Jumat, 26 April 2013

Don't Do It !!

Sudah jam satu pagi. Ini dini hari. saya belum juga memejam.

Saya itu gampang banget marah, emosi, dan meledak akan satu hal. Saya bisa sangat membenci seseorang jika dia melakukan hal tersebut meski bukan sama saya. Dan saya bisa akan berlipat-lipat kali lebih jahat dari monster kalau itu sudah terjadi. hal apa ? : Mengabaikan. So, Don't do it.

saya gak suka mengabaikan, apalagi diabaikan. Itu rasanya sumpah gak enak banget. Jadi saya gak bakalan melakukan itu dan gak suka ada orang yang melakukan itu. terlebih apabila hal tersebut ada disekitar saya. Beneran saya mendadak bisa jadi meletup kayak kawah candradimuka. Panas dan berapi.

Saya ada didalam sebuah Productionhouse besar, berkualitas dengan pemilik yang kompetensinya tidak diragukan lagi. Bertahun saya didalam sana. Tergabung dalam satu Tim yang mewadahi produktifitas PH tersebut, termasuk salah satunya menentukan siapa talent/ aktris yang akan dipakai untuk sebuah produksi. Maka tak jarang, ada yang iseng atau juga serius 'nitip' kesaya supaya bisa main. Dalam hal ini, saya gak suka melakukan itu. tapi bukan KKN ini yang saya maksud, lain waktu kita akan obrolin ini, maybe.

kemarin, iya kemarin banget. Iseng saya liat-liat lemari terbuka ( lebih tepatnya rak buku terbuka ) di sudut ruangan tempat saya beberapa tahun ini meniti karier disitu. Dan saya menemukan hal janggal. setumpukan amplop cokelat masih tertutup rapi, belum dibuka sama sekali, berusia tahunan, dan sangat bau tua tergeletak nyaman disitu. Waktu saya lihat, sampulnya bertuliskan: Talent. Saya melongo. Lihat cap pos dan menunjukkan tanggal sekitar dua tahun lalu. Saya mingkem. Hati saya bergemuruh.

Itu amplop berasal dari mana-mana. Ada yang dari Jogja, surabaya, Medan, dan macam-macam lagi. Kondisi belum terbuka dengan waktu tahunan itu membuat saya berfikir, bagaimana bisa kami mengabaikan mereka selama ini. Sementara saya tau, mereka yang ada nun jauh dari tempat saya berdiri sekarang pasti sedang memimpikan menjadi aktris atau aktor terkenal, bisa membiayai kuliah sendiri, menemukan mimpinya, bahkan memperbaiki hidupnya. bagaimana bisa, ternyata amplop yang mereka kirimkan berupa harapan itu masih tergeletak di rak tanpa terbuka sama sekali. Bagai mana bisa, mereka se-terabaikan itu. Saya nyaris menangis.

saya berasal dari kampung. Kota kecil di jawa tengah. Saya bermimpi jadi penulis besar sejak kecil, saya ingin nama saya ada di sebuah novel sebagai penulis, di running tittle layar lebar, atau di majalah-majalah nasional. Saya sempat seperti mereka, mengirim, menunggu, untuk kemudian kecewa. Tapi saya bersyukur karena saya saat itu tidak mengetahui tekhnis mengapa sampai naskah-naskah yang saya kirimkan belum juga mendapat tanggapan. Dan, saya sangat benci keadaan yang sekarang dimana saya menyaksikan sendiri bahkan saya ada didalamnya, didalam sebuah Tim yang mengabaikan harapan-harapan itu. saya menyesal, dan saya benci ada di keadaan ini.

Di tolak itu sakit. terlebih bila passion kita yang di tolak. Tapi itu lebih baik ketimbang kita terus berharap tanpa ujung yang jelas. terlebih, terkadang harapan itu tidak hanya singgah pada diri kita sendiri, tapi juga orang tua kita, sahabat dan orang-orang terdekat. Menyakitkan ketika ternyata bahkan harapan yang kita kirimkan itu bahkan sama sekali tidak mendapat tanggapan.

Tolong  jangan pernah putus asa. Karena sesungguhnya, ketika kalian diabaikan, saat itulah Tuhan akan turun tangan. belive me.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar