Senin, 14 November 2011

the couple

sekarang ini senin sudah masuk ke waktu malam. dan saya masih belum menemukan jawaban apapun dari pertanyaan-pertanyaan yang terus saja tidak pernah terungkap. tentang rasa sakit yang mencoba dilupakan tanpa pernah disembuhkan. saya terjebak di dunia yang saya sendiri tak mengenalnya. dan tersesat.

bangun tidur,sholat, mencuci, membereskan rumah, mandi, berangkat mencari uang, beraktivitas padat, pulang, mandi, kelelahan, tidur. lalu diulangi lagi aktivitas dari awal. rutinitas sehari-hari yang nyaris tanpa cela. bahkan tak ada sedikitpun lubang untuk kegiatan lain bisa masuk didalamnya. bosan? mungkin tidak. tapi jenuh? sudah pasti iya. tapi bukankah dunia juga berputar terus menerus pada porosnya, dengan kecepatan stabil serta rute dan jalur yang sama selama ini? lalu apa bedanya dengan kita?

kawans, bolehkah saya bertanya? bagi kalian yang telah menikah. kapan saat kalian merasa yakin bahwa pasangan kalian itulah 'orang' yang selama ini kalian cari. bahwa dialah orang itu. bahwa dialah yang selama ini kita tunggu. kapan kalian merasa yakin seperti itu? apa yang kalian rasakan?bentuk perasaan seperti apa itu?

saya pernah menikah. dan gagal. lalu apakah artinya saya dulu tidak menemukan orang yang tepat? apa artinya saya salah membaca pertanda? apa artinya saya salah tafsir? apa artinya saya tak memahami diri sendiri? dan apakah saya menyesal? dari semua pertanyaan itu saya jawab : tidak. not. niet. nai. keine. andwae.aucune. dalam berbagai macam bahasa itu intinya tetap satu : saya sama sekali tidak pernah menyesal. saya sekarang ini memiliki putri yang cerdas dan cantik, tentu tidak ada penyesalan didalamnya. saya jadi memilki banyak pengalaman hidup dari kesakitan-kesakitan itu, tentu bukan jadi masalah. saya akhirnya mengerti bagaimana sebuah kegagalan dalam skala tinggi, jadi saya tak kan menyesal.bukan hanya hikmah yang saya dapatkan dari kegagalan rumah tangga saya. tapi juga kebahagiaan. saya tau rasanya bahagia, setelah saya merasakan sakit. 

kawans, jika kita memiliki pasangan, yang memang menjadi pilihan kita. terimalah dia apa adanya. jangan ada apanya. jika kita hanya melihat dia dari sisi baiknya saja, artinya kita picik, dan jika kita hanya melihat dia dari sisi buruknya saja, maka kita culas. seimbang. manusia itu sifatnya sangat manusiawi. jika kemudian, mata kita melihat keburukan dalam diarinya, maka bicaralah pada mata kalian juga, bahwa pasangan kita pun memiliki mata sendiri pula, yang juga akan melihat keburukan kita. jika bertengkar, maka jangan pernah kalian merasa yang paling tersakiti dan teraniaya, karna yang tau seerti apa berdarahnya hati kita hanya kita dan Tuhan yang tau. begitupun pasangan kita. manusiawi kawan, jadi tetaplah bersikap adil. bagi diri kalian sendiri, dan bagi pasangan kalian.

siapa yang akan memahami hubungan kalian jika bukan kalian sendiri? kalian dan pasangan pilihan kalian lah yang harus menjaganya. bukan hanya dia, atau hanya kalian. tapi sepasang itu yang harus menjaga. faktor luar hanyalah bumbu, bahan utama tetap ada dikalian. jadi hati-hatilah menambahkan bumbu dalam racikannya. salah-salah bisa terlalu asin, terlalu pedas, atau bahkan tanpa rasa. tak sedap.

ada salah seorang dari kawan saya bercerita, bahwa dia sedang mengalami penyesalan yang sudah masuk ke tahap anti klimaks. bagaimana tidak, dahulu dia memiliki seorang kekasih, nyaris menikah. hanya tinggal hitungan bulan. tapi kemudia gagal total hanya karena dia mendengar tudingan dari kawannya yang lain tentang sipasangan. ya Tuhan, seandainya kalian tau, bahwa pasangan kita pun butuh didukung. bukan hanya dalam bentuk nyata, tapi juga hanya berupa sebuah kepercayaan. bagaimana kekuatan hubungan bisa menjadi kokoh, jika hanya ada sedikit petir lalu hancurlah didalam rumah. bagaimana mungkin rumah itu kebakaran jika si pemiliknya tidak menyalakan apinya sendiri. pasangan kalian, adalah pilihan kalian. jika kalian ragu , maka mengapa memilihnya. jangan sekali-kali menyesali pilihan kalian. kenapa? karna itu sama saja dengan menyadari kebodohan kalian sendiri.

percayalah kawans, jangan pernah menyakiti diri kita sendiri dengan menyakiti pilihan kalian. percayalah kawan, bahwa kita sudah terlampau kerdil jika menyalahkan hal diluar hubungan kita atas hancurnya jalinan kita sendiri. maka itu, jagalah semampu kalian. kuatkan dari dalam. jika dalamnya sudah kuat, niscaya kalian tak memerlukan bangunan apapun diluar sebagai benteng. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar