Selasa, 28 Agustus 2012

Mari saling membahagiakan.

Setiap pasangan ingin berbahagia,
tapi (me)lupa(kan) caranya untuk saling membahagiakan.
(Herdiyan Danudirdjo)

Idiom diatas terasa benar-benar tepat ya temans. sadar atau gak sadar, kita berpasangan tujuannya jelas satu : Bahagia. saya pikir gak ada deh pasangan yang ( kita membicarakan pasangan normal yaaa ) berorientasi pada penderitaan. taruhlah pasangan yang di jodohkan karena bisnis keluarga, tanya deh apa orientasi mereka ? ya jelas bisnis keluarga lancar langgeng. bisnis lancar keluarga aman. semua ingin bahagia. dan itu membuat kita jadi lupa diri. lupa daratan. 

Nyari pasangan itu gak kayak milih gethuk. mana yang keliatan mulus, manis, empuk dan belum kadaluarsa ya itulah yang di jadikan pilihan. Punya pasangan juga gak kayak punya telpon umum koin, yang bisa bunyi kalo di jejelin duit. lebih-lebih yang punya anggapan pasangan itu kayak (klise) milih baju, mana yang pas, bikin kita terlihat keren dan oke maka itulah pilihannya. oh, wahai engkau yang sedang jatuh cinta, tidakkah pasangan itu adalah diri kita sendiri. mereka bukan pelengkap semata, bukan sekedar pemanis dikala bertemu teman atau justru pemuas dahaga dikala haus. Pasangan, menjadikan kita berarti. seperti sepasang sepatu yang tak akan berguna jika salah satunya hilang.

Saya punya mantan pacar. dia yang menciptakan Quote diatas. Herdiyan, sosok istimewa yang tak tersentuh kalang menyakiti. Baginya segala kebahagiaan ada dalam diri kita sendiri. Tak perlu mencari-cari dan berteriak-teriak kepada orang lain untuk minta di bahagiakan. Kebagiaan muncul dengan sendirinya ketika kita mampu untuk menciptakannya. Maka, herdiyan adalah sosok independent dalam dunia saya. sosok yang tak mungkin merasakan kesakitan karna dia memampukan dirinya untuk bahagia sendiri. tanpa bantuan siapapun, bahkan saya yang notabene adalah pacarnya dahulu.

Tapi Herdiyan itu manusia biasa. Bukan malaikat yang tak punya nafsu amarah juga bukan iblis yang justru penuh dengan angkara. Herdiyan akhirnya menunjukkan kesempurnaannya sebagai manusia dengan mengatakan Quote diatas. " setiap pasangan ingin bahagia, tapi lupa caranya untuk saling membahagiakan." Waktu dia bilang gitu kesaya, sampe sekarang ( kejadiannya sudah bertahun-tahun lampau ) saya masih ingat ekspresinya. sorot mata yang menyiratkan kesakitan, dan suara paraunya yang luar biasa menyayat telinga saya. oke, katakan saya menganalogikan ini dengan sangat lebay, tapi sungguh, saya nelangsa mendengar dia bicara begitu. saya merasa, saya melupakan cara membahagiakannya. hingga dia harus bahagia dengan caranya sendiri.

Saya dimanja kebebasan saat pacaran sama Herdiyan. Saya mau apa dia dukung, saya mau gimana dia turutin. Saya bahagia, merasa menemukan pria yang saya mau. Sampai suatu hari, saya tau satu hal. Bahwa Herdiyan, memampukan dirinya sendiri untuk bahagia bukan tanpa sebab. Tapi justru karna penyebab. dan saya-lah penyebab nya itu. menyesal saya mengetahui itu terlambat, saat saya tak mungkin lagi membahagiakannya. Herdiyan meninggal, tanpa sempat saya bahagiakan. dan itu jadi penyesalah terbesar saya hingga hari ini.

Saya belajar banyak dari Herdiyan. Bahwa mencintai seseorang tidak bisa satu arah. pasangan harus mampu saling membahagiakan. Mungkin saya telah menemukan sosok yang saya mau lewat Herdiyan. Saya telah menemukan orang yang mau melakukan apapun untuk saya tanpa saya minta, mau membahagiakan saya tanpa saya merajuk dan mau menjaga saya bahkan sebelum saya terluka. tapi, bagaimana dengan herdiyan? sudahkan dia menemukan sosok perempuan yang mau melakukan apapun untuknya tanpa dia minta? sudahkah saya jadi pelindungnya bahkan sebelum dia kesakitan? apakah saya telah mampu membahagiakannya jauh sebelum dia membutuhkannya? sudahkah dia temukan sosok perempuan yang dia mau dari tokoh pacar yang bernama Rahmi? saya mendadak linglung. koleps.

Terlambat. saya harus memperbaikinya. meski bukan melalui herdiyan. saya tau, saya harus mampu membahagiakan pasangan saya sebagaimana dulu saya dibahagiakan pasangan terbaik saya. Karna itu saya mulai menata hati, mempersiapkan kematangan pola pikir dalam berhubungan, serta memampukan diri untuk menjadi yang terbaik bagi pasangan saya. Bukan untuk menebus kesalahan pada Almarhum, tapi lebih kepada rasa ingin menjadi sang pecinta yang baik. Yang benar. saya kapok, jika harus merasa menyesal setelah kehilangan.

" kalau sayang, kamu harus terima aku apa adanya." Duuuhh, kalimat itu terasa cekak buat saya. Selain dangkal dan agak konyol. berlindung di balik cinta buta cuma karna gak mampu jadi yang terbaik buat pasangannya. kalau saya denger pacar saya bilang gitu, saya bakalan sambit dia pake sendal jepit. bukan karna saya gak menerima dia apa adanya, tapi kalo saya cinta, maka saya akan menjadikan orang itu yang terbaik. saya akan membuatnya terus memiliki progress yang berarti dalam hidupnya. Konsep menerima apa adanya itu mutlak milik pasangan yang lemah. yang gak mampu berbuat lebih untuk pasangannya.

beberapa bulan setelah Herdiyan meninggal, saya ketemu sama sahabat kentalnya. ngopi bareng sambil mengenang almarhum. sampe detik ini, saya masih tetap menangis jika membicarakan Herdiyan. Bukan karna masih menyimpan cinta, tapi lebih karna penyesalan yang luar biasa dalam.Herdiyan mungkin memang sangat menyayangi saya, tapi saya akhirnya tau. dia menjebak saya dalam kesalahan yang fatal. saya dimanjakan taburan kasih sayang tanpa batas olehnya, menjadikan saya pribadi yang egois dan tak mengenal ampun. hingga akhirnya tanpa sadar melukai secara berkala pada pasangan saya. membuatnya harus merelakan kebahagiaannya sendiri demi melihat saya bahagia. itu imbisil buat saya. pasangan, adalah keberadaan "saling" yang paling penting. jika hanya salah satu, maka hubungan itu jadi timpang. berat sebelah. tak sehat dan berpenyakit.

Sekarang saya jadi punya visi berbeda ketika berpasangan. belajar dari Herdiyan saya tau, kebahagiaan memang muncul dari hati kita masing-masing, salah satunya dengan melihat orang yang kita sayangi bahagia. tapi kadang kita membutakan diri sendiri, dengan menganggap kebahagiaan orang tersebut adalah yang paling utama. kita lupa bahwa kadang, ada kebahagiaan yang datangnya bersamaan dengan kesakitan. kebahagiaannya mungkin jadi kesakitan kita. di posisi itulah, tugas pasangan kita untuk gantian membahagiakan kita. mampu atau tidaknya pasangan kita membahagiakan kita juga termasuk cara kita untuk membuatnya bahagia. keberadaan 'saling' menjadi konkret maknanya.

Selama hidupnya, herdiyan diam dan selalu mengalah pada saya. menjadikan permintaan saya bak sabda pandhita ratu. dia tak membantah meski itu menyakiti hatinya. asal saya bahagia, begitu katanya. saat itu saya jelas senang. saya makin menggila dengan banyak permintaan absurd yang sangat mungkin menakiti hatinya. membuatnya terluka dan meringis pelan-pelan tanpa saya tau. sekarang, saya tak ingin begitu. saya ingin membahagiakan pasangan saya dengan cara yang benar. membuatnya mampu membahagiakan saya dan menjadikannya juga bahagia. kebahagiaan itu lebih nikmat jika datang beramai-ramai. maka, satu pesan saya untuk kalians para pencinta-pecinta sejati : " Diam itu memang emas. Tapi jika ternyata diam itu menyakiti diri sendiri, maka emas itu adalah emas imitasi. ".

Love.

Rahmi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar