Senin, 08 Desember 2014

Hujan Desember

Masuk musim penghujan adalah waktu dimana segala nuansa akan berarti dramatis, mellow dan jadi momentum. Biasanya, hujan memang membawa hal indah atau semacam perasaan ingin mengingat sesuatu. Efek hujan juga terkadang bikin kita jadi sedikit cengeng. Seperti saya pagi ini : Nangis.

Saya termasuk salah satu tipe manusia yang menurut orang-orang terdekat masuk dalam kategori Complicated. Saya memang mengakui terkadang banyak benak dan pikiran saya yang ribet dan kurang simpel kalau dibandingkan sama....errrrr, suami saya. Tapi namanya manusia, saya kadang gak mau disalahin, saya mau menang sendiri dan saya mau paling bener. Meskipun yah, dengan segala keribetan yang memang bikin mual suami.

Tipikal manusia macam saya ini memiliki stereotipe yang bakalan buruk banget kalo gak bisa di manage dengan baik dan sabar. Saya jelas bakalan terlihat sangat keras kepala, sangat egois dan obsesif. Tapi sebenarnya, andai kalian tau saya itu cuma pekerja keras, yang gak gampang menyerah, mau terus berusaha meski semua orang sudah duduk lemas bilang gak mampu. tapi menurut saya, keras kepala dan obsesif itu terlalu mengerikan untuk menjuluki sifat saya. Mungkin lebih tepetnya saya ini determinasi dan sangat fokus. hahahahaha.

Oke, kembali lagi sama tangisan pagi hari saya ini. Kebetulan, suami berangkat pagi ke kantor dan anak saya mendadak tertidur lagi setelah sarapan tadi. Tumben. Dari balkon rumah saat saya menjemur baju, saya melihat langit gelap dan hawa yang menusuk banget. Dingin dan absurd. Mendadak saya berhenti menggantung-gantung pakaian dan melamun duduk. Saya menikmati kesepian ini. Kesepian yang menurut saya jarang bisa total saya rasakan jika anak bungsu saya terbangun. maka saya menyesapi itu semua.

Usia saya 28 tahun, punya dua anak dan suami yang sangat luar biasa. Untuk ukuran perempuan, saya merasa sungguh cukup untuk terus bersyukur tanpa perlu menuntut hal lebih dari apa yang sudah Allah beri. Saya manusia dan menyadari ketidak sempurnaan saya, saya paham saya memiliki banyak kekurangan seperti suami saya juga memiliki itu. Jika suami saya mampu menerima kekurangan saya, dan berusaha untuk terus menggenapinya, maka saya pun harus adil terhadapnya. Semua kekurangannya adalah bagian yang harus saya olah dengan baik agar tidak menjadi bibit kekecewaan yang meracuni hati saya. DAlam koridor istri, perenungan ini menggenap saat melihat sekeliling rumah dengan segala atribut perabotan yang disediakan suami. Ada kulkas besar yang menampung amunisi sehari-hari, dua kamar lengkap isinya, AC dan cooler untuk masing-masing kamar, Televisi yang besar dan kecil, seperangkat komputer dan mini dapur yang indah. Bagaimana bisa saya masih terus saja tidak merasa cukup?

Memang ada dalam Firman Allah,  “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)”. (An Nuur : 26) . Tapi kemudian bisa kita lihat pada kasus Asiyah Istri Firaun yang telah Allah jodohkan dengan Pria Jahat lagi kejam, juga Kasus Nabi Luth yang dianggkat menjadi Nabiullah namun Allah jodohkan dengan Wa'ilah, perempuan yang sangat jahat dan bebal. Tapi kemudian Allah berfirman dalam QS. At-Tahrim ayat 10-11 bahwa : “Allah membuat istri dan istri Luth perumpamaan bagi orang-orang kafir (QS AT Tahrim :10)
  kemudian “ Dan Allah membuat istri Fir’aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata; “ Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi –Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim (QS At-Tahriim : 11)

Nah kita ini siapa? Asiyah bukan, nabi Luth bukan. Jadi kita ini masuk dalam golongan yang disebutkan di QS. An Nur : 26. Maka persiapkanlah diri untuk menjadi baik agar kelak Allah akan jodohkan kita dengan yang bak pula. Dan jika kita ternyata merasa bahwa jodoh kita tidak baik seperti yang kita harapkan, jangan lantas menjadikan diri kita masuk dalam golongan di QS. At Tahrim itu. Sebaiknya kita berkaca, kenapa suami/istri kita tidak baik. Introspeksi apakah kita memang belum baik sehingga dijodohkan dengan yang tidak baik pula. 

Lamunan saya dikagetkan oleh gerimis yang mulai datang, perlahan ingatan saya bergeser pada anak perempuan saya. Yudith Airin Puandira. Gadis kecil pendiam dengan bola mata salju yang terus mengarah pada syurga Allah. Saya mendadak menangis pada moment ini. Beberapa hari yang lalu, salah satu teman saya kehilangan anak bungsunya. Meninggal akibat penyakit bawaan sejak lahir. Setiap melihat status Facebooknya saya berusaha ikut tegar dan tidak menangis. Statusnya sungguh jadi inspirasi tiada habis bagi saya. Dengan kekuatan yang jelas tersisa sedikit, dia mencoba bersikap positif dengan melihat kepergian anaknya sebagai kasih sayang tiada batas dari Allah. Kepergian BabyPram - begitu ia memanggil anaknya - adalah keindahan yang terbungkus keikhlasan dan keridhoan. Applause dan salute untuknya. Saya percaya Allah beri dia cobaan itu sebab hanya dia yang mampu menghadapinya dengan baik. Coba kalau itu di kasih kesaya, wah saya bisa ngegelosor nangis-nangis tuh kehilangan anak.

Masih tentang Airin, dia adalah harta karun saya yang hanya bisa saya jaga dari jauh dengan doa-doa dan keihklasan. Airin adalah sebutan tentang a-gift-from-God-to-test-how-much-i-can-strength.Dialah cobaan maha berat yang saya rasakan, Allah menguatkan Airin untuk melewati ini semua pun demikian dengan saya. KAmi dipisahkan dengan jarak dan waktu yang lama, namun Allah memberikan kemandirian super untuk anak seusia Airin, dan ketegaran lebih pada saya untuk bisa bersabar jauh dari Putri tercinta.

Hujan terus saja memberikan banyak pelajaran dan pengalaman yang dalam bagi saya. Adanya hujan memberikan saya jeda panjang untuk terus bersyukur menerima semua yang sudah Allah tetapkan dalam hidup saya. Apapun yang saya miliki, apapun yang saya hadapi itu semua adalah pemberian terbaik Allah. Inilah yang terbaik untuk saya, berikut cobaan dan kebaikannya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar