Rabu, 15 Februari 2012

KINASIH dan BEGRAS part. 10

Pagi itu memang panas, tapi Kinasih perlu sepuluh jaket tebal untuk menghilangkan rasa dingin di hatinya. Kinasih memerlukan berjuta pelengkap yang akan membuat dia semakin banyak mencari. Seperti saat ini, Kinasih memulai ritual paginya dengan membuka buku-buku usang miliknya. memilih bacaan apa saja yang akan dibacanya ( lagi ) hari ini. Lalu mengambil handuk, mandi, sarapan pagi, dan langsung memilih posisi santai di depan kebun kecil rumahnya.posisi yang menurut Kinasih sangat strategis untuk mengintip anak-anak sekolah yang berangkat terlambat atau justru memang membolos berdesakan di halte depan rumahnya. Lalu senyum-senyum sendiri menatap mata para pelajar yang penuh dengan nyala semangat. Kinasih mengingat-ingat lagi, kapan terakhir kalinya dia memiliki pancaran semangat itu?

Sudah nyaris tiga tahun ini hidupnya sempurna. setidaknya minimal definisi berdiri dan menjejak tanah telah dia dapatkan dalam kurun 3 tahun ini. Kinasih tidak mengenal siapapun di lingkungannya selain ketua RT dan RW yang dengan senang hati membuatnya terlapisi keamanan ketat di lingkungan itu. Kinasih juga tidak memiliki aktivitas terikat apapun dengan siapapun, kegiatan sehari-harinya hanyalah menyapa para penanya yang setia mampir di web nya, lalu mengalirlah rupiah ke rekening pribadinya setiap kali orang di belahan dunia entah mana menekan satu kali klik pada web miliknya. Kinasih memuaskan hasrat membaca novelnya yang selama berpulu tahun terhisap oleh kewajiban membaca buku pelajaran demi mendongkrak nilai sekolah agar dapat dibanggakan orang tuanya pada arisan keluarga di hari minggu. namun Kinasih lupa, bahwa sejatinya, dia justru kehilangan sesuatu yang sangat berharga bagi dirinya selama ini. sesuatu yang dia sadari telah hilang, dan disadarinya pula tak akan pernah dapat didapatkannya lagi. Kinasih kehilangan, tanpa sempat mencecapnya selama memiliki.

dari semua kebiasaannya itu, ada satu kebiasaan yang paling Kinasih sukai. Yaitu belanja pagi ke pasar tradisional. Kinasih mencintai tanah becek yang menempel di sandal japitnya, juga mencintai bau-bau menyengat di tengah tukang daging, atau bahkan mencintai suara teriakan cempreng ibu penjual bawang merah di los tengah pasar. tapi pagi ini, rasa cinta pada hal-hal tersebut mendadak tereliminasi oleh rasa yang jauh lebih dahsyat. lebih besar. Di depannya, seorang pria bercelana pendek cokelat dengan menenteng kresek belanjaannya memandang Kinasih lekat. seperti pisau daging yang siap mencacah mata Kinasih. Keduanya diam, saling bicara dari tatapan matanya, tanpa perlu berkata-kata. tanpa perlu satu suara. bahkan tanpa satu aksarapun meluncur di bibir mereka. diam. 

Kinasih menunduk mengaduk delas cendol yang sudah teraduk dengan kompisisi sempurna. Saputra menatapnya lama. gemas, marah, tapi rindu. 

" oke, mengheningkan cipta selesai " Saputra makin tak sabar dengan kondisi saling diam ini. Kinasih bahkan tak memandang matanya sama-sekali. 

" kamu ngapain disini ? " oh, Damn. dari sekian banyak pertanyaan, kenapa pertanyaan bodoh itu yang justru aku pilih untuk sebuah awal pembicaraan. Kinasih mengumpat. Saputra mengangkat kresek berisi belanjaan sebagai jawabannya. 

" Kamu, aku gak liat kamu belanja apa-apa ?"

" aku memang gak mau belanja kok ? "

" terus mau ngapain? "

" cuma jalan aja" Saputra mengangguk mahfum. didepannya ini perempuan yang sangat menyukai hal remeh. Kinasih Larasati, pacarnya yang sampai sekarang masih berstatus pacar tapi tiba-tiba menghilang dari peredaran selama lebih dari 4 tahun. dan keduanya bertemu di sebuah pasar tradisional kumuh di ibu kota, untuk sekedar membicarakan ' kamu ngapain disini '. sebuah hal yang menurutnya amat tidak rasional, tapi justru sangat masuk akal. Saputra mengusap wajahnya. berharap setelah membuka usapannya itu, dia kembali menemukan Kinasih yang ceria dan banyak kata. 

" kamu tinggal di sekitar sini ? " Kinasih akhirnya menemukan kalimat tanya yang pas. saputra menggeleng. 

" di daerah Bintaro "

" Bintaro? trus ngapain kamu belanja pagi disini ? " Kinasih memutar bola matanya jenaka. nyaris sama seperti dulu. tapi sayangnya, Saputra tidak mendapati bola mata yang sama lagi. tatapan berisikan semangat sudah nyaris hilang di kerlingannya.

" aku sering kesini memang kok. Wortel disini bagus. seger-seger "

" bisa bikin kamu jadi ngeliat warna baju dalem bule radius 10 kilo? " saputra terbahak. Kinasih bangga masih bisa membohongi saputra dengan guyonan khas jaman kuliahnya dulu. sayangnya, Saputra tau Kinasih hanya mengulang masa kejayaan jaman kuliah, tanpa menggunakan semangatnya.

" Kin, kamu banyak berubah " 

" jadi apa? Ranger Pink ? "

" serius Kin "

Kinasih menekuk muka mendekati piring makannya. Saputra makin penasaran. Banyak hal yang pasti terlewati olehnya selama 4 tahun menghilangnya perempuan unik ini. Kinasih mneyadari dia berhadapan dengan pria yang mengenal dirinya jauh lebih dalam dari pada dia sendiri. Kinasih tau, ada moncong senjata di depan matanya tiap kali menyadari Kinasih mencoba menipunya dengan kerlingan jenaka jaman dulu. Kinasih tau, sangat tau. sayangnya, Kinasih tak tau harus melakukan apa lagi didepan Saputra hari ini. 

" aku ada kerjaan. kapan-kapan kita ngobrol-ngobrol lagi yah " Kinasih ingin melesat secepat cahaya. Saputra yang telah menduga reaksi Kinasih lebih tangkas dari detektif manapun. ikut berdiri dan menguntit kemana Kinasih berjalan. Bagai dua orang yang terkait lem madu, mereka berjalan beriringan. Kinasih seperti terkena diabetes begitu menyadari Saputra tidak akan begitu saja melepaskan pertemuan kali ini. Maka, demi menyelamatkan alamat tempat tinggalnya, Kinasih terpaksa duduk di pinggiran pos satpam dekat pasar. Saputra berdiri didepannya.

" Kin, kita harus bicara. setidaknya aku harus tau tempat tinggalmu, atau nomer hp mu. " Kinasih menggeleng tegas. tidak akan ada satupun manusia dari masalalunya menghalangi kebebasannya kini. tidak akan ada debu masalalu sedikitpun di kisah hidupnya kini. keputusan harus dibuat. mau tak mau. suka tak suka. 

" sapu, maaf... " Kinasih mengambil ancang-ancang lari. Saputra lebih sigap. menangkap tangan Kinasih dan menggenggamnya erat. Umpan telah tergigit ikan. Kinasih tersenyum menerima reaksi naif saputra.  " tolong, saya mau diperkosa" teriakan Kinasih sontak membuat semua orang yang ada disekitar pos satpam kalap, kebudayaan yang membuat Kinasih tau bahwa cukup dengan satu teriakan dan bukti kecil, masyarakat akan dengan mudahnya menyelesaikan masalah Kinasih. saputra habis dikeroyok massa. Kinasih lari sambil menangis.

sudah lama aku ingin menghilang dari semuanya. juga dari kamu. dari segalakenangan tentang kamu dan siapapun di masa lalu. jadi, seandainya setelah ini kamu tetapmemaksa untuk mencariku, maka aku mungkin tak akan pernah rela untuk mengenakan wajah yang sama lagi didepanmu. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar