Kamis, 03 Januari 2013

Matahari di Kuningan.

Selamat Kamis siang, selamat Tahun baru ( meski agak telat ) semoga kalian semua bahagia. Assalamualaikum.

Hari ini baru masuk setengah, matahari masih dilangit dan terang benderang -meskipun musim hujan- tapi saya sudah dapat begitu banyak pergumulan bathin di hari ini. Sebuah pembelajaran yang selalu membuat saya bersyukur karna telah jatuh cinta pada orang yang tepat. Ade Riyan Purnama - lebih sering saya panggil Mas Riyan-

Pagi tadi saya dan mas Riyan mengaji di Menara Kuningan. Mengaji di sini bisa didefinisikan dengan lebih tepat sebagai ajang curhat santai bersama guru ngaji mas Riyan yang sehari-harinya ada di Menara Kuningan. Isi pengajiannya banyak, tapi bukan itu yang membuat saya merasa mengalami pergolakan bathin yang kuat. Justru pergolakan itu terjadi setelah sesi pengajian itu selesai.

Kami mengaji hingga setengah jam sebelum adzan Dzuhur berkumandang. Mas Riyan yang memang nyaris selalu sholat di waktu awal, refleks mengajak saya ke Musholla menara kuningan yang letaknya di lantai 16. Saya memang sudah beberapa kali sholat di musholla ini. Tapi baru kali ini saya masuk ke dalam dan mendapati keadaannya sepi senyap. Biasanya, saya datang ketika Adzan sudah berkumandang. Kali ini, saya harus menunggu adzan sekitar 30 menit kemudian. Aturan musholla yang membedakan pintu masuk bagi pria dan wanita membuat saya dan mas Riyan akhirnya menunggu sendiri-sendiri. Di sinilah pergolakan bathin saya di mulai.

Musholla itu dingin sekali. Deru AC menggema menembus kesunyian. Lantai 16. Saya baru menyadari dalam kesendirian itu, bahwa saya ada di lantai 16. Entah berapa ratus kaki di atas permukaan tanah. Dan saya sendiri. Disini saya sendiri. Saya melihat Mas Riyan sedang menyender di dinding sembari memejamkan mata. Entah berdzikir entah tertidur, saya harap kemungkinan pertama yang dia lakukan.

Ada sekitar satu menit saya melamun. Menikmati dinginnya ruangan AC di tengah terik matahari di luar sana. Tiba-tiba, mata saya menangkap silau warna langit. Arahnya dari sebelah kanan. Ketika saya menoleh, saya merasa tertarik maghnet alami untuk mendekat kesana. Jendela kaca maha besar terpampang di salah satu sudut musholla itu. Saya refleks melongok ke bawah kaca itu, dan Wuzzzzz!!!! mendadak saya disergap perasaan aneh. Saya merinding entah karena apa. Mungkin takut, mungkin juga ngeri. Yang jelas, pemandangan yang saya lihat itu luar biasa hebat menggedor jantung inspirasi saya.

Dari jendela kaca lantai 16, mata saya langsung jatuh ke jalan utama Kuningan. Di belakang saya senyap. Tak ada siapa-siapa. Saya merasa kerdil, sepi, dan sendiri. Demi menghalau rasa ngeri, saya mencoba menoleh, menatap sekeliling. Pandangan saya berhenti pada sosok Mas Riyan yang masih duduk tenang di barisan pria. Dan ketika saya kembali lagi menatap ke bawah, sensasi rasa tadi muncul lagi. Kali ini disertai gemetaran yang membuat saya menggigil. Tak sadar, saya menangis.

Pemandangan itu mengunci hati saya rapat-rapat. Jalan utama Kuningan yang seringkali saya lewati, yang biasanya macet dan begitu menyebalkan, siang tadi menampakkan aum nya di mata saya. Dari lantai 16 Menara Kuningan, saya melihat ke bawah. Mobil-mobil yang berjalan, motor dan beberapa manusia di bawah. Mata manusia saya menangkap itu semua dengan baik. Namun, keterbatasannya membuat benda-benda di bawah itu tampak kecil. Sangat kecil. CR-V yang bisanya lebih besar dari saya, kali ini telihat sangat mungil. Metromini yang biasanya saya hindari karna takut terserempet kini terlihat bagai mainan keponakan saya, dan manusia-manisa di bawah sana.... terlihat seperti boneka yang berjalan dengan batu batere. Saya menggigil. Mata manusia saya, yang demikian terbatas dan baru saja dari ketinggian lantai 16 saja sudah sedemikian berbedanya melihat semua itu. Bagaimana dengan Allah? yang tak terbatas pengelihatannya, yang melihat kita jauh lebih dari atas sana. Bagaimana kita di matanya? Kecil? Kerdil dan berukuran lebih mini kah? saya terisak, takut luar biasa. Saya sadar, saya pastilah sangat kecil di mata-Nya.

Saya membayangkan bagaimana benda-benda mini itu ketika menara kuningan yang super tinggi ini roboh mendadak? Bagaimana saya yang ada di ketinggian ini akan menyelamatkan diri jika itu terjadi? Terjun bebas sama dengan bunuh diri. Bertahan belum tentu selamat. Saya bergegas ke ruang wudhu. Mensucikan diri dan curhat langsung pada yang memiliki saya.

Setelah selesai Sholat Dzuhur, mas Riyan membawa saya ke Smoking Room di parkiran lantai 7. Kami ngobrol kesana kesini. Sampai kemudian saya ingin bicara tentang pengalaman spiritual tadi, tapi sebelum saya bicara, mas Riyan berdiri. Tangannya menunjuk ke udara. Dia berkata " Kamu liat deh, mata kita kalau begini cuma bisa menatap pemandangan di sana." Katanya sambil menunjuk gedung-gedung pencakar langit di sekitar Menara Kuningan. " Kita cuma bisa liat langit, sama gedung-gedung itu. Tapi kita luput gak mau liat ke bawah. " sontak saya diam. Sepertinya ada aliran listrik yang terjadi antara bathin saya dan bathin mas Riyan kala itu. Tanpa bermaksud sok romantis, saya memperhatikan dia. Pria di hadapan saya ini memang luar biasa.

Saya jadi teringat suatu kejadian di TIM sore hari. Waktu itu rintik gerimis di depan pelataran teater besar. Saya dan mas Riyan habis nonton film di XXI TIM. Waktu itu, tergopoh-gopoh kami berlarian ke mobil. tiba-tiba mas Riyan bilang hal yang membuat saya terkesiap, katanya " Aku ini laki-laki paling kaya sedunia. Aku punya dua mata yang masih bisa melihat, aku punya telinga lengkap yang masih bisa mendengar, dua tangan yang masih cukup kokoh untuk bekerja, dua kaki yang masih gagah untuk berdiri dan perempuan seperti kamu yang jadi perhiasan termahal. Kaya itu gak cuma harta kan? " Saat itu, saya membungkus kata-katanya dan menyimpan dengan rapi di ingatan.

Bagi saya, kebagahiaan terbesar adalah ketika saya mampu mengambil hal-hal baik dari apa yang tengah terjadi. Dan kehadiran mas Riyan, memiliki sumbangan terbesar dalam pencapaian kebahagiaan itu. Semoga, kalian pun memiliki pasangan yang sama baiknya dengan pasangan saya. Karna kita semua, akan di jodohkan dengan orang yang memang pantas untuk kita.

Regrads.

Me. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar