Selasa, 10 Januari 2012

KINASIH dan BEGRAS part. 2

Kinasih menekan tombol enter pada laptopnya. " kinasih sepatu merah " begitu nama akun jejaring sosial miliknya. bagi kinasih, akun ini memiliki arti khusus.sangat khusus sehingga kinasih tak ragu untukmeletakkan foto bunga sepatu merah kesayangannya. kinasih imun terhadap kesempaan yang diberikan pembuat jejaring sosial ini, bahwa dengan memasang foto kemungkinan bertemu dengan pangeran sepatu merah nya akan jauh lebih mudah. kinasih, selalu berproses dengan hatinya sendiri. dia yakin, akan ditemukannya pangeran itu, meski tanpa dia pasang foto dirinya besar-besar di akun itu.

sudah seminggu lebih, namun list temannya masih sangat sedikit. beberapa ada yang mengirim permintaan pertemanan, tapi Kinasih enggan menanggapi. akun ini, dibuat hanya untuk menemukan pangeran sepatu merahnya. namun sudah seminggu inipula, sang pangeran takkunjung menemukan akunnya.kinasih jemput bola, dia mencoba melacak melalui mesin pencari di internet, di ketiknya clue pencarian : Bunga sepatu merah. dan hup, beribu-ribu hasil yang muncul di halaman pencariannya. kinasih telaten menyusuri satu per satu. pelan-pelan. dan pada halaman ke 7, dia menadapatkan sebuah akun unik seperti miliknya : " begras sepatu merah " jarinya reflek menekan hasil itu. dan terpampanglah profile sang pemilik akun.

sudah tiga hari kinasih memperhatikan aktivitas pria bernama Begras ini. kadang kinasih tersenyum sendiri, kadang ikut tertawa dengan banyaknya komentar di status milik pria itu. kinasih merasa dekat, sangat mengenal meski tanpa jabat tangan. hingga suatu sore, muncul privat message dari akun tersebut. " hai, nama akun kita samaan yah " dan dari situlah segalanya dimulai.  dari sapa kecil itu. hanya Tuhan yang tau, bahwa mereka berdua ternyata saling mencari melalui nama akun tersebut.

" kamu kenapa nama akunnya ada sepatu merahnya sih?" pertanyaan begras seperti tsunami yang datang tiba-tiba tapi langsung membawa banyak derita. Kinasih enggan menjawab, tapi bagaimanapun, begras telah menjadi bagian dari jejak perjalanan akun sepatu merah ini. apa salahnya menceritakan kisah pangeran sepatu merahnya. " dulu, aku pernah hilang di pasar malem. aku kehilangan jejak mama. terus nangis di bawah bianglala. ada anak lelaki datang, ngasih aku bunga sepatu warna merah. dia bilang ' jangan nangis, bunga sepatu merah ini bisa bantu kamu nemuin mama kamu ' setelah itu dua petugas pasar malem menemukan aku. mama juga sedang menangis di ruang petugas karna kehilangan aku. setelah itu aku takjub. meskipun sekarang aku tau, bahwa bunga sepatu tak ada hubungannya dengan penyelamatan itu. tapi anak lelaki itu seperti malaikat untukku " Begras menutup gagang telponnya. merasa mengenal kisah itu, bukan dari cerita kinasih, tapi dari ingatannya sendiri, pangeran yang disebut memberi bunga sepatu warna merah pada si gadis kecil di bawah bianglala pasar malam itu adalah dirinya sendiri. Ya, begras lah orang itu !! sayang, terlampau tak ingin menyakiti kinasih yang menantinya sedemikian lama, Begras tak memiliki keberanian membongkar identitasnya sebagai Pangeran Sepatu merah. karna sesuangguhnya, Begras telah memiliki impian sendiri tentang peri kecil Sepatu merah nya.

" kalo kamu, kenapa pake nama sepatu merah juga di akun kamu? ikut-ikutan yah? " Kinasih melemparkan tawa khas pengampunnya. begitu Begras biasa menyebut tawa Kinasih. tawa pengampun. karna hanya dengan mendengar tawanya saja, Begras merasa seluruh hidupnya telah diampuni. tanpa beban. " dulu aku itu cengeng banget. gak pernah berani sama anak-anak seusia aku. karna papa ku kerja sering dipindah tugas, jadi aku selalu pindah ekolah nyaris setiap tahun. hasilnya, aku jarang punya teman dekat, dan jarang jadi anak yang menguasai wilayah karna kuantitas waktu. aku selalu jadi pendatang yang di kerjain sama anak pribumi. tapi suatu hari, waktu itu aku udah kelas 2 SMP,  di makasar, aku dikeroyok teman satu sekolah. aku nangis dong, terus tiba-tiba ada anak perempuan mungil banget dateng, kayak preman, semua temenku yang ngeroyok aku takut sama dia. dan dia kasih bunga sepatu warna merah ke aku. katanya ' nih pegang, biar kamu gak nangis ' ajaibnya, setelah itu aku jadid gak pernah nangis lagi untuk hal-hal sepele" kinasih tertawa hambar. dia mengenal kisah ini seperti mengenaldirinya sendiri, kisah yang pernah dialami ketia dia ikut pamannya sekolah di makasar, saat itu sikap tomboy dan ugal-ugalan masil melekat dalam karakternya. and GOd, kinasih tak mungkin mengatakan bahwa dialah peri kecil yang dimaksud Begras, karna bagaimanapun begras akan kecewa dengan kenyataan akan impiannya pada sang pangeran sepatu merah-nya.

keduanya menutupi kenyataan, melingkar di impian masing-masing. tanpa sadar, bahwa Tuhan telah mempertemukan mereka dengan impian itu sendiri. didepan mata mereka. keduanya tak melihat pertanda, tentang mereka yang begitu cepat menjadi akrab, atau tentang kegemaran bunga sepatu merah-nya. keduanya tak menyadari, pangeran sepatu merah atau peri kecil sepatu merah itu, adalah mereka masing-masing, tak ada yang menangkap. tak ada yang ditangkap. pembicaraan tak pernah kembali kesana. seperti laju hari yang tak pernah terulang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar