Kamis, 16 Februari 2012

KINASIH dan BEGRAS part. 11

Begras berdiri mematung. sudah nyaris sepuluh jam Kinasih tidak mengangkat telponnya. dan nyaris sepuluh jam pula Begras rela memberikan sebelah telinganya hanya unuk sebuah dering di telepon genggamnya. terakhir Kinasih menelpon, hanya bilang akan mengganti nomer Hp karna keberadaannya telah terlacak Saputra, sang mantan pacar yang tempo hari pernah jadi bahan obrolan mereka. Yang artinya pula, ada indikasi Kinasih telah bertemu Saputra belum lama ini, dan indikasi itu mengarah pada ketepatan serta keakuratan. ada kalanya Begras merasa konyol, bertemu bahkan belum,mengetahui wajahnya saja tidak, namun hatinya seperti belepotan darah ketika mengetahui ada yang tidak beres dengan Kinasih. Apakah terlalu amoral perasaannya ini?

berkali-kali layar ponsel itu diusapnya. belum juga ada sms atau telepon masuk. Begras menutup pintu kamar pelan. sepelan perasaannya yang mulai tidak berdenyut lagi.lemah.mungkin sekarang adalah saat kehancuran komunikasi menjadi ajang bunuh diri massal.

jarum jam mulai bergerak secepat kuda pacu. melesat bak tercambuk jalinan belati. tanpa ampun atau kompromi. detiknya tak melambat setatap matapun. kini mulai merangkak di angka 3 dini hari. jarum itu laksana pedang samurai yang mencacah harga diri Begras. mencacah keberadaannya karna dia rela diabaikan

Begras malas mengambil handuk pagi itu. malas mandi malas membersihkan diri. Begras tak ingin ada satu titik debu yang menghilang dari tubuhnya kini.betapa Kinasih memberikan rasa sepi yang begitu nyata tanpa telepon darinya. bahkan untuk itu, Begras rela tubuhnya tertempeli kotoran biawak andai itu harga yang harus jadi pengganti pendengarannya akan suara Kinasih. sayanganya, Biawak sedang tak ingin mengotori manusia manapun termasuk Begras, maka tak ada pula suara Kinasih di pendengarannya. pagi itu merayap seperti ular, yang siap memangsa jika targetnya terlalu lamban. Begras adalah target buruan selanjutnya. jangan lengah.

siang hari, rayapan ular makin mendekati serigala. mengaum tanpa kenal matahari, padahal diluar sana matahari seterang matanya. dan matanya adalah sang pecinta yang putus asa. tetap tak ada telepon dari Kinasih. Begras ingin menyerahkan diri pada siapapun kini. rasanya menjadi anomali ketika harus bertatapan dengan layar ponsel tanpa nama yang mengudara di dalamnya.Kinasih seperti tak terjangkau,meski mereka baru saja tidak berkomunikasi selama 26 jam. jika sajabunuh diri bukan dosa besar, Begras sudah memotong lehernya untuk dijadikan tumbal atau mangsa serigala kelaparan. Modusnya sederhana : sebuah penantian akan telepon dari seorang Kinasih. begitu mudah.

hingga sore hari, Begras masih tetap belum memotong lehernya. sebentuk rasa rindu mulai berkenalan kini. Tak ada lagi amarah. hanya perasaan ingin mendengar suara ' hallo ' atau ' hai' sedetik saja.sayangnya, kebesaran dua kata itu bak sutera di tanah etiopia.mustahil dan sangat sulit. Begras makin menikmati, perasaan ingin mati. Kiamat kecilnya.

malamnya,Begras terduduk di pinggir tempat tidurnya.menyesapi setiap sms Kinasih yang pernah mampir ke Hp nya. apakah Kinasih merasakan hal yang sama setiap kali ponselnya mengedipkan nama Begras disana?seperti ada jutaan mercon yang berteriak di otaknya,minta diledakkan. Begras beringsut mematik api.menatap terangnya. ingin membakar rumah, sayangnya sudah tak butuh api untuk kegiatan bakar membakar kini. cukup dengan hatinya, Begras yakin sudah bisa membakar seluruh dunia. cukup dengan hatinya yang berkobar.

Kinasih masih tak ada kabar. dan Begras sudah ingin menelan seribu pil untuk menghilangkan ingatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar