Selasa, 21 Februari 2012

mereka cuma anak-anak

Waktu saya ngambil gambar diatas, saya cuma pengen lihat keceriaan mereka diabadikan dalam ingatan saya. saya gak pernah ada tendensi untuk menampilkan mereka di blog atau media online manapun.bagi saya, mereka cuma anak-anak. benar-benar cuma anak-anak. yang gak akan pernah bisa menjadi komoditas apapun yang sifatnya mengunungkan saya atau merugikan siapapun.sekali lagi, cuma anak-anak. dan kata ' cuma' yang saya pakai untuk mereka bukanlah 'cuma' dalamsebuah konotasi negatif, tapi 'cuma' dalam arti harafiah. kalian tau kawans, mereka benar-benar cuma anak-anak.

tapi tadi, saya iseng buka-buka file tentang anak-anak di laptop saya. foto ini tiba-tiba menarik perhatian saya. diantara banyak foto-foto lain yang saya simpan tentang anak-anak dari ujung negeri hingga ke ujungnya lagi. ini yang paling menarik perhatian saya. anak dan laut, komposisi yang bagi saya diluar batas verbal kemampuan berfikir kita. keduanya, harus kita hayati lebih dari sekedar dengan mata telanjang, tapi harus beralatkan hati. dan hati-hati, jangan sampai kalian terjebak dalam penghayatan lahiriah semata. mari ikut saya, menelusuru perjalanan menghayati foto diatas.

laut, sebuah media inspirasi yang maha dahsyat bukan? beberapa orang bahkan menjadikannya ajang merefresh hari-hari mereka, bahasa gaulnya : Refresing. ada bermacam-macam komponen yang mendukungnya. air yang tanpa batas, lalu datang bergelung-gelung ombak dengan suara keras dan digiring angin yang juga menampar-nampar kita, kemudian pasir yang seperti bantal empuk di kaki, pertunjukan live matahari langsung dari ufuknya, dan beberapa ornamen kecil yang menjadikan laut sempurna : kerang, keong, dan ubur-ubur. jika sudah begitu, saya rasanya tidak menginginkan apa-apa lagi.

setiap kali ditanya tentang filosofi kehidupan, saya akan selalu menyebut LAUT. saya ingin hidup seperti laut. bijaksana dan sangat welas asih. laut menampung segala air yang mengalir. dari manapun datangnya. entah itu air sungai yang jernih, air rawa yang hijau, atau air comberan yang kotor. laut senantiasa tak menolak mereka. ditampungnya ai-air itu, dan dijadikannya satu : ASIN. entah itu dari mana asalnya, bersih tidak kandungannya, tapi jika sudah masuk kedalam laut, semua air akan sama. tidak ada bersih-kotor, tidak ada bening-butek, tidak ada apapun. mereka yang datang dari segala penjuru akan bermuara menjadi satu rasa : ASIN. itulah laut. tak membeda.

anak-anak diatas, tidakkah kalian lihat betapa mereka sunggu sederhana. tanpa perasaan lainnya, yang ada hanya bermain, tersenyum. itulah anak-anak. tugas dan kewajibannya adalah tersenyum. kadang kita lupa, seorang anak adalah media kita untuk kehidupan di masa depan. anak-anak tak perlu dituntut menjadi pintar, mereka hanya perlu diberi waktu untuk diri mereka sendiri. dan Simsalabim, jadilah seorang anak yang berkarakter. lalu kenapa, masih saja kita repot-repot untuk menjadikan mereka juara di kelasnya, dengan les ini-itu dan dibekali skill begini begitu. lalu ditakut-takuti akan masa depan, bahwa jika mereka tidak pandai maka mereka hanya akan menjadi sampah di hari tua mereka. lalu mengapa kita harus repot dengan segala hal tersebut, sementara waktu bukanlah parang yang menjerat mereka dengan kencang. waktu sendiri sebuah kebebasan bagi mereka.biarkan anak-anak belajar dengan wajar. memilih masa depannya sendiri, dan bahagia dengan itu semua. bukankah mereka memiliki hidup mereka sendiri kelak. lalu apa lagi?

saya sering bingung, dalam setiap kesempatan para orang tua sibuk dengan membuat anaknya pintar. padahal saya percaya, anak sudah pintar dari sononya. mereka hanya perlu diberi kepercayaan bahwa mereka pintar, bahwa mereka hebat. bagaimana mungkin mereka bisa percaya bahwa mereka pintar dan hebat, jika setiap harinya orang tua selalu menakut-nakuti mereka dengan adanya idiom bodoh jika tak belajar, nakal jika tak menurut atau menjadi yang terbelakang jika tak berlari. sesungguhnya, tidak ada seorangpun yang menjadikan anak-anak kita bodoh, bahkan tidak juga diri mereka sendiri melainkan justru orang tua-nya lah yang telah tanpa sadar menjadikan anak-anak mereka bodoh, nakal, bandel dst. orang tua sibuk menakut-nakuti, bukan mengajari. sibuk dengan ancaman halusnya, bukan melindungi. jika anak melakukan kesalahan disekolah, lalu dilaporkan pada orang tuanya, mereka sibuk ikut memarahi karna merasa gagal mendidik dan bukannya membela. siapa sebenarnya kita? orang tua atau hakim agung yang selalu memberi keputasan hukuman bagi mereka. siapa kita?

lihatlah foto diatas sekali lagi, dan hayati. mereka cuma anak anak. sekali lagi, benar-benar cuma anak-anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar