Selasa, 18 September 2012

Tanpa Judul.

Selamat pagi, selamat menjalankan hari Rabu dengan semangat yang menggebu. Assalamualaikum. #senyum

dua hari kemarin saya diam di dalam kamar. sakit. tumbenan ya saya mampu lebih dari 24 jam ada di satu tempat yang jelas bikin jenuh. Baiklah, pengakuannya adalah : saya bosan setengah mati. tapi, dari pada saya jadi gendongan orang-orang di kantor seperti tempo hari, jadilah saya memutuskan untuk diam, menyembuhkan diri sendiri dengan banyakin istirahat.

Sakit. itu yang mau saya bahas kali ini. bisa berupa fisik, bisa berupa hati. Pria terdekat saya pernah bilang beberapa hari lalu sama saya, bahwa semua sumber penyakit ada di hati. di bathin. karna itu bersihkan bathin kita dulu. gitu. saya sepakat. dan menyetujui kalimat itu.

Saya pernah sangat mencintai seseorang. Pria ya yang pasti, saya masih normal dalam hal ini. #hehehe. ya, saya mencintainya dengan segenap hati, dengan seluruh pikiran saya dan hidup saya. kemudian saya di kecewakan,disakiti sedemikian rupa, sampai berdarah dan mengabu. lalu bagaimana? saya cuma bisa bilang, Ini maunya Allah. maka saya harus jalanin.

Saya pernah sangat membenci seseorang. berniat membunuhnya jika ada kesempatan. atau menyakiti hatinya dengan banyak memberinya harapan kemudian saya tinggalkan. namun kadang saya justru yang sakit sendiri, saya yang nelangsa sendiri karna akhirnya benci itu membaur dengan kebingungan dan harapan. saya jadi tak tau mana yang benci mana yang dendam. akhirnya bagaimana? saya kembali ke Allah. Dia yang maha tau segalanya.

keduanya, baik sosok yang membenci maupun yang mencinta, saya anggap penyakit hati.

Saya inget banget, waktu itu saya diving di kiluan, Lampung. 2 hari di sana saya puasin diving, lihat terumbu karang, ikan-ikan yang berwarna, atau sekedar plankton yang aneh-aneh. Sehabis subuh di hari ketiga, saya ditarik oleh teman untuk ikut melihat lumba-lumba. sejak dua hari lalu, setiap pagi teman saya ini selalu menyempatkan diri melihat lumba-lumba. saya yang datang ke kiluan memang bertujuan diving, selalu malas menemaninya. tapi pagi ini, mendadak saya berangkat. saya ingin lihat langsung lumba-lumba itu dari jarak sedekat mungkin di laut lepas. Sampai di lokasi, saya melongo. lumba-lumba itu asyik saling saut dengan suara melengking. mengitari satu lumba-lumba yang saya pikir adalah rajanya. si Raja itu melengking kuat. menyayat. saya pikir, ini memang pertunjukan mereka, tapi ternyata tidak. lumba-lumba yang saya kira Raja itu ternyata tengah berkabung, anaknya mati. pantas lengkingannya paling keras dan menyayat hati. tau fakta itu, saya meleleh. rasanya ingin terjun bebas dan berenang kearah yang sedang berduka, memeluknya dan memberi kekuatan. tapi saya meringis, mendengar lengkingannya yang menyayat itu, saya lemas.

Lumba-lumba itu jelas lebih sakit dari siapapun saat itu. kehilangan yang dirasakannya pastilah amat menakutkan baginya. yang tadinya terbiasa ngasih kasih sayang, mendadak harus ditinggal mati. saya tau, meski dia binatang, tapi naluri sedihnya pasti tetap ada. dan pagi ini, saya tau, ketika saya merasakan hal yang sama, saya harus bisa lebih kuat dari lumba-lumba itu. karna apa? karna saya tau bahwa semua yang saya miliki sebenernya bukan punya saya, tapi punya Allah. giliran diminta sama yang punya, kenapa saya mesti sedih kan?

Saya pernah akan dikenalkan oleh sahabat baik saya pada seorang pianis muda. perempuan, cantik. sahabat saya berkali-kali bilang ingin mengenalkan saya, tapi saya malas-malasan. apa pentingnya bertemu pianis perempuan yang cantik? saya merasa tak tertarik. sampai suatu hari, saya memang dipertemukan langsung oleh Allah dengan pianis yang dimaksud. dan saya nyaris pingsan saking lemesnya. jika mendengar permainan pianonya, mungkin semua orang akan jatuh hati dan berlomba ingin menarik hatinya. tapi, saya menyaksikan live. Dia tak punya tangan. memainkan piano itu dengan jari kakiknya. saya, menangis sesenggukan. saya mendadak merasa kerdil, merasa bukan apa-apa.

Pianis itu, tak memiliki kedua tangan untuk melakukan hal yang paling dicintainya didunia, dia menggunakan kedua kakinya. saya? tak punya apa-apa untuk mencintai seseorang, kemudian menyerah begitu saja. kontras sekali perbedaan kami berdua. dia kuat hati, saya lemah hati. pagi ini saya mengingatnya lagi, kemudian bersyukur. saya merasakan kehilangan kemarin, dan hari ini saya langsung merasakan kekuatan lagi. ternyata saya tak kehilangan apapun. siapapun, bagaimana pun cintanya saya pada seseorang atau sesuatu, saya tak berhak merasa memiliki. saya juga bukan milik saya sendiri kan. Semua saya kembalikan pada Allah. sang maha memiliki.

pada akhirnya saya tau, saya memang harus sendirian untuk tau rasanya kuat.

Love.

Me.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar