Selasa, 11 Oktober 2011

PULANG

jakarta hujan semalam. suasana yang selalu saya tunggu. dimana air yang jatuh bertubi-tubi dari langit menimbulkan nuansa galau yang sangat intens. tapi dibalik kegalauan saya, ada rasa yang sangat biasa. saya tidak sedih, tapi juga tidak senang. tidak muram, tapi juga tidak gembira. tidak ragu, tapi juga tidak yakin. maka ketika hujan turun semalam, saya melihat betapa banyaknya air yang disediakan Tuhan untuk mencuci bersih jiwa kita, saya memunculkan perasaan yang selama ini saya sembunyikan dalam hati. perasaan yang oleh saya sangat tabu untuk saya keluarkan. yaitu ; perasaan biasa. Flat. datar. tanpa apapun.

hati saya memang kelelahan. setiap detik saya memaksakan perasaan saya untuk membaui sesuatu. entah itu senang, sedih, bahagia, benci dan banyak perasaan lain. saya lupa mengistirahatkan hati saya dari berbagai macam perasaan itu. saya selalu memacunya untuk terus-terusan bekerja, semakin saya sedih, semakin banyak tulisan yang bisa saya jual. semakin saya bahagia semakin banyak waktu untuk menikmati nuansa itu dengan terus-terusan menghasilkan tulisan. saya memompanya terus, menjadikan hati saya mesin untuk selalu memiliki rasa. saya lupa rasanya biasa. hati saya tak pernah biasa. saya lupa pada perasaan kosong, hati saya tak pernah kosong. maka ketika saya mendengar gereyap air hujan yang begitu keras memukul-mukul genteng atap rumah, saya terkesiap. bergegas membuka jendela kamar, dan diam. saya melihat air itu jatuh begitu cepat. hati saya seketika kosong. tanpa apapun. yang saya rasakan hanya air hujan yang keras jatuh beribu-ribu diatas saya. saya menemukan rasa itu lagi, rasa tanpa apapun yang saya cari selama ini. rasa kosong. rasa tak bersyarat. dan perasaan hampa ini mengingatkan saya pada sebuah kota kecil nan ramah. purwokerto. kota dimana tak ada ambisi dan gaung mimpi. kota dimana semuanya berjalan dengan sewajarnya, apa adanya. saya ingin pulang. saya ingin ada dikota itu dengan perasaan ini.

pagi ini saya membuka facebook. saya mendapati ada satu pertemanan baru. antara saya dengan salah satu sahabat saya dikampus dulu. lalu dengan perasaan masih datar, saya membuka facebook miliknya. seketika saya terhanyut. wajah sahabat saya itu masih sama seperti ketika kami kuliah dulu. senyumnya, kerutan di dahinya. semuanya masih sama. saya langsung terbawa dalam kenangan lampau. ketika kami masih sama-sama kuliah dulu. reflek jari saya menekan item foto. dan terpampanglah begitu banyak foto miliknya. nuansa hati saya menggelegak. betapa kenangan bisa begitu nikmat terasa. betapa saya begitu bergetar dengan nuansa sederhana berupa rasa rindu. tiba-tiba saya ingin kembali kuliah. tiba-tiba saya ingin kembali ada di kota kecil nan damai itu. saya ingin pulang. bukan karna saya cengeng. tapi karna nuansa rasa yang harus saya selesaikan. saya harus pulang, bukan karna saya lebay. tapi karna memang gelegar hati yang harus dituntaskan. dan saya akan pulang, demi mendapatkan kesempurnaan rasa ini.

sepertinya alam berbahasa dengan sangat istimewa. setelah kasus hujan dan cerita tentang facebook teman lama. bude saya tiba-tiba mengabarkan kalau saya harus segera pulang. anak saya sakit. panas. di kota kecil tersebut. perasaan ingin pulang yang awalnya berupa kejelian saya akan sebuah nuansa hujan, kemudian berubah kembali karna ingin menyempurnakan rasa rindu, dan kini berubah kembali karna anak saya sakit. sebuah proses yang tak bisa lagi ditawar-tawar. saya pulang. bukan untuk hujan, sahabat atau anak saya. tapi untuk diri saya sendiri. untuk nurani saya sebagai seorang ibu yang sangat mencintai anaknya, untuk naluri saya sebagai seorang sahabat, untuk kejiwaan saya yang senantiasa merindu hadirnya nuansa abadi tak tercela dihati. bukan untuk siapapun, tapi untuk diri saya sendiri. saya akan pulang.

1 komentar:

  1. hiks sedih...
    aku pun merindukan purwokerto'ku
    tapi bukan untuk sekarang aku harus pulang, karena aku belum mampu berdamai dengan purwokerto'ku...

    BalasHapus