Kamis, 22 Desember 2011

percaya

percaya. belive. kata yang punya pengaruh kuat buat saya.

dulu saya pernah punya pengalaman yang berhubungan dengan kata itu. percaya. dan pengalaman yang saya punya ini mahal harganya. saya sebenernya gak mau berbagi pengalaman, disamping karna harga dari pengalaman tersebut sangat mahal, saya juga ingin menyimpannya sendiri.tapi mungkin karna sesuatu hal yang lebih baik, saya harus mengisahkan ini disini.

saya punya seorang teman dekat. dekat sekali. saya memanggilnya teteh. dia berasal dari majalengka. dia kakak angkatan saya semasa kuliah dahulu. kami sangat dekat. sungguh sangat dekat. saling menyayangi dan melindungi. saya ingin punya kakak perempuan, dia ingin punya adik perempuan. cocok. klop. ketemu dan pas. setiap hari kami bersama. menciptakan dunia yang kami sebut persahabatan. suatu hari, gelombang besar menerpanya. teteh difitnah keji oleh sekelompok orang yang membencinya. bukti akurat, konkret. teteh bingung. semua teman meninggalkannya. menjauhinya. bahkan suaminya pun menceraikannya. teteh terpuruk. saya kalut. saya bingung harus seperti apa. saya gak pernah tau itu fitnah atau bukan. tapi bukti yang beredar menyudutkan teteh. dan teteh tidak menampiknya. saya ingin menangis. mengetahui seorang yang sangat saya kagumi seperti itu. saya takut menerima kenyataan bahwa memang benar apa yang ditudingkan sekelompok orang itu ( maaf saya gak bisa cerita apa yang di tuduhkan pada teteh, karna sangat mengerikan ), saya gak brani menemui teteh. teteh sendirian menghadapi semua ini. saya pun meninggalkannya. tiba-tiba secara sadar saya membaca sebuah petuah bijak : persahabatan yang baik adalah ketika kamu ada di kala sahabatmu merana. DOENGGGG!!!!!! setelah baca petuah sederhana itu saya langsung diam. memikirkan dengan seksama. saya seharusnya ada untuk teteh sekarang. minimal saya bisa menemaninya. minimal saya jadi orang yang tetap mendukungnya. dan jikapun seandainya nanti tuduhan itu ternyata memang benar adanya, saya akan tetap mempercaiyai teteh. saya akan tetap menyayanginya. tidak berubah. karna teteh pun sangat menyayangi saya.

saya langsung melesat kekost nya. saya dapati teteh sedang memasak kala itu. melihat saya yang datang dan langsung menubruknya, teteh bingung. saya yang langsung sesenggukan gak jelas kontan membuat teteh ikut menangis. tanpa mengucapkan apapun kami sudah sama-sama saling mengerti bahwa kini semuanya akan saling mendukung. apapun yang akan terjadi saya percaya teteh. apapun yang akan di tuduhkan semua orang pada teteh, saya tetap percaya. benar atau tidaknya tuduhan itu bukan urusan saya. bagi saya tugas saya adalah mendukungnya. dengan apa? dengan bekal percaya. mendukungnya karna apa? karna saya mengaku sahabatnya. dan seorang sahabat adalah seorang pendukung kelas atas. gak peduli apa yang terjadi sama dia. baik atau buruk, toh saya pun gak sempurna. saya mulai dari diri sendiri untuk mencintai teteh. mencintai keburukannya. karna sudah terlalu sering orang mencintai kebaikannya.

sekarang teteh sudah meninggal. nyaris 4 tahun teteh meninggal. dan apa yang saya rasakan sekarang setelah teteh meninggal? hanya sebuah perasaan bahagia, bahwa dimasa sulitnya dulu saya pernah ada untuk mendukungnya dan tetap menjadi sahabatnya. saya kembali ingat-ingat masa ketika musibah itu datang. saya sempat seperti orang picik dan suci, yang lantas meninggalkan teteh dengan keburukan yang terkuak. saya seperti yang gak pernah punya dosa dengan tidak menerima keburukan itu. saya malu. untunglah petuah itu hidayah yang saya dapat dari Allah untuk sadar. bahwa buruk baik seorang sahabat, mesti lah diterima dengan rasa tulus. karna kita pun sama, memiliki baik-buruk. berbekal itu, saya bahagia. saya tak pernah meninggalkannya. tak pernah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar