Senin, 06 Februari 2012

Pasukan Berani Mimpi

Assalamualaikum, selamat pagi kawans... sudah lama rasanya saya gak menyapa kalian yahh. rasanya saya jadi jauh beberapa bulan ini dengan blog sendiri. saya memang lagi tenggelam dalam keruwetan kisah Kinasih dan Begras. selasa pagi ini, cuacanya romantis. mendung, dingin, sayu. seperti ada magnet yang saling tarik menarik di langit.awan-awan membentuk gambar di pikiran kita masing-masing. di depan tempat tinggal saya, ada sebuah rumah tinggi menjulang. menutupi warna merah dari langit didepan saya. tapi bukan jadi tak indah, langit tetap kelihatan, makin merah tertutup rumah tinggi itu. sesuatu yang tak mungkin tertutup, tetap merangsek keluar di sela bangunan, langit itu seperti mau marah. merah, saga.

semalam saya ngobrol banyak dengan seorang sahabat. Joe, sahabat sekaligus kakak, sekaligus musuh bebuyutan, sekaligus saudara, sekaligus pengganti ayah, sekaligus penasehat pribadi, sekaligus... ah, terlalu banyak sekaligus disini. saya memang jadi sulit mendeskripsikan nama hubungan kami berdua. tapi yang saya pasti dan bisa saya jelaskan : kami bukan kekasih atau sejenisnya. Joe adalah gitaris dari salah satu band yang lagi naik dauh ( kayak ulet yahh..) salah satu lagunya dijadikan soundtrack sebuah sinetron anak-anak yang ditayangin setiap sore di SCTV. saya selalu percaya kami memang memiliki banyak persamaan, meski dalam bidang yang berbeda. sama-sama pecinta seni ( dia musik, saya teater ) sama-sama suka nulis ( dia bikin lirik lagu, saya bikin tulisan lain2) sama-sama suka ngobrol ( kalo yang ini bidang kita sama : kehidupan ) sama-sama doyan makan ( ini juga sama : apa aja ) sama-sama senang berteman ( ini juga sama : dengan siapapun ) sama-sama selalu yakin pada impian masing-masing ( dia jadi musisi, saya jadi penulis ) dan masih banyak sama yang lain. malam tadi, kami ngobrolin hal yang ber bidang sama yaitu kehidupan. beuuhhh, kalo udah ngobrol sama dia tentang kehidupan, semuanya bisa kita bahas disini. mulai dari harga sembako, nilai rupiah, agama, anak, percintaan, pendididikan sampe hal-hal klenik. kita rasanya nyaris gak pernah kehabisan bahan obrolan. dan yang bikin heran, itu awalnya saya ngobrol gak cuma sama Joe aja, ada beberapa temannya ikut nimbrung, tapi tereliminasi satu-satu karna mungkin makin ngerasa gak ngerti kami ngobrolin apa. sampe akhirnya kami cuma berdua di ruang tengah. kemudian meluncurlah satu jenis obrolan tak ringan. obrolan yang selalu saya anggap paling berat dan sulit ditemukan titik temunya : Impian.

dulu, saya inget betul gimana Joe sampe naik-naik keatas meja di baris paling depan waktu kami sekolah cuma demi mendapatkan perhatian dari teman satu sekolah. nyaris setiap bel masuk berdentang, dia justru memulai aksinya, pilihan waktu yang pas karna di menit-menit itu semua siswa berkumpul dikelas untuk menunggu guru datang. kebiasaan guru yang selalu datang paling cepat 10 menit setelah bel berbunyi benar-benar dimanfaatkan joe untuk melakukan aksinya. berbekal sapu ijuk kelas yang berdebu, dia bernyanyi diatas meja itu. sebagai seorang sahabatnya, saat itu saya memperhatikan sambil pura-pura cuek. saya tau banget, passion Joe adalah main musik. jadi gitaris ternama, karyanya dikenal banyak orang. saya juga tau, saat itu kami masih sangat muda, masih kelas 1 SMP. nyaris semua teman kami dikelas itu menampilkan sikap sebal dengan tindakan Joe. mengganggu lah, iseng lah, nyleneh lah, nakal lah. padahal, saat itulah saya mulai yakin, suatu hari entah diusia kami yang keberapa Joe akan berdiri diatas panggung, memegang gitar betulan, memainkan karya nya, dengan begitu banyak penonton yang berteriak histeris dibawah panggung. bahkan mungkin beberapa penonton yang histeris mengidolakan Joe itu adalah anak dari teman sekelas kami jaman SMP dulu, yang kemudian begitu Joe terkenal langsung bilang sama anaknya : itu temen sekelas mama dulu lho. waktu itu saya udah menancapkan impian saya di dunia sastra. saya sudah menjuarai beberapa lomba puisi tingkat kabupaten juga provinsi. tapi Joe, dia belum apa-apa. saya inget banget, dia cuma baru bermimpi. bahkan punya band saja belum. kita masih kelas 1 SMP, masa peralihan dari dunia anak-anak di SD jelas masih terbawa masa itu. tapi Joe semangat meraih impiannya sudah sejak saat itu. dan dia berusaha mewujudkannya. dia menjaring teman sekelasnya : decky, wina, dan dodo. lalu dia tularkan semangatnya itu pada 3 temannya tadi. bahkan Joe pula yang dengan berapi-api mengumpulkan uang sumbangan dari teman-teman sebanyak 12 ribu untuk membeli stick drum. lalu saya menemaninya membeli di toko alat musik pulang sekolah. di angkutan kota, saya duduk bersebelahan dengan dia, matanya berbinar menatap stick drum itu. meskipun bukan dia nantinya yang akan menggunakan stick tersebut, tapi saya tau, Joe berjuang untuk menempuh impiannya jadi nyata. saya mulai menyukai impian Joe. saya mulai merasa ada semangat pantang menyerah disitu. saya tertular.

beberapa tahun kemudian, Joe mulai intens main Band. hidupnya untuk band. untuk musik. dia sudah bisa membeli gitar listrik sendiri. saya masih juga ingat, warnanya merah waktu itu.kebetulan kami memang bertetangga, nyaris setiap pagi kami berangkat bersama kesekolah,meskipun setelah SMU sekolah kami berbeda. saya masih meneriakinya setiappagi untuk cepat mandi, bahkan dia sampai makan di dalam mobil. ditengah kecuekan dia, sebenarnya dia siswa yang pintar. hanya saja, Joe sangat tergila-gila pada musik hingga melupakan sekolah. bahkan saya tau, ketika kuliah dia sampai menunda skripsinya, membolos kuliah hanya untuk latihan band. saat itu juga Joe sempat tertipu oleh beberapa oknum yang menawarinya rekaman dengan menyerahkan uang muka sejumlah puluhan juta. Joe gelap mata dengan impiannya. sementara saya, pelan-pelan sekali menapaki impian saya. bukan karna hati-hati, tapi karna impian saya sebagai penulis memang lebih tidak memiliki resiko tertipu seperti impian Joe. tapi itulah jalan yang mungkin memang harus dia lewati. sekarang ini ? dia sudah berkali-kali masuk acara musik di televisi, lagunya jadi sountrack sinetron stripping, Joe sudah mulai menemukan impiannya meski belum seutuhnya. tapi hingga semalam saya ngobrol dengannya pun saya tau, dia masih belum putus asa dengan impian itu. masih terus bersemangat dan masih tetap berani bermimpi.

saya pernah ngobrol dengan seorang motivator trainer yang telah sukses, saya tanya tentang cara mewujudkan impian. dia mengajari saya sau hal yang masuk akal. tentang sebuah ruang kosong. segala sesuatunya berawal dari kekosongan. dia bilang : kalau kamu pengen punya mobil, sediakan dulu garasinya. percaya sama saya, garasi kamu kelakakan terisi. saya memahami maksudnya, saya menginterprestasikan hal tersebut dengan stimulus. keberhasilan kita meraih mimpi itu adalah dari kuatnya kita berusaha. dan dari yang kita pikirkan. kalau kita berfikir kita bisa, maka memang kita akan bisa. the power of thinking. nah, kalau kita sudah menyediakan garasi mobil yang belum terisi, maka kita akan terus-terusan terstimulus untuk mengisinya. pada akhirnya usaha kita memang akan lebih kuat dari kita hanya menginginkannya dengan bayangan. garasi itu harus terisi. ada motivasi lebih untuk memampukan kita mendapatkan mobil. nah. Joe telah memnyediakan ruang kosong itu tanpa dia sadari sejak dia masih SMU.sejak dia berani berdiri diatas meja dengan sapu ijuk ditangan. berteriak menyanyikan lagu GnR dan beberapa lagu lain. dia telah menyediakan tepukan penonton dalam hatinya. merapal keinginannya setiap pagi. dan meski dengan banyak kesakitan, pelan-pelan Joe meraih impiannya.

apa yang saya dapat dari itu semua sekarang ? sebuah keyakinan penuh bahwa kita memang layak untuk bermimpi. setinggi-tingginya. Joe mengajarkan saya untuk selalu meletakkan impian saya di langit teratas, karna meskipun kita nantinya terjatuh saat meraih mimpi, kita terjatuh di awang-awang. Allah itu seperti yang kita sangkakan, DIA akan mewujudkan impian tinggi kita jika kita berusaha mewujudkannya dengan usaha yang juga sebanding jika dijejerkan dengan sang impian. jadi, saya memang sepakat banget sama kalimat Andrea hirata : bermimpilah maka Tuhan akan memeluk impianmu. ya kawans, yang harus kita lakukan sekarang adalah berani mengatakan impian kita. walau semua orang mengatakan tidak mungkin,tapi percayalah bahwa kita mampu mewujudkannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar