Kamis, 09 Februari 2012

KINASIH dan BEGRAS part. 9

Koran terbitan 4 tahun lalu itu tergeletak di meja makan. subuh tadi diantar seorang pengamen langganan Kinasih. sayangnya, ada satu halaman yang sudah menjadi perca. tergunting-gunting seperti prakarya TK. Kinasih asyik menempel, merangkai dan membuat sketsa dengan potongan-potongan kertas koran pada halaman 5. matanya terus mengerjap-ngerja tanda lelah. tapi bukan Kinasih jika dia menyerah untuk menunda hal mengasyikkan ini. padahal sudah lebih dari 4 jam Kinasih duduk di lantai dekat meja makan itu, ditemani gunting, kanvas, cat minyak, lem dan beberapa alat ketrampilan lainnya. Kinasih masyuk dengan kegiatannya sendiri.

" aku mau kirim kejutan buat kamu ya. aku bikin sendiri. Sore ini atau besok pagi aku kirim kerumah kamu " sambil mengoleskan warna merah dengan jarinya ke kanvas, Kinasih mengunyah roti sembari bicara ditelpon. Begras mesam-mesem. Aku gak tau seperti apa wajahmu, Kinasih. tapi aku seperti benar-benar melihatmu kesulitan bicara karna begitu penuhnya isi mulutmu. seksi, dan berkelas sekali. " kamu ngomong apa kumur-kumur sih? dihabisin dulu ih makannya" Kinasih terbahak. muncrat semua remah roti dari mulut nya. mengenai kanvas yang sedengan di garap. warna merah itu kini bertambah ornamen titik-titik putih ke cokelatan berupa remah roti. " hahahahaha, kamu tau? itu orisinil banget tau gak? makan sampe muncrat gara-gara ketawa. udah lama saya gak tersedak. selama ini saya selalu fokus kalo lagi makan. hal-sesederhana makan akhirnya jadi berat ketika kita menganggapnya sakral. akhirnya, saya sendiri sering lupa apa sebenarnya hakekat makan"

kejutan yang dimaksud Kinasih datang sore hari. melihat dari bentuknya, Begras sudah tau apa isinya. Lukisan. Hati Begras kebat-kebit. untuk seorang maestro lukis seperti Kinasih, kejutan yang khusus dibuatkan untuknya jelas bukan lukisan sembarangan. Begras merangsek lukisan itu. merobek kertas kartonnya. bunyi gesekan kertas memenuhi segenap gendang telinganya.sebuah kain tipis berwarna merah. dengan sebuah amplop kecil menempel di tengahnya menutupi seluruh permukaan lukisan itu. " gantung dulu, baru kamu buka kain ini. begitu cara kau bisa melihat apa yang aku maksudkan " Begras terkekeh melipat isi amplop itu. selalu berdebar Kinasih, dekat denganmu memang harus menyediakan dokter ahli jantung khusus. dibuat selalu berdebar lebih scepat dari seharusnya jantungku ini.

Begras memaku di depan dinding cokelat kamarnya. matanya nanar menatap lukisan yang tertempel disana.kain tipis merah terinjak tak simetris di bawahnyalukisan itu menyergapnya. warna merah dan potongan-potongan kertas yang ditempel berupa alur lingkaran pada buih danau. berputar dan semakin mengecil. potongan perca koran itu, Begras belum memahami apa maksudnya, tapi tertata dengan sangat tepat hingga dia tau, Kinasih bukan tanpa sebab menatanya demikian. Warna merah yang bercampur titik cokelat memberi kesan kekuatan maha dahsyat dala potongan koran itu. Begras menatap diam, tiba-tiba samurai huruf dalam koran itu merangkai maksud Kinasih. menggenapkan pertanyaannya. peristiwa itu, terulang sekali lagi dalam benaknya. mengikuti alur yang Kinasih tempel dengan sangat pas. menampilkan video masalalunya.

Begras berdiri berpegangan pada gantungan metromini. Seragam sekolahnya sudah tak beraturan. jalanan macet. lampu merah pasar rumput memang senantiasa memberi uji kesabaran pada para pengguna di jalanan. terlebih di jam-jam tertentu seperti ini. Begras kembali menengok jam tangannya. sudah terlambat 5 menit dari pelajaran pak Togat. maka, bukan tak mungkin dia akan terlambat lebih dari 15 menit dan dinyatakan membolos hari ini. sekolahnya masih harus melewati dukuh atas yang juga pasti sangat macet. bunyi klakson menyalak sana-sini. metromini merayap pelan. Hingga sampai di seberang Latuharhari, jalanan lenggang. Begras dan semua penghuni metromini lega. tak jadi membolos dia. metromini itu ngebut kesetanan. penumpang yang turun di tengah jalan bahkan tak diberi kesempatan untuk berdiri tegak di aspal. tancap terus. Begras geleng-geleng kepala.tradisi melompat itu sudah mengakar pada sejumlah mengguna angkutan umum. tiba-tiba seorang kakek berdiri sempoyongan dari duduknya, terbata memberi kode stop pada sopir.metromini terus jalan. si kakek sekali lagi mengetuk dengan gemetar atap metromini.sayangnya sopir sedang mabuk jalan lenggang " nanti saja di depan Kek. kalau memang mau turun di sini, kenata tak kau ikut tadi turun di halte sebelumnya. kau pikir metromini taksi, yang bisa berhenti didepan pintu rumah kau? Penghuni metromini diam. sudah terlalu jauh si kakek dari pemberhentiannya. Begras mengetuk tangannya, " kiri bang, stop " sopir metromini itu makin ngebut. sekali lagi begras mengetuk atap, metromini makin ngebut. akhirnya dengan segenap tenaga, Begras memukul atap metromini, dan melempar tas pada sopir itu dan memecahkan kaca dengan sekali pukul. sopir itu menginjak rem mendadak. Begras maju kedepan, mencengekeram leher sopir " kau balik ketempat si kakek tadi mau turun" sopir itu melotot. sebagai orang medan, harga dirinya jatuh di ancam bocah ingusan berseragam itu. dengan menggenggam belati dia mendorong Begras hingga tersungkur. berdarah. melihat Begras jatuh, seluruh penumpang mengeroyok si sopir. dan jadilah berita koran itu. berita yang mengabadikan nama Begras di tahun itu.

kembali Begras menatap lukisan didepannya. menyadari satu hal, bahwa Kinasih bukan sembarang orang.bukan sembarang pelukis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar