Sabtu, 30 Juni 2012

Ah, Kau, Waktu.

Waktu tak kenal waktu.
bergerak membuat - meninggalkan jejak
tak ada yang tau kapan tak ada lagi waktu
atau waktu akan terus membuat waktu
siapa tau, aku sendiri waktu. 
( Dharmadi / Tentang Waktu.)

Tiba-tiba, entah dari mana datangnya, saya tersadar. Ini sudah di tahun 2012. Dan Zaapppp!!!! saya menoleh. Oh, oke. ini bukan di hari kiamat. Gossip itu hoax belaka ternyata. 

Ah, saya tertidur terlampau lama. banyak hal yang terlewatkan atau bahkan tidak saya lewati. mendadak saya menyesal berkepanjangan untuk selanjutnya mengutuk diri sendiri. kemana aja selama ini, ngapain aja sih? sampai-sampai begini-begini aja. ah,waktu, bagaimana bisa kau begitu cepat meninggalkanku. atau mungkin aku yang lamban dan malas berjalan? 

beberapa waktu lalu, saya ada di sebuah tempat makan fastfood. didepan saya ada sepasang muda-mudi yang pacaran tapi sibuk berantem. yang cewek, mungkin karna kodratnya, nyerocos gak berhenti. sementara yang cowok cuek. malah sibuk ngaduk-ngaduk coffe cup yang saya yakin udah abis isinya dari tadi. saya tertarik banget, bukan karna saya bahagia ketika orang lain mengalami hal buruk. tapi pemandangan itu mengasyikan saya. pada akhirnya, saya sibuk menerka, membaca gerak bibir, atau malah membuat dialog baru dengan kondisi pertengkaran mereka itu. tapi ada yang kemudian menggerogoti hati saya diam-diam, yaitu perasaan de-javu. ah, dulu saya pernah seperti itu. entah dengan pacar saya yang mana, tapi saya pernah begitu. saya mencoba mengingat-ingat. dan ingatan saya buruk,saudara. saya gak berhasil menemukan pastinya, kapan saya ada diposisi mereka. tapi yang saya ingat, itu terjadi saat masa-masa SMU. sekitar tahun 2002. dan saya merunut. tahun 2002, dan sekarang 2012. artinya sudah 10 tahun!!! saya kagum sendiri. jadi saya sudah berjalan selama 10 tahun sejak masa SMU? mendadak saya berkaca tanpa cermin. jadi sudah 10 tahun? sudah sebegitu lamanya? angka 10 tiba-tiba terasa bagaikan gelombang besar yang membekukan saya. mengingat, menelaah, sampai menyadari. bahwa saya belum jadi apa-apa, belum menghasilkan apapun, bagi siapapun. ah waktu, kau membuat aku tak sanggup mengelak. bahwa mau tak mau, suka tak suka kenyataan bicara : saya menua. 

kemarin, waktu saya naik kereta ekonomi dalam kota, saya di kagetkan oleh seorang anak kecil yang menggoyang-goyangkan kaki saya. meminta uang. " untuk makan bu." Saya kaget. spontan langsung mengangsurkan koin 500 perak. anak itu pergi. saya diam. berfikir. bukan kasihan, karna saya tau dia tidak semenderita itu. yang saya pikirkan adalah kalimatnya itu " Untuk makan Bu." dia manggil saya Bu, dari kata dasar IBU. yang artinyaaaaaaa, saya udah pantes dipanggil ibu. yayaya, saya emang udah jadi Ibu kok. anak saya satu, umur 4 tahun, cantik dan berbola mata salju. bukan masalah saya gak mau dipanggil ibu, saya itu malah mikirin : anak saya. bahwa hidupnya, masa depannya, milik dia sendiri. tapi, saya diberi tanggung jawab oleh Tuhan untuk mendampinginya, memberinya fasilitas dan menjaganya. bahkan membayangkan anak saya makan cuma sama tempe tahu, atau nugget aja saya sedih. gimana saya membayangkan anak saya ada di bordes kereta dan melakukan hal seperti si anak tadi? GILA!!! saya langsung menghitung. 4 tahun, usia anak saya. dan 4 tahun sudah saya jadi ibu. apa yang sudah saya lakukan? saya ini ngapain aja selama 4 tahun? ya Ampun. Main ayunan sambil makan ice cream? sampai selama ini saya baru bangun. hey kau, Waktu. lecutlah kuda di semangatku, agar aku bisa melampauimu.

saya merasa habis. meradang, begitu cepat waktu yang mengelilingi saya. jadi bagaimana? apa yang bisa saya lakukan selain menyempurnakan langkah kaki dan terus berjalan, atau berlari. dan kau waktu, teruslah melecut. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar