Minggu, 15 April 2012

selama masih ada kau.

berkali-kali aku ingin membantah
berteriak di gendang telinga semua orang
mengatakan apa yang terjadi sebenarnya
bukan untuk membela diri dan lari dari apapun
tapi lebih ingin membuka mata mereka
bahwa semua itu tidak benar
meski tidak salah juga
namun berkali-kali pula kau yang menahanku
menggenggam erat emosiku
menahan monster yang siap keluar dari semburan mulutku
dan melahap mereka semua
berkali pula kau yang melapangkan aku
mengingatkan akan bonus dari hasil kesabaran
dan untuk mendapatkannya dibutuhkan sakit yang tidak sedikit
dan kali ini kau masih tetap menahanku
sambil berbisik menenangkan
selama bukan Tuhan yang membenci kita, janganlah jadi gelisah.

lalu seperti apa lagi
kesabaran yang kau maksud?
jika kata-kata mulai menjadi pedang
dan berkeliaran disekitarku tanpa ampun
aku masih saja terus mempercayaimu
menerima nasehat dari kalimat-kalimatmu
mengharapkan aku mampu untuk semakin sabar
dan membunuh monster-monster yang aku miliki dalam setiap kalimat
sungguh jika kau mengerti
aku betapa mampu untuk menjawab semua itu
menjadikannya paradoks yang seketikameluluhlantakkan semua
menghabiskan kalimat mereka tanpa tersisa barang satu hurufpun
namun lagi-lagi kau menyumbatnya
dengan kembali berkata
selama kau masih punya Iman, maka tak perlu semua pembelaan itu.

yayaya.
lagi-lagi aku memahami ucapanmu
surga,neraka sama-sama ciptaan Tuhan
maka untuk apa kita risau.

dan kali ini
aku duduk memeluk lutut sendiri
menahan tubuhku dari kehancuran sendiri
dan menopang kepercayaan sendiri
kau,
masih tetap tersenyum menepuk pundakku
mendudukkan aku tegak
sambil terus mengatakan
Selama bukan Tuhan yang membenci kita, dan iman bersemayam di hati kita
maka semua yang kau rasakan itu, hanya adonan dari ketabahanmu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar