Minggu, 08 Januari 2012

KINASIH dan BEGRAS part. 1

pesanan itu datang diwaktu yang sangat tepat. sebuah bunga sepatu berwarna merah. begitu banyak bunga sepatu. kardus kedua yang diturunkan sudah membuat si wanita geleng-geleng kepala. dia hanya memesan sekeranjang bunga sepatu, dan kenapa pula nominal pesanan berlipat ganda ini tak membuat tagihan di rekeningnya membengkak. ada yang aneh dan salah. namun menguntungkan. si perempuan itu hanya mengangkat kardus berisi ratusan tangkai bunga sepatu merah kedalam rumahnya.

sebelumnya, si perempuan hanya ingin mengirimkan setangkai bunga sepatu untuk seorang pria yang akan menjadi suami orang di esok sore. bunga sepatu itu hanyalah sebuah ungkapan turut gembiranya. meski pada awalnya semua itu terlampau menyakitkan bagi si perempuan, atau mungkin juga bagi si pria.tidak ada yang tau. bahkan mungkin mereka berdua nyaris tak menyadari,segulung badai besar siap memporak porandakan hati mereka ketika kalimat " sah " dari para saksi dan penghulu di kumandangkan. esok lusa, kiamat kecil siap menjadi wisata hati keduanya. dan mereka harus menerima dengan tangan terbuka, siap tak siap.

bunga sepatu itu bertebaran di lantai ruang tengah rumah si perempuan. mata perempuan itu nanar menatap warna merah yang sudah nyaris menyerupai darah. entah akan dikemanakan bunga-bunga sisa ini. sebagian sudah di kirimkan ke rumah si pria. dan sisanya, ertinggal begitu saja di lantai rumahnya. dia tidak tau, di belahan sana, tepatnya dirumah si pria, tengah terjadi kehebohan besar. si pria, mengunci diri di dalam kamar setelah sebelumnya mengeluarkan semua barang-barang didalamnya. kamar yang nantinya akan dijadikan kamar pengantin itu tiba-tiba menjadi lapang. kosong dan hanya berisi sebuah kardus besar dengan beberapa kaleng cat minyak dan kuas. besok hari pernikahan, dan hingga detik ini hatinya belum terpaut akan perempuan yang kelak menemani tidur malamnya. si pria, masih memandangi sebuah kardus besar di tengah ruangan itu. gemetar dia membuka kembali. bunga-bunga itu masih terkumpul disana. hanya bunga sepatu dengan kuanitas sangat banyak. hanya bunga sepatu. tapi dia tau siapa yang mengiriminya, bagaimana dia mengenal si perempuan yang selama ini selalu mengisi hari-harinya meski tanpa ikatan apapun. dia, si pengirim bunga sepatu ini sangat mengenalnya. karna hanya bunga inilah yang ternyata menggerakkan hatinya hingga detik ini.

beberapa cat air di mainkan, dicampur dengan sangat telaten. kuas mulai menyapu dinding di setiap sudut ruangan. beberapa bahkan dikorbankan hingga ke lantai.sementara di luar sana seluruh keluarganya sudah berteriak-teriak mengajaknya berangkat untuk malam pra pernikahan. pria itu masih belepotan cat. keringatnya sudah bercampur dengan air mata. tak ada yang tau, pria ini mendedikasikan lukisan dinding di kamar penganinnya untuk si pengirim bunga sepatu. untuk perempuan yang setiap harinya mengisi dengan tawa dan canda di dunia yang serba seluler. dengan aksara-aksara di surat elektroniknya. untuk perempuan, yang bahkan hingga kini tak ditemukan siapa dan seperti apa dia.

lukisan itu jadi sudah. si pria keluar kamar dengan wajah puas. entah untuk apa dia melakukannya. lukisan dinding itu di tutupi dengan berbagai bunga sepatu merah. penuh satu dinding !! bahkan lukisannya tak terlihat. orang tuanya menepuk jidad. tak mengerti harus bicara apa. sementara acara pra nikah yang mereka hadiri tanpa membawa si pria berlangsung berantakan. mempelai wanita menangis mengetahui calon suaminya memilih mengurung diri dikamar. dan langsung pingsan tatkala esok harinya kabar datang melalui utusan yang mengatakan bahwa si mempelai pria telah bunuh diri. pernikahan batal. mau tak mau.dan kamar pengantin yang dilukisnya menyisakan tangisan merah darah dari si bunga sepatu layu.

beberapa hari kemudian, melalui situs pertemanan yang mempertemukan mereka, perempuan pengirim bunga sepatu itu mengetahui bahwa pria itu sudah mati. bunuh diri !! akhirnya, waktu yang nyaris selalu dihindarinya datang. tanpa tedeng aling-aling. perempuan itu mengemas ranselnya, pergi ke rumah si pria setelah sebelumnya mampir di toko bunga untuk mengambil pesanannya : satu dus raksasa bunga sepatu. awalnya, keluarga si lelaki menghalangi si perempuan untuk masuk kedalam kamar yang telah di keramatkan pihak keluarga, kamar dimana si pria menumpahkan keluh kesahnya pada bunga sepatu di tiap dindingnya. tapi ketika perempuan itu menyodorkan sekotak kardus raksasa berisi bunga sepatu merah, keluarganya mengerti.perempuan inilah, inspirasi anak mereka untuk melakukan tindakan bunuh diri. perempuan itu, tiba-tiba seperti memiliki akses khusus untuk masuk kedalam kamar  keramat itu.

ketika masuk kedalam, perempuan itu melihat banyak bunga sepatu layu tertempel di dinding kamar itu. bahkan beberapa ada yang telah jatuh ke lantai. semuanya biasa saja, perempuan itu nyaris kecewa karna tak menemui apapun dari bunga-bunga yang ditempel itu, selain mengenali bunga-bunga itu sebagai kirimannya. tapi ketika akhirnya dia menginjak titik pusat dari ruangan itu, tiba-tiba sebuah nuansa aneh menyergapnya. sekumpulan garis-garis berbentuk aksara memenuhi dinding-dinding kamar itu.menyeruak begitu saja dibalik bunga sepatu merah kirimannya. begitu banyak tulisan-tulisan itu. dan pada saat yang bersamaan, sebuah tulisan raksasa menerkamnya. KINASIH. nama nya tercetak dengan gemilang di lukisan aksara itu. mewakili semua tulisan-tulisan mini yang ternyata merupakan obrolan mereka selama ini.tulisan itu membuatnya tak berdaya. menginspirasinya untuk membuat tulisan yang sama dengan darahnya sendiri. di balik bunga sepatu merah yang dia bawa pagi itu.

kamar itu menjadi sangat keramat. sepasang muda-mudi yang saling mencintai tanpa pernah mengenal dan bertemu satu sama lain mengabadikan cinta mereka dengan cara yang sangat tidak lazim.merangkai nama masing-masing di kamar pengantin. perempuan itu, dengan sisa darah terakhir dari tangannya menggoreskan ujung jari-jadi dilantai yang kini tertutup setumpuk bunga sepatu merah serupa darahnya. BEGRAS. begitu dia mengakhiri hidupnya. ,ereka berdua bertemu entah di dunia yang mana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar