meraihku dalam dekapannya dan menghadapkanku pada semua orang yang ada di ruangan tersebut. semua mata terpaku menatapku." ini putri bungsu saya, Kirana Moriska.dia lagi ngambek karna tau selama ini saya bohong tentang laci ajaib di ruangan kerja saya. hahahaha" dan semua tertawa mengamini tawa papa saya. kok ketawa semua sih? itu kan bohong. saya berteriak sendirian di hati.

IV.
aku menunggu di terminal kedatangan luar negeri bandara. sudah lebih dari sejam dari janji papa padaku, tapi kedatangan pesawatnya bahkan belum diumumkan sama sekali. Pak Is, sopir keluarga sejak aku belum lahir ini, sudah berkali-kali mengingatkan, kalau papa datang tidak jadi hari ini. papa baru akan datang dua hari lagi karena mendadak harus ke Chinna dahulu. tapi aku berkeras " gak mungkin pak Is, papa itu gak pernah ingkar janji sama Rana. papa bilang akan pulang hari ini. jadi pasti papa akan pulang hari ini" aku bersikeras. Pak Is kelimpungan, mama kelimpungan. dikirimnya pesan pada papa, dikirimnya pula kedua kakakku sebagai delegasi mengajakku kembali pulang. tapi tidak. bagiku, sekali papa berjanji, maka aku akan menantinya. karna papa tak pernah bohong. aku menunggu hingga tertidur dipangkuan kakak sulung ku. dan ketika aku bangun, aku sudah didalam mobil, dengan papa yang jadi sandaran kepalaku. " Tuuuhhhh, kan bener. apa Rana bilang, papa itu pasti pulang hari ini" teriakku kegirangan tanpa sadar hari telah berganti dan begitu banyak meeting penting dengan keuntungan milyaran yang mungkin bisa papa dapatkan andai tak mengkhawatirkan putri bungsunya tak mau pulang dari bandara.

V.
papa terpaku menatap Layar Laptopnya. lama. hanya diam. aku lalu melengos. " udah deh pah, gak usah lebay. cuma perancis kok." Aku dapat beasiswa prestasi di Universitas Sorbonne Paris,Perancis. dan papa seolah-olah menjadikan kabar gembira itu kiamat personal untuknya. " Papa aja udah keliling dunia, Mas Herdi kuliah di Belanda, Mas Hanan di Jepang. semua udah keluar, Rana juga dong" papa masih diam. ini kali pertama papa menolak keinginanku. tak mengabulkan cita-citaku. menjegal langkah besarku hanya karena takut berjauhan dariku. ini kali pertama papa kutempatkan dalam posisi musuh dalam hidupku. ini kali pertama.

VI.
Aku terkesiap waktu papa kembali menolak keinginanku. keinginan yang aku pikir mustahil seorang ayah tolak atas dasar apapun. yaitu menikahkan anak perempuan satu-satunya. papa lebih memilih untuk menyerahkan wali nikahku pada hakim, bahkan ketika kedua kakakku meminta untuk mewakilinya, papa tetap menolak, bahkan terkesan melarang. aku makin tak mengenal papa. tak mengenal nya.

~ Papa dalam impian~

VII.
Akta ahli waris itu menjelaskan segala yang telah samar. namaku tercetak diurutan keempat setelah mama,mas Herdi dan mas Hanan. namaku pula tertulis sebagai pewaris salah satu perusahaan milik papa di salah satu negara asia. tapi namaku, adalah satu-satunya nama yang tak diikuti nama papa sebagai Binti ku. Herdinant Moriz Bin Gumilar Sasongko, Wihanant Moriz Bin Gumilar Sasongko, Kirana Moriska. tanpa binti siapapun. tanpa nama siapapun. namaku tertulis Independent. sendirian. mungkin aku lahir dari bonggol pelepah pisang.

VIII.
berpuluh tahun aku merasa jadi anak separuh dewa. aku sudah seperti Hercules. aku menganggap papa adalah dewa, dan mama manusia. kepergian papa yang setiap minggu ke beberapa negara untuk mengurus bisnisnya aku anggap sebagai kunjungan zeus untuk mengatur petir-petir yang berserakan di beberapa belahan dunia. ah, sayangnya aku lupa, bahwa sebagai anak separuh dewa, justru kita tak diperbolehkan bertemu dengan ayah kita sendiri yang notabene adalah dewa. kemudian aku berganti bayangan. aku adalah agen dewa. aku adalah anak buahnya. aku neptunus, yang akan membantu Zeus mengatur petir-petir dan menciptakan hujan. lagi-lagi aku kecewa, tak ada hujan yang datang karena tarianku. hujan datang karena Tuhan yang menurunkan. dan aku tak mungkin lahir dari bonggol pisang. lalu mengapa aku tak punya Binti.


1 komentar: