Minggu, 10 Februari 2013

Usaha+Doa x semangat : Sabar = Dream Come True !

" Bermimpilah, maka Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi kita "
( Andrea Hirata ) 

Idiom ciptaan Andea hirata diatas, itu favorit saya banget. Setelah sekian lama saya mencari pepatah, nasehat, kalimat yang pas dan terasa cocok untuk semua harapan saya, baru muncullah idiom itu dalam sampul buku sekuel kedua dari Tetralogi milik Ikal yang berjudul " Sang Pemimpi". 

Setelah saya baca dan merasa sejiwa dengan idiom itu, saya menganggap Ikal langsung jadi sahabat saya. Gimanapun juga, mereka yang berani bermimpi, berani menatap mimpinya, berani berjuang dan berdarah-darah untuk mimpinya, yakin dan terus istiqomah dalam membuatnya terwujud, adalah sekutu saya. Bagaimanapun juga, kenal tak kenal, baik atau buruk, ganteng atau cantik, All around with it, they my best friend forever. Bahasa anak gaolnya, BFF. Dan saya yakin, kalian juga, yang masih tetep membaca dan mengikuti tulisan saya di blog ini, juga BFF saya. Kalian juga pasti berani bermimpi, as like me. 

Saya banyak mencintai detail-detail dalam hidup. Mulai dari tulisan, gesture, anak-anak, laut, alam, sampai tempe. Dari banyak hal tersebut, satu yang jadi favorit saya, terpancang kuat di hati saya, mengakar dan makin dalam rambatnya ke hidup saya. Itu tidak lain tidak bukan, kita sambut : MENULIS !!!

Menulis, bukan hal baru buat manusia. Dari lahir, batita, balita, remaja sampai nanti Uzur, tulisan itu udah menjadi hari-hari dan kebiasaan di hidup semua orang. Menulis dan tulisan, keduanya terkait dengan satu variabel baru bernama Bahasa. Dimana-mana mereka yang menguasai bahasa akan mampu menguasai dunia. mungkin kalian masih ingat frasa Lingua Franca yang di ajarkan waktu kita SD, bahasa adalah ibu dari semua ilmu pengetahuan. Berangkat dari situ, saya mulai mencinta. 

Mempelajari bahasa, menumbuh suburkan cinta saya pada dunia tulisan. Semakin dipupuk, kecintaan saya makin beranak pinak. Saya mulai mencintai aspek-aspek disekililing menulis. Mulai dari teater, musik, tari, tekhnologi, dan Cinta itu sendiri. Saya belajar banyak dari menulis, belajar banyak dari mendalami tulisan-tulisan. Untuk itulah, hingga sekarang ini saya enggan berhenti belajar. Orang yang mencinta, akan selalu ingin dekat dengan yang dicinta. Saya mencintai menulis, dan tanpa belajar saya tau saya akan sampai dititik henti sebuah tulisan. Saya menghindari itu. 

Banyak impian yang saya tanam di Pohon harapan bernama Menulis. Mulai dari nama besar, eksistensi, materi, hingga persahabatan. Saya tau, harapan-harapan tak sepenuhnya datang sesuai keinginan. Ada kalanya mereka datang terlambat, atau bahkan menyaru seperti bentuk lain. Tapi saya percaya, ketika saya masih berani berharap, saat itulah saya hidup. 

Bertahun-tahun, saya hidup dalam keinginan dan cita-cita yang membumbung tinggi. Saya ingin jadi penulis besar, yang mengilhami banyak orang untuk terus bersemangat hidup. Saya ingin karya saya dibicarakan di semua negara, untuk menunjukkan bahwa tak hanya London, Perancis atau Rusia yang memiliki penulis kaliber dengan daya jual tinggi. Saya ingin, imajinasi saya menginspirasi banya manusia, dimana mereka tau bahwa bermimpi itu tidak haram. Saya ingin, selalu ingin begitu. 

Someday, seorang yang ada di lingkaran keluarga terdekat saya bicara tentang impian tersebut : " Percuma nulis tiap malam, kalau karya kamu gak pernah muncul dimana-mana." Even, saya tau yang bicara itu bukan sang ahli tekhnologi. Dia pasti gak pernah buka internet. Dia pasti gak tau alamat blog ini, terlebih dia pasti gak pernah nonton tipi, gak pernah baca running titlle di belakang sinetron. Selain itu, dia pasti gaulnya gak keren, gak pernah kenal sama anak-anak milis penulis, atau gabung di PDS juga di TBS. Ya pantes aja dia gak tau karya saya. Itu jadi pelajaran ya buat saya, juga kalian. Tolong, kalo mau ngomong jangan asal ngecap. Kasian kan jadi keliatan oon nya. :p

Itu cuma satu dari jutaan kalimat pedes yang mampir di telinga saya. Bukan sekali dua kali, gak juga sehari dua hari. Tapi berjuta kali dengan hitungan waktu mundur tahunan. Kalian tau itu rasanya gimana? kayak yang di gantung di tiang bendera, kepanasan keujanan, terus kaki kita di kasih kecoak. Pegel, jijik, tapi males teriak. Yang dijadiin bahan buat nakut-nakutin cuma hewan kecil gitu. Gengsi banget mau teriak kan? Nanggung!

Nah, hari Sabtu kemarin. Tuhan menunjukkan pelukan itu. Pelukan di mimpi saya. Pelukan yang ternyata selama ini ada tapi belum saya rasakan. Bukan terlambat datang, tapi memang menunggu waktu yang tepat untuk dilahirkan. Saya tau, kalo Pelukan Tuhan itu datang jauh hari sebelum ini, mimpi saya akan lahir prematur karna saya sendiri belum sepenuhnya siap. Dan dalam hitungan bulan, saya sudah siap jadi ibu dari karya besar tersebut. 

Jadi rumus untuk bisa menerima pelukan Tuhan atas mimpi kita cuma satu : Usaha + Doa x semangat : Sabar. Hasilnya kalian bisa rasakan sendiri. Belive me, im not Lie. Satu lagi nih, kalo ada orang disekitar kalian yang sampe tua masih aja sibuk bermimpi, jangan pernah kalian kecam. Karena justru dialah orang yang senantiasa hidup. 

Someday, kalo saya punya kesempatan ketemu sodara itu lagi, saya bakalan ngomong : " percuma hidup selama puluhan tahun, kalo cuma bisa nebeng mimpi orang lain. " 

Love

_me_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar