Senin, 03 September 2012

Just A Moment.

Assalamualaikum. Selamat siang.....

Beberapa hari ini banyak kejadian mampir di hidup saya. sebenernya kejadiannya cuma numpang lewat sih, sambil lalu dan mungkin malah gak penting. tapi gak tau kenapa, saya merasa kejadian-kejadian itu mempengaruhi proses hidup saya dari beberapa hari belakangan ini. dan saya ingin merangkumnya jadi satu. disini, di posingan kali ini. meskipun sebenernya, jujur saya agak takut kalian bosen bacanya. atau kalian malah bakalan ngangge saya lebay karna terlalu bernapsu untuk mengambil hikmah dari setiap kejadian. entahlah, yang jelas, apa yang ada didepan saya memang kadang saya perhatikan benar-benar. saya ingin setiap detik dalam hidup saya itu gak sia-sia.

Hari kamis minggu kemarin, saya nongkrong bareng pacar saya di Taman suropati. lagi asyik ngobrol mendadak saya di telpon seseorang. menceritakan masalah pribadinya. seorang perempuan, yang kewalahan menghadapi rasa sakit hatinya. gak mampu mengkoordinasikan hati dan pikirannya, kemudian gagal menyimpulkan solusi untuk permasalahannya, kemudian mengkambinghitamkan lelakinya atas ketak berdayaannya itu. saya marah. bingung tak tau harus berkomentar apa. saking bingungnya, saya sampe gak tau mesti mendefinisikan apa terhadap perasaan kali ini.


Ternyata lagi-lagi perempuan itu tak tersentuh peradaban. Sedih rasanya menyaksikan kaum saya begitu bodoh menghadapi dunia. Seharusnya, perempuan paham apa yang menjadi keinginannya. Seharusnya pula, dalam hal yang terabsurd sekalipun perempuan menyaksikan kehebatannya sendiri dalam kaca benggalanya. Perempuan itu, sudah tangguh sejak dalam kandungan.sejak Tuhan meniupkan roh pada janin dan kemudian memberi gender perempuan. saya marah. Merasa terhina sekaligus sedih. Tapi saya tak bisa memaki, tak bisa menghujat, apa lagi menangis. Apa rasanya coba? Merasakan berbagai emosi tapi tak mampu menghempaskannya.

Mungkin, hati dan perasaannya sakit. Ya jelas lah, perempuan kan menggunakan lebih dari separo hidupnya dengan perasaan. Jadi kalau kemudian hatinya sakit, karena terlampau cepat menghempas rasa sakit dan memberi label kambing hitam pada rasa sakitnya karna lelaki. Tapi? Ya sudah lah. Itu kan sudah suratan. Gimanapun, rasa sakit itu akan sembuh seiring dengan pemahamannya akan hidup. Tidak bisa tidak dipungkiri, waktu akan memberi jawaban dengan kenyataan yang sudah terbungkus rapi fakta yang tak akan mampu terjelaskan. Oleh siapapun. Itu hak veto Tuhan. sayangnya, tak semua manusia, juga perempuan memahami itu. Tapi kenapa? Kenapa saya begitu kesal ketika ada perempuan yang begitu bodoh menampakkan kelemahannya.

Dan lagi, kenapa kebodohan begitu mendominasi hidupnya hanya karena emosi. Lakukan apa yang bisa di lakukan. Tapi yang tak bisa dilakukan? Ya sudaaahhh !!!! tak perlu dilakukan. Jangan memaksa. Jangan membuat jadi kelihatan tak mampu berbuat lebih. Saya masih belum mengerti juga. Tetap tak memahami, bahwa pada dasarnya perempuan justru kuat dengan kelemahannya. Percaya sama saya, jangan pernah menyesal jadi perempuan.  jangan pernah membiarkan kelemahan itu menjadikan kita teraniaya sendiri.

Ada hal yang perlu di jawab !! apakah kita perlu memaki kondisi ketika pada akhirnya kapasitas kita sebagai perempuan tak memadai untuk menerima rasa sakit. Perempuan, pasti sakit jika di nomor sekiankan. Tapi mau apa? Ya sudaaahhh !!! gimanapun, perempuan memang di takdirkan lebih menggunakan hati ketimbang rasio. Dan lelaki, lebih menggunakan pikiran ketimbang perasaannya. keduanya sama-sama memiliki kans untuk sakit hati. Kita di ciptakan untuk tersakiti. Sadar tak sadar. Suka tak suka.

Persekutuan!!! Perempuan kadang mengalami persekutuan dengan iblis. Setan terjahanam yang mendiami perasaan perempuan.

Lalu bagaimana? Mesti apa lagi? Ya sudahlah. 

Saya sampe nyuekin pacar saya malem itu. saya sibuk berfikir, menelpon, ngobrol panjang dan mendiskusikan dari segi manapun atas masalah ini. kemudian bikin pacar saya ( mungkin) bete dengan sikap saya ini * maaf sayang* tapi saya emang begitu. saya gak mau mengendapkan pikiran, lantas membiarkannya gak berguna. apa yang ada di otak saya harus keluar saat itu juga. 

masalah di taman itu selesai dengan sendirinya. gimana gak selesai sendiri, wong itu sebenernya emang bukan masalah saya kok. itu masalah orang lain yang curhat sama saya. kadang saya mikir,sampe kapan saya bisa nyuekin hal-hal yang seharusnya bukan jadi urusan saya. ini kan sebenernya membuang waktu, tapi di sisi lain saya merasa berguna. yawes lah, ambiguitas pikiran ini cuma saya dan Tuhan aja yang ngerti. kalian gak perlu ikut pusing mikirin. 

Kemaren, lebih tepatnya hari minggu, saya jalan-jalan ( lagi) sama pacar. btw, kalian bosen gak sih kalo saya ngomongin pacar saya melulu? Gak boleh bosen ya, karna kelak laki-laki ini bakalan nemenin saya gak tau sampe kapan, sampe tulisan di blog saya ini muncul ratusan bahkan ribuan, mungkin dia masih bakalan tetep nemenin saya. jadi persiapkan mental kalian untuk sesering mungkin baca tulisan saya yang nyawel-nyawel dia. heheheheheeh

Oke, jadi kemaren ini saya jalan ke Masjid luar batang sama pacar. kebetulan rumahnya deket sama masjid itu. perhatikan kalimat saya baik-baik ya temans, jangan kalian pikir pembicaraan kali ini bentuk makar saya terhadap islam. serius, ini cuma pandangan. cuma pendapat dari pengetahuan saya yang masih dangkal tentang islam. jadi, kalo ada yang gak setuju, saya membuka diri untuk menerima kritikan. 

Saya dateng kesana, ramai. bentuk bangunan masjid itu beda sama masjid yang lain. bangunan utamanya, didalam dan megah. dingin, sejuk. khas udara masjid yang entah kenapa memang selalu adem. di depan bangunan utama, semacam altar. dan altar itu terbagi dua, in door dan outdoor. di ruang dalam altar, ada dua makam. satu dibuat menyerupai kubah besar dan satunya lebih kecil. makam besar itu, milik Habib Husen Al Idrus. yang konon adalah anak dari putri kesayangan Rasulullah SAW. makam kecilnya kabar milik muridnya. kedua makam iulah yang dikerubungi bak semut nemu gula. membuat gelombang yang makin besar, makin ramai. saya tercengang, apa yang mereka lakukan disini??

Saya dan pacar saya masuk, ambil air wudhu dan sholat di bangunan utama. jujur aja, saya takut sholat disitu. melihat gelombang besar yang memenuhi sekitar makam di altar masjid bikin saya bertanya, mereka datang ke masjid itu bukan untuk beribadah, tapi lebih karna mendatangi makam itu. niat awal mereka, saya takut bukan Lillahi ta'ala lagi. sebelum saya sholat berjamaah dengan pacar pun, saya memandangi mereka dulu. lebih karna berusaha memantapkan hati saya sendiri, bahwa saya datang kesini murni karna saya ingin sholat Dzuhur. tidak yang lain. 

setelah sholat dzuhur kami keliling masjid, saya bilang berkali-kali pada diri sendiri " kamu sedang rekreasi ami. bareng pacar" saya beneran takut, saya takut untuk tertarik berdoa didepan makam itu. saya takut, ada sedikit saja hati saya yang memohon tidak kepada-Nya. untunglah, setelah selesai keliling pacar saya ngajak ngopi. dan ngobrol kesana sini, bahkan tidak membicarakan makam itu lagi. saya bersyukur, pikiran saya dialihkan olehNya melalui laki-laki pilihan ini. heheheheh.

setelah ngopi, saya dan pacar kembali ambil air wudhu, sholat ashar. sengaja saya gak mau ikut jamaah maha besar itu. saya takut imamnya punya tendensi lain dalam mengimami sholat kami. disitu, saya lebih percaya diimami pacar saya ketimbang habib atau imam masjidnya sendiri. 

kelar sholat, Masya Allah. saya kaget bukan kepalang. saya gak tau mesti gimana. saya juga bingung mesti jawab apa atas banyaknya pertanyaan di benak saya. tapi yang jelas saya miris. karna saya bingung mau gimana cara menuliskannya,  karna saya gak tau apa yang sebenernya saya rasain.

mereka berkumpul didepan makam, berdengung bagai lebah. membaca surat yasin, membaca dzikir. saya jadi ingat puisi Gusmus : " katanya Allah maha mendengar, lalu kenapa setiap hari kau memanggil-manggil namanya melalui pengeras suara?" saya juga jadi inget kata Hadist yang bilang bahwa kita disarankan untuk memelankan suara ketika membaca Al qur'an atau berdzikir. mendadak, melihat kenyataan didepan saya, semua itu langsung mentah.

Satu-satunya yang saya takutkan adalah ketika saudara seagama saya duduk didepan makam itu, kemudian berharap sesuatu melalui makam itu. Berharap kepada selain Allah meskipun kecil tetap aja terhiung musryik. Saya mikirin, islam itu Rahmatan lil'alamin kok. jadi semua ber hak dengan persepsi masing-masing. tapi, musryik dimana-mana sama hukumannya. dan Allah paling benci dosa itu.

Segalanya cuma bisa saya diskusikan. saya sadar saya bukan siapapun, agama saya juga masih cetek banget. jadi saya cuma bisa menunggu, sambil mengikuti perkembangan yang ada. saya bersyukur, punya pacar yang ngerti gimana ngajarin saya bersikap.

Oke temans, mari kita sama-sama mengingatkan dan menyelamatkan akhirat kita. Karna konon kabarnya, masuk surga itu harus beramai-ramai. Jadi, yukk rame-rame masuk surga.  












Tidak ada komentar:

Posting Komentar