Rabu, 09 Januari 2013

Saya, Menulis.

" Penulis? Maksudnya? "

Saya penulis dan akan selamanya jadi penulis.

Ceritanya kemarin itu saya ketemu sama ibunya temen lama saya. Beneran temen lama banget. Lebih tepatnya temen SD. Lama kan itu? ketemu di pusat perbelanjaan di kota kelahiran saya. yang namanya lama gak ketemu, bisa kalian bayangkan dong itu hebohnya sejagad raya gak ada yang ngalahin. Semua orang di tempat itu, baik yang lagi belanja atau cuma lewat di depan kami noleh jengah. Saya tau, pasti dalam hati mereka bertanya-tanya : " ini siapa yang norak sih?"

Setelah heboh melihat tumbuh kembang saya yang luar biasa pesat, - saya itu dulunya mungil kayak jari kelingking, sekarang udah kayak jempol- juga melihat kenyataan bahwa saya udah punya anak perempuan yang juga sebesar jempol berusia 5 tahun dalam gandengan saya, sementara temen saya - yang adalah anaknya- bahkan menikah saja belum, ibu itu lantas bertanya sama saya : " kerja dimana sekarang?"

Mulailah siang panas saya berubah jadi neraka.

Ini cuplikan dialog saya dengan Ibu itu :

Ibu Teman   : " Oh, sekarang di Jakarta? Kerja Apa ?"
Saya            : " Saya nulis, tante."
Ibu Teman  : " Nulis? gimana maksudnya?"
Saya           : " ya kerjaan saya nulis."
Ibu teman  : " hahahahaha. " * sumpah ketawanya bikin saya gedek banget*
                  " Ya yang namanya kerja ya pasti nulis lah. Mbak Ami ini ngelucu." * saya makin gedek*
Saya          : " maksud saya, saya ini penulis, Tante."
Ibu Teman: " Penulis? Maksudnya ?"

Dan kemudian terjadilah dialog yang lebih absurd dari itu. Saya menyesali kenapa siang saya jadi sepanas itu.

Jadi penulis adalah cita-cita utama saya. Passion hidup saya. Saya bahkan sama sekali gak pernah membayangkan akan punya pekerjaan lain selain menulis. Itu bener-bener udah jadi cita-cita sepanjang hayat di kandung badan. Dan buat saya, jadi penulis bukan sesuatu yang aneh. Atau lucu. Saya gak lagi main dagelan, Saya serius ingin jadi penulis.

Sepanjang jalan pulang ke rumah saya berfikir, apakah saya yang salah, atau ibu teman saya itu yang memang gak berfikir terbuka. Apakah saya yang bermimpi ketinggian? Atau memang si Ibu itu yang kurang paham perkembangan dunia.

Saya mengenal banyak orang yang hidup benar-benar dari hasil tulisannya. Seperti Wahyu H Sudarmo, Bos saya di kantor yang memang gak punya pekerjaan lain selain menulis. Tapi kemudian saya ingat, selain menulis ternyata dia punya pekerjaan lain Yaitu sebagai Creative Director di kantor saya. Mendadak saya mulai gelisah, saya mulai mencari-cari nama lain yang memang hidup hanya dari menulis. Lalu keluarlah nama-nama seperti Jujur Prananto, Putu Wijaya atau Ahmad Tohari. Dari ketiga nama itu saya mendapati kenyataan pahit, bahwa ketiganya punya pekerjaan sambilan di samping menulis. Atau sebaliknya, menulislah yang menjadi pekerjaan sambilan mereka.

Saya makin gelisah ketika ingat pesan Mama saya dulu : " Bisa dapat apa kamu cuma dengan menulis?" Waktu itu saya bilang bahwa selama saya masih punya nafas di hidup saya, maka saya akan tetap menulis. Entah sudah beberapa lowongan pekerjaan yang mama berikan pada saya melalui Koneksi nya, tapi saya kekeuh di jalur saya. Sekali menulis saya akan tetap menulis.

Dan dialog beberapa menit dengan ibu dari teman lama saya mendadak mengacaukan keyakinan saya. Bagaimana bisa, masyarakat awam seperti ibu itu, yang sehari-harinya nonton sinetron di Tivi swasta, gak tau bahwa ada pekerjaan jadi penulis. Saya ingin berteriak ke semua orang bahwa di balik suksesnya sinetron-sinteron ratting 1 itu, ada nama besar seorang penulis skenario. Bukan hanya sutradara !

Saya menulis apa saja. Dan saya akan tetap jadi penulis. Meski kiamat gagal di tahun 2012, meski 2013 di ramalkan akan menjadi tahun paling buruk, Saya akan tetap menulis.

Saya penulis, dan akan tetap jadi Penulis.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar