Senin, 10 September 2012

Selasa Panas.

Selasa. Semoga kalian semua bahagia. Assalamualaikum.

Hari bahkan baru masuk setengah, tapi sudah dua perempuan menangis terisak di kalbu saya. Miris. Saya sampai gak lagi mampu mencerna, dunia ini serba menyakitkan, atau memang kita dilahirkan untuk sakit? itu pilihan ternyata. 

Sebut dia "Nice" ( bukan nama sebenarnya) sosok perempuan manis yang selalu mencoba jadi istri yang baik. Nice dan saya berteman lama, cukup lama untuk membuat saya mengerti mengapa sepagi ini dia nyaris membakar hari saya dengan amarah. Nice menelpon saya setelah subuh. Tepat sedetik sebelum saya kembali memejam. " Lo mesti tolongin gue" . itu kalimat pertama yang saya dengar dari dia. sontak saya duduk tegak, keluar kamar. suara nafas Nice terdengar naik turun menahan amarah. menahan kesakitannya. saya mendapati Nice terisak. mahfum saya tunggu kalimat selanjutnya. 

Nice adalah istri seorang pengusaha air minum. Cantik, lebih tua 7 tahun dari saya, cerdas dan memiliki kemampuan untuk menjerat lawan jenisnya hanya dengan kerlingan mata kucing nya. saya kenal Nice di acara amal sebuah stasiun televisi swasta tanah air. disitu, saya dan Nice dipasangkan dalam sebuah acara menyambangi rumah jompo. sejak saat itu kami sering ngobrol, hang out bareng, atau sekedar ngerujak di rumahnya yang lebih menyerupai puri ketimbang hunian manusia. 

Pagi tadi, Nice lumpuh. biduk rumah tangganya nyaris hancur hanya dalam hitungan detik. Nice yang merasa selama ini mengabdi dan menghamba pada suami jelas tak rela. saya paham ketakutannya. tapi tak paham kepanikannya. Suaminya, punya istri lagi. 

Nyaris lebih dari setengah jam saya diam mendengarkan Nice bicara meracau sambil terisak. saya gak tau dia ngomong apa aja, suaranya kabur tak jelas. yang saya tau beberapa kali Nice menyebut kalimat " Kurang apa gue?" saya masih diam. sampe di suatu titik saya dengar Nice menghujat suami dan istri mudanya. di titik itu saya angkat bicara, demi menyelamatkannya. karna saya menyayanginya. 

Istri adalah perhiasan suaminya. jadilah istri yang dapat dibanggakan. jadilah istri yang membuat mata suaminya terpaku tak mampu menatap perempuan lain. jadilah istri yang memberikan dedikasi terbaik. Dan ketika semua yang terbaik dari kita itu tak dapat balasan setimpal, maka bersyukurlah. Karna dengan begitu, minimal kita telah menyelamatkan surga kita sendiri. meski saya bukan istri yang seperti itu, tapi saya kelak akan berusaha seperti itu. Ini memang bukan perkara gampang, saya mungkin cuma bisa bicara tanpa bisa melakukannya, tapi percayalah, Tuhan, menitipkan kita pada suami untuk disayang. jadi jika sampai hati kita tersakiti, Tuhan pun akan murka. 

Ketika seorang suami memutuskan untuk menikah lagi, sebenarnya dia telah begitu menyayangi kita. telah dia berikan pintu gerbang surga terdekat tanpa hijab dan perhitungan apapun. syaratnya cuma satu : Ikhlas. tapi manusia, terlebih perempuan, yang hati dan pikiran kadang tak seimbang jelas susah ikhlas. maka dari itu terima lah. Hidup itu seperti di perkosa, ketika kita menolak paksaan itu, rasanya akan jauh lebih sakit. jadi, nikmatilah. berikan kontribusi dan jadilah peserta aktif. 

Dalam kasus Nice, saya jelas tak mungkin memberikan petuah diatas. Hatinya gundah, jiwanya tak tenang. advice semacam itu jelas akan makin membahayakan perasaannya juga hubungan persahabatan kami. tak mungkin saya pertaruhkan itu hanya karna saya berfikir tak awam. maka saya cuma bisa menghayati tangisannya, mencoba ikut prihatin. 

sebelum telpon ditutup, saya sempat mengingatkan Nice satu hal " Jika suamimu bukan sosok yang baik, tetaplah jadi istri yang baik. selamatkan surga mu sendiri." dua detik setelah kalimat saya berhenti, saya dengar nafas panjang tertahan. gemetar saya tau, Nice kembali menangis.

selang sejam setelah telpon Nice, saya didatangi teman. tergopoh-gopoh, nyaris tak berkompromi ketika saya bilang saya harus pergi. dia bahkan rela mengantar saya ke Jeruk purut demi bisa menumpahkan sebab musebabnya diserang kepanikan seperti itu.

" gue di jelek-jelekin di Grup." saya melongo. Pondok kopi- Jeruk purut saya ngakak. 

Namanya Fani ( bukan nama sebenarnya ) temen saya sejak kuliah. periang, heboh dan menarik. didekat Fani artinya tertawa. diradiusnya banyak hal lucu yang bisa kami tertawakan. hidupnya santai dan tanpa masalah. Biasanya, saya yang lari ke pelukannya, merengek dan minta ditenangkan. kali ini saya punya tugas berat. menenangkan gadis periang rasanya perlu kerja ekstra keras

Sepanjang perjalanan saya dengar Fani nyerocos bak petasan banting. cetar cetor tak berhenti. saya bahkan tak diberi kesempatan menyela barang sedetik. Fani emosional, sangat marah. saya sendiri makin masuk kedalam ceritanya, makin merasakan gejolak yang sama. Marah. 

beberapa orang di Grup FB nya menghujat Fani karna urusan "duit" saya gak tau darimana asalnya, tapi mendadak Fani jadi punya sangkutan dengan orang yang menghujatnya. yang lebih parah, orang itu ngajakin manusia sekampung buat ikut menghujat Fani. saya mikir, pasti ini yang ngehujat orang marketing deh. Jago bener mempengaruhi orang lain. heheheheeh

Saya heran deh ya, manusia sekarang itu kok hoby bener ya ngomongin kejelekan orang? lidahnya itu kayaknya lincah banget kalo udah ngomongin orang yang jelek-jelek. enteng, gak punya bandul. padahal kan, seharusnya kita melindungi saudara seiman ya? tapi ya sudahlah. toh bukan saya yang nanti nanggung panasnya bakaran di api neraka akan hujatan berlandaskan emosi itu. Saya inget deh, dulu saya pernah diceritain, Rasulullah itu menghujat kaum Yahudi yang menjebak kaumnya hingga kalah perang dengan Qunut setiap kali sholat fardhu. bayangin deh, manusia semulia Rasul, yang jelas dapet surga, dijamin tanpa perlu khawatir, tapi mau ngehujat aja medianya Qunut. lah kita? ebuset, surga masih jauh bung. malah makin di jauhin itu sih. Masya Allah. 

Baiklah. ini jatuhnya saya jadi ikutan ngejelekin orang ya? wahooohhhh. ini niatan saya tuh ngingetin temans semua. kalau masalah itu dateng nya dari diri sendiri. Nice, merasa terasing dengan perasaannya, marah dan kecewa, karna sejatinya Nice merasa memiliki suaminya. padahal, bahkan dirinya sendiripun milik Allah. kita nih kere dari lahir sampe mati. semua yang kita punya itu cuma pinjeman. kelak kalo yang punya minta kita balikin, harusnya kita balikin pinjeman itu utuh tanpa cela, lecet atau bahkan kurang. 

Sedangkan Fani, merasa heboh dengan hal baru yang membuatnya merasa tak nyaman, merasa kalah. padahal, seandainya dia tau, kita justru dijamin menang jika terus berada diagama Islam. agama kemenangan. maka gak perlu risau. semua yang menghujat akan dapat media sendiri untuk kembali dihujat dalam bentuk apapun. Allah baik sekali, jadi gak perlu takut kehilangan teman, jika kita yakin Allah selalu menemani kita. 

salam laper.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar