Kamis, 10 Januari 2013

tentukan Posisimu.

Just Ordinary People or Complicated People? Tentukan sendiri posisimu.

Setiap habis Sholat Subuh saya dan Mas Riyan punya kebiasaan Ngaji bareng. Ngaji apa aja. Kadang Mas Riyan cuma ngedongeng kisah-kisah inspiratif dari sahabat Nabi, atau ada beberapa hadist menarik yang bisa diambil hikmah untuk saya, Atau malah ngaji tafsir. Kebiasaan itu berlangsung tanpa sengaja, dan saya menikmatinya.

Suatu pagi pasca lebaran kemarin, waktu itu Saya, Airin dan Mas Riyan selesai sholat subuh. Saya dan mas Riyan minta Airin untuk membacakan beberapa suratan pendek yang sudah di hapalnya. Entah datang dari mana ide itu, mendadak saya diminta sama mas Riyan untuk hapalan juga. Dan hasilnya : SAYA GAK HAPAL !

Sejak itu, mas Riyan terus-terusan mengingatkan saya untuk menghafal suratan pendek yang saya lupa. Saya sampai dibelikan Juzz' Amma baru sama dia.

Dan subuh tadi, datanglah hari test itu.

Pengalaman subuh dramatis bersama Airin itu jelas jadi pelajaran berharga untuk saya. Subuh tadi, saya dengan manis menyelesaikan hafalan Suratan-suratan pendek. Setelah itu mas Riyan menanyakan Isi rukun Iman dan Rukun Islam. Dalam obrolan santai itu, saya tersadar bahwa saya harus menggunakan jembatan keledai berupa lagu penghafal yang diajarkan Airin untuk bisa membedakan mana Rukun Iman dan mana Rukun Islam. Parahnya lagi, saya terbalik-balik urutannya. Melihat gelagat gak sehat dari pengetahuan agama saya, Mas Riyan spontan menanyakan hal-hal simple tentang Islam pada saya. Mulai dari nama Nabi secara urut, nabi-nabi mana yang diberi Kitab, Nama malaikat dengan tugasnya masing-masing dan beberapa hal simple lagi tentang Islam. Kesemuanya, saya bisa menjawab dengan potensi nilai di bawah 5 jika skalanya 1-10. Menyedihkan.

" Kamu itu sama aja kayak kebanyakan orang, Sibuk ngaji tafsir ini itu, hafal banyak hadist dan ayat-ayat rumit, tapi hal yang paling mendasar dari pengetahuannya tentang islam malah Nihil. "

Saya langsung mikir, iya juga yah. Saya ini ngaji saking seringnya. Kesana-kemari. Tapi malah Rukun Iman dan Islam aja masih kebalik-balik. Surat Al-fill aja lupa. Padahal dulu waktu masih TK-SD saya hapal loh. Apa sih yang bikin otak dewasa saya banyak melupakan hal-hal kecil tapi penting itu? 

Saya kemudian ingat tentang permainan pikiran yang pernah di lakukan Inay, sahabat saya. Dia bertanya : " Gimana caranya masukin Gajah dalam Kulkas?" Pertanyaan itu di lempar pada 10 orang mahasiswa, 10 dosen, dan 10 eksekutif muda. Semuanya menjawab dengan berbagai macam jawaban. Ada yang bilang, gedein aja kulkasnya. Ada yang bilang, pasti ini gajah mainan. Ada yang bilang, replika gajah ya? Bahkan ada yang cuma jawab " sinting lo" semuanya gak ada yang masuk jawaban benar dari pertanyaan Inay. 

Kemudian, Inay melempar pertanyaan yang sama pada 10 anak balita. 5 dari 10 anak itu menjawab dengan wajah polos : " buka kulkasnya, masukin gajahnya, tutup kulkasnya. " 

Itulah kita. Pikiran kita sudah terbiasa dengan sangat banyak pemikiran. Padahal pertanyaannya cuma gajah dan kulkas. Inay sama sekali tidak menyebutkan gajah itu ukuran berapa, Kulkas itu seperti apa. Inay cuma bertanya simpel, " Gimana caranya masukin gajah kedalam kulkas. " 

Sama seperti pertanyaan itu, pengetahuan saya tentang Agama pun berlari terlalu jauh. Saya inget mas Riyan pernah bilang : " banyak orang hafal surat ini itu, tapi gak pernah ngucap syahadat." Saya diam ketika itu. 

Kenapa ya, Kita ini sibuk jadi orang yang super rumit, mempersulit diri sendiri kemudian jadi manusia yang sulit di sentuh hatinya. Hanya karna otak kita sudah banyak membaca ini itu, mengetahui beragam peristiwa dan memahami banyak hal. Lantas kita lupa, hal yang paling hakiki dari itu semua. menyedihkan. 

Jadi, marilah kita menjadikan hidup berjalan dengan santai dan apa adanya, tanpa perlu melewatkan hal-hal besar di depan kita. Jangan pernah membesarkan masalah yangs sebenarnya kecil, dan jangan pernah mengecilkan masalah yang besar. Semua sesuai porsinya. pas, tanpa perlu dikurangi tanpa perlu dilebihkan. 

Salam Panas.

Me.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar