Sabtu, 14 Januari 2012

KINASIH dan BEGRAS part. 3

Begras tertawa terbahak-bahak mendengar lelucon kinasih diseberang sana. tangan kanannya masih menempel di telinga, sementara tangan kirinya sibuk menepuk-nepuk bantal. mukanya memerah menahan sakit perut akibat terlalu keras tertawa. Kinasih teriak-teriak sebal di sebelah sana, semua kalimat seriusnya dianggap lelucon kecil oleh sang lawan bicara. sebal. memberengut. Begras menutup mulut menyadari teriakan Kinasih. " sebentar- sebentar, sekarang kamu lihat cermin deh " Begras masih sedikit menyisakan tawanya, Kinasih menurut. menatap cermin besar di sudut kamarnya. " sekarang ini kamu pasti lagi cemberut. manyun. merasa gak dianggap sama aku. tangan kanan kamu yang bebas sedang memainkan ujung rambut kan? ngaku !! " Kinasih yang mendapati dirinya persis sama seperti definisi yang di sebut Begras mendadak membeku. Gila !!! ini sih bukan kebetulan. Gimana mungkin Begras bisa menebaknya sedemikian tepat. tanpa salah sedikitpun. sedikitpun!!! Begras melanjutkan lagi " aku bukan menebak aktivitasmu, tapi aku membaca kamu " Kinasih seperti disambar petir " gimana caranya membaca aku " Begras diam, tak mampu menjawab. Iya yah !! gimana caranya aku bisa membaca Kinasih? sementara berjumpa saja belum. boro-boro berjumpa, melihat fotonya saja belum pernah. " gak tau, aku pikir begitulah perempuan kalau lagi ngambek " Kinasih angkat bahu. begitu banyak kemudahan berbicara dengan Begras. seperti bernafas, mudah dan sangat alami. tanpe perlu tau caranya. begiulah rasanya ngobrol dengan Si Begras Sepatu merah.

Kinasih sudah tertidur, dengan earphone masih menempel di telinganya. Begras tersenyum mendengar desah nafas halus yang begitu akrab di telinganya. " kamu udah bobo ya? yaudah, aku tutup ya telponnya.besok pagi jangan lupa yah,bangunin aku sholat subuh. jangan mimpi ya sepatu, nanti tidur kamu jadi gak berkualitas " Kinasih tersenyum reflek memanggapi celetukan Begras di dunia khayalnya. suara Begras yang selalu mengantarnya untuk terlelap setiap hari, dan selalu menjadimotivasinya untuk bangun pagi pula setiap pagi. suara itu, lama-kelamaan seperti candu yang terus-terusan menambah dosisnya. Begras merasakan hal yang sama, sambitan mamanya di pagi hari seperti sudah tak berasa lagi di punggungnya. tapi sekali saja dering handphone di jam 5 subuh, Begras langsung terbangun meski tidur entah pukul berapa sebelumnya. Kinasih dan Begras tak mengerti, bahwa sesungguhnya benang merah antara mereka telah terajut tanpa siapapun menyadarinya.

Begras berjalan mondar-mandir tak jelas arahnya. Sato mulai sebal melihat sahabat karibnya bertingkah nyleneh " lu ngapain sih, ketinggalan HP aja udah kayak satu dunia mau kiamat " . Begras menatap kaca jendela kantin kampus didepannya, seperti itukah aku? sepanik itukah aku terlihat di mata orang-orang? Hanya HP Begras, hanya HP. tapi kenapa aku seperti ketakutan Kinasih akan sangat marah karna satu-satunya alat komunikasi kami tertinggal dirumah.Sato masih mencecarnya dengan kalimat pedas berikutnya " lu takut perempuan jadi-jadian itu ngambek gara-gara gak bisa telpon elu kan? . Begras berbalik menatap Sato. Marah. ada rasa sakit yang menggelegak ketika tau bahwa perempuan jadi-jadian yang disebut Sato adalah Kinasih. Sato mundur selangkah melihat mata Begras yang berkilat-kilat " wohooo, sorry bro...tapi emang bener kan da perempuan jadi-jadian? elu aja belum pernah liat fotonya kayak apa" ucapan Sato terhenti oleh tinju reflek Begras di bibirnya. Sato berteriak sebentar. Begras makin berkilat marah . tanpa kata langsung pergi meninggalkan sahabatnya. Sato menggelagar " gila lu Be, GILA !! mending ke kyai deh lu. kena hipnotis tu cewe elu Be !! " Begras sudah meninggalkan Sato dengan darah membanjir di gusinya. motor itu membelah jalanan sekitar jalan raya. kemarahan di ubun-ubun.

Kinasih nyaris menangis begitu layar HP nya menyala dan bertuliskan nama Begras di sana. pada deringan kedua langsung diangkat dan disorongkan kemarahannya " kamu tuh apa sih maksudnya ? aku telpon gak diangkat daritadi? sejam lagi kamu gak telpon aku udah bisa gila tau !! " Kinanti merasakan hal aneh dengan kalimatnya sendiri.panik dan ketakutan sekali rasanya begitu beberapa panggilan telponnya sama sekali tidak mendapat respon dari Begras. dan bukan kebetulan namanya jika Begras pun memiliki perasaan sangat bersalah hanya karena membuat Kinasih kelabakan begitu. keduanya tidak memahami, ada jalianan seperti jaring laba-laba yang akan senantiasa mengikat mereka berdua. jalianan yang mereka sebut sebagai : jalinan bunga sepatu merah.

ikatan yang merupakan bahasa hati itu kadang lebih kuat dari segala macam kenyataan yang ada. Kinasih menyadarinya sebagai sebuah jawaban dari banyaknya hal ganjil yang melingkupi hubungannya dengan Begras beberapa bulan ini. begitu banyak kecocokan yang awalnya seperti hanya kebetulan belaka, namun pada akhirnya menjadi seperti kenyataan. keduanya mulai larut dalam romansa saling ketergantungan dan membutuhkan satu sama lain. gak ada kamu gak rame sudah berubah maknanya menjadi gak ada kamu gak mau. Kinasih dan Begras, hubungan yang berjarak cahaya dan suara itu makin menyatukan anggapan banyak orang, bahwa keduanya sama-sama berhubungan dengan hantu. ada namun tak dapat disentuh. tapi toh, bagi keduanya semua tetap wajar. biasa. dan apa adanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar