Senin, 05 Maret 2012

C.I.N.T.A

Selamat pagi kawans. sekarang masih jam setengah lima pagi. saya baru aja denger suara muadzin di speaker masjid belakang tempat saya tinggal. dan sepagi ini saya belum tertidur barang sedetikpun. apa pasal? saya gak ngantuk? atau saya insomnia? bukan itu kawans. Saya berfikir. untuk pikiran itulah saya sampe gak sadar waktu udah masuk subuh. apa yang saya pikirkan? mungkin kalian bakalan nebak-nebak lagi. Tentang anak? kekerasan? pendidikan? atau sikap bangsa? sayang sekali bukan. kali ini saya beneran tumben banget mikirin hal yang paling prinsipil dalam hidup. hal yang paling hakiki, yang paling mendasar. Hal itu biasa kita sebut : CINTA.

saya berpikir, bahwa sangat benar sebuah hubungan haruslah dilandasi Cinta. yang saya bicarakan ini cinta sesama manusia ya. antara lelaki dan perempuan dewasa. cinta kesekian dalam hidup kita setelah Cinta pada Allah, Rasul , Al-qur'an dan orang tua. kalau cinta yang saya sebutkan tadi jelaslah cinta yang paten. yang sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi. karna itu gak perlu saya bicarakan. tapi saya bicara masalah cinta antar dua manusia dewasa. cinta yang masih bisa ditawar. yang masih mungkin berubah. yang mampu di kompromikan. tapi apa iya begitu?

saya berpikir, kapan saat dimana kita merasa menemukan seseorang yang kita pikir " yap. dialah orangnya. " kapan saat dimana kita akan merasa yakin akan hal tersebut. apa ketika kita punya pacar setia, cakep, tajir dan sayang banget sama kita? atau saat kita tunangan dan merencanakan pernikahan? atau justru yang lebih lagi, saat kita ada didepan penghulu dan mengucapkan janji sama Allah? kapan? dan gimana rasanya?

sekedar share, pengalaman pribadi saya mengatakan bukan itu semua. saya pernah pacaran selama berpuluh tahun sama seorang pria. ganteng, mapan, setia. lalu kami tunangan dan merencanakan menikah. tapi di perjalanan menuju pernikahan kami, saya bertemu sosok lain. sosok yang gak ganteng, gak mapan dan gak setia. sosok itu sudah punya pasangan juga, belum bekerja, dan masih sangat labil. tapi ada hal lain dari dia, yaitu Pas. iya, saya ngerasa pas sama sosok itu. rasa yang gak saya miliki sama calon suami saya. rasa yang sederhana : pas !!! sayangnya saya menafikan itu, undangan sudah dicetak, gedung sudah dibayar, baju pengantin sudah datang, dan catering sudah siap masak. saya gak mungkin menampik itu semua. sementara sosok yang saya sebut itupun tidak mampu menjanjikan apapun. saya harus realistis. melihat hal yang lebih pasti. saya lupa, bahwa yang namanya menikah bukan semata karna undangan sudah jadi atau gedung sudah dibayar. tapi lebih sederhana dan mudah dari itu : apakah saya yakin ?

bukti konkret dari sebuah kenyataan yang saya pilih waktu itu. Sekarang saya single lagi. meskipun jujur saya sangat tidak menyesal dengan kondisi sekarang ini. saya memang sudah pernah menikah, meski atas dasar undangan terlanjur dicetak dan baju pengantin sudah di lemari. tapi toh Allah memberi saya hadiah atas itu semua : seorang putri cantik jelita yang harus saya jaga. tidak ada yang sia-sia. yang ada hanyalah sebuah perasaan bahwa sosok yang pas itu yang harus saya cari. bahwa dialah orangnya. dan ketika beberapa tahun lalu saya menemukan sosok tersebut, ternyata dia sudah menikah dengan perempuan lain. apa yang saya lakukan? menangisi hal tersebut? Nothing !! karna ternyata sekali lagi, saya haruslah melihat kenyataan. dan saya diajarkan untuk selalu menyikapi semua kenyataan dengan wajar.

tapi ada pengalaman unik seorang sahabat. dia menemukan pasangan hidupnya ketika berkali-kali justru merasa tidak yakin. berkali-kali menolak lamaran, berkali-kali menjauhi si pria. namun pada akhirnya menikah dan hingga kini masih saling mencintai. ada juga sahabat saya yang sampai sekarang belum menikah karna mencoba yakin pada hatinya. dia pernah memiliki seorang yang diidolakannya jaman SMP dan yakin bahwa dialah yang jadi jodohnya. ada yang menikah karna dijodohkan orang tua, tapi langgeng sampai sekarang. ada yang wajar prosesnya, melalui pacaran, lamaran lalu menikah. ada yang taaruf, dan macam-macam lagi. saya tau Allah memiliki banyak cara untuk itu.saya gak pernah meragukan kebesaran Allah. nah, sekali lagi pertanyaan saya: kapan kita merasa menemukan? dan gimana rasanya?

apakah saat kita melihat dia tanpa kenal menyerah terus-terusan mengejar kita seperti pengalaman sahabat saya itu? atau ketika orang tua mengatakan dialah orangnya? atau sedini sahabat saya yang satulagi, sejak masih kecil? kapan? dan seperti apa rasanya? perasaan itu jelaslah yang paling berbeda dibanding perasaan suka atau sayang lain. pasti lebih besar. lebih absurd dan lebih tak terjangkau kata-kata. perasaan dimana cetak undangan dan daftar gedung tak jadi halangan. perasaan dimana kita cukup diam dan dada kita seperti ber-tsunami. perasaan yang lebih dari sekedar tanggal penetapan pernikahan diumumkan kedua pihak keluarga. perasaan bebas. perasaan menemukan yang sulit dijabarkan.

saya belum menemukan perasaan itu. dan entah kapan akan menemukan. selama ini saya terdikotomi oleh perasaan lain yang lebih besar, padahal sungguh saya tau bahwa yang saya cari justru perasaan yang paling kecil. yang paling sederhana. atau justru sebaliknya, pikiran saya yang terlampau sederhana untuk bisa merasakan perasaan yang besar? yang jelas saya belum merasakan. semoga kalian sudah. dan jika memang benar sudah, selamat menikmati kebahagiaan itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar