Senin, 20 Februari 2012

KINASIH dan BEGRAS part. 14

Sepanjang perjalanan arah kampus, Begras melamun. Cara untuk memikirkan Kinasih dengan lebih intensif adalah melamun. Karna Begras tau, sudah 4 hari Kinasih tidak bisa di hubungi sama sekali. itulah gunanya melamun, Begras masih bisa memenuhi hatinya dengan Kinasih meski tak berbincang dengannya.

" kamu tuh beneran gak pernah ada waktu buat aku Begras. Hari-hari kamu penuh sama teman maya kamu Kinasih itu " Begras diam menunduk sambil mengaduk teh manis nya di kantin kampus siang itu. kalimat Fina serasa menancap didalam hatinya. dulu Begras sangat memuja Fina, selalu ada waktu untuk Fina. dan Kinasih telah merenggut itu semua. dengan menjadikan Begras budak selular. Sayangnya Begras lebih merasa nyaman dengan itu semua. Begras merasa mahal bila bersama Kinasih meskipun tidak nyata adanya.

" Sorry Fin. aku salah. sore ini kamu ada waktu? kita jalan yukk "

" gak bisa. Sore ini aku ada janji sama temen "

" mau kemana ? "

" makan malem "

" sama siapa?"

" rame-rame, Rinto ulang tahun. dia mau trakir. lumayan makan malem gratis. bisa irit biaya anak kost kayak aku "

Begras tergugu. makan malam gratis ternyata jadi kekuatan yang lebih besar dari ajakannya. Semurah itukah Begras dimata Fina? tidak lebih mahal dari sepiring nasi goreng dan juice apel? atau semangkuk bakso dan es jeruk manis? Begras ingat dahulu, saat Begras sakit di rumah. seluruh keluarga sedang pergi keluar kota. Begras menelphone Fina untuk minta dibelikan obat. tubuhnya nyaris tak mampu turun dari tempa tidur. Namun berkali-kali di telpon, Fina tak menjawab. akhirnya Begras menelphone apotek. selang beberapa waktu Begras baru tau, Fina tengah asyik berendam air hangat bersama kawan-kawannya. ngilu di dasar hati Begras mengetahui kenyataannya. Begras juga ingat kemarin, Begras jatuh dari motor dijalan, Fenomena nya sama, di rumah Begras tak ada seorangpun yang bisa dimintai Tolong. kakinya bengkak. Saat itu yang Begras butuhkan jauh lebih sederhana dari obat, yaitu air putih hangat. Begras haus. tapi tak mampu beranjak dari tempat tidur. dan ketika Begras menceritakan hal ini pada Kinasih, selang 10 menit ada orang tiba-tiba masuk kedalam rumah begras membawa 4 botol air mineral literan dan beberapa makanan. tertera tanda tangan Kinasih di nota pembelian. Begras diam. merasa berharga meski hanya air putih yang dia butuhkan.

Kini Begras harus menyadari, lebih mahal atau tidak dirinya bukan dari orang lain. Kinasih mengajarkannya untuk selalu bahagia. ada atau tidak orang yang membuatnya bahagia.

Begras kembali melamun. memampukan dirinya untuk tetap melamun.baginya melamun adalah sarana terbaik dalam mengolah rasa. melalum memang pekerjaan pemimpi, tapi Begras memang selalu ingin bermimpi. jarinya reflek menuliskan nama Kinasih di meja kantin. pelan dan hidmat. kesakralan yang agung. Kinasih bukan sekedar sebuah obrolan ringan di telpon, tapi oase yang mampu membuat Begras sadar akan keagungan dirinya sendiri. dan untuk hal itu Begras rela kehilangan. Fina sekalipun. detik itu Begras memahami, hatinya sudah terikat dengan materai milyaran rupiah pada Kinasih. ada atau tidak ada dirinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar