Jumat, 03 Februari 2012

KINASIH dan BEGRAS part. 5

" Begras, mungkin selama seminggu ini aku gak bisa di hubungin. Hp ku rusak. ini pinjam Hp tukang sayur " Begras tersenyum geli membaca sebuah SMS yang dikirim pukul 6 pagi itu. Seperti biasa, Kinasih memiliki banyak cara untuk SMS pembangun di pagi harinya. setengah menguap Begras memencet ombol dial untuk menghubungi nomer Kinasih. Operator yang menjawab. Begras duduk tegak. Sekali lagi coba dihubungi nomer Kinasih. masih operator yang menjawab. Kini Begras berdiri, berjalan mondar-mandir di sekitar kasur busa nya. Lalu Begras beralih menghubungi nomer tukang sayur yang Kinasih gunakan untuk SMS pagi itu. Operator juga yang menjawab. Begras pucat. Kinasih benar-benar tidak bisa dihubungi. Dibukanya komputer, disambungkan ke internet. lalu masuk pada jejaring sosial miliknya. di tekan enter ketika ditulis nama akun milik Kinasih. Lega. akun itu masih aktiv. ada sesuatu yang meresahkan Kinasih, sehingga dia ingin menyendiri selama seminggu ini. Begras tau bahwa HP kinasih tak mungkin rusak, juga HP tukang sayur itu pasti miliknya sendiri. Begras tau, Kinasih hanya ingin sendiri. maka yang harus dia lakukan sekarang ini hanyalah menunggu Kinasih menguhubunginya lagi. Minggu depan.

Kinasih berjalan sendiri di tengah pasar tradisional. berkali-kali dia tersenyum pada mbok penjual bawang atau pada tukang sayur yang berteriak padanya. Kadang Kinasih berhenti sebentar di depan tukang serabi, menikmati tontonan alami yang di mainkan oleh ibu penjual serabi. bagaimana cekatannya si ibu mengaduk adonan, menuangkan dengan pas di tengan panci penggorengan, lalu membalikkannya dengan waktu yang tepat pula sehingga serabi itu tidak gosong. komposisi menarik antara keahlian, feeling dan racikan. Kinasih selalu kagum pada orang yang menguasai ketiga hal tersebut. Lalu kembali Kinasih berjalan di seputaran penjual buah, dilihatnya seorang pembeli dengan tangkas memilih buah manggis. berganti dari satu buah ke buah lainnya.lalu dengan tangkas membayar uang pas seharga yang di tawarnya. Tukang buah itu cemberut, tak jadi dapat untung besar dia. Kinasih tersenyum, pertarungan yang terjadi antara penjual dan pembeli selalu mengasyikan untuk di nikmati. Kinasih berjalan ringan. keluar masuk los dan ruko di pasar tradisional itu. Tanpa membeli apapun. hanya diam menikmati aktivitas beratus orang di dalamnya.menikmati karakter satu dan lainnya. menonton pertunjukan langsung penjual kelapa yang membelah kelapa dengan satu tangannya, atau hanya sekedar minum es cendol karna tertarik dengan komposisi warna hijau dan cokelat yang menyatu perlahan dalam adukan gelas. Kinasih tertawan lebih dari 4 jam didalam pasar tradisional itu. meninggalkan hatinya yang telah penuh sesak di kamar losmen yang disewanya.

Sudah hari ketiga, dan Begras masih belum mendapatkan kabar apapun dari Kinasih.meskipun Begras tau, seminggu artinya 7 hari bagi Kinasih. namun Begras pun tau, rasa tak tenangnya ini adalah karna dia tidak mengetahui apa yang membuat Kinasih harus menyendiri selama seminggu ini.

Pagi hari Kinasih terbangun karna keributan di kamar sebelah. Kinasih menyurutkan langkah. malas ikut campur urusan orang. kembali menarik selimut dan berniat tidur lagi. namun suara ledakan pistol dan jeritan seorang anak membuat Kinasih terduduk kaget. dilihatnya jam dinding, masih pukul enam pagi. diluar keributan sudah menjelma jeritan-jeritan histeris. gaduh. Kinanti terpaksa keluar. Mau tak mau. di balik pintu kamarnya begitu banyak orang berkerumun. Seorang ibu bahkan mendongak-dongakkan kepalanya karna begitu ingin melihat apa yang terjadi didalam kamar itu. Kinasih menyeret langkah pelan.menutup pintu kamarnya. mengatupkan kembali sweeter tosca nya sampai rapat. udara masih sedingin ini, tapi masalah yang terjadi di kamar sebelah sudah serumit itu. Kinasih berjalan melawan arus. menjauhi kamar itu. menutup telinganya dari jeritan anak kecil yang seolah-olah memanggil namanya. Banyak hal yang tanpa diduga bermunculan dalam fenomena kamar sebelah. ada seorang pelayan losmen yang kemudian menjadi saksi, seorang nenek tua yang memegangi dadanya karna penyakit jantungnya kambuh akibat kaget, dan sepasang remaja yang memadu kasih bergenggaman semakin erat di koridor losmen, entah sudah menikah atau belum. Kinasih gagu, mengapa tak terjadi fenomena apapun dalam dirinya atas kejadian itu selain kesal karna waktu istirahatnya terganggu. sudah putuskah urat sosialita nya?

kejadia di losmen itu membuat kinasih risih. bertepatan dengan kamarnya yang bersebelahan langsung dengan kamar yang disewa Kinasih, menjadikan Kinasih di cari petugas. SAKSI. sayangnya Kinasih malas bicara. dalam kasus ini, dia merasa tak memiliki wewenang apapun untuk menjelaskan sesuatu. demikian dialog yang terjadi antara kinasih dengan aparat :
POLISI : kejadian itu berlangsung lebih dari 4 jam, dan kamar anda bersebelahan dengan TKP. ada suara apa yang anda dengar nona Kinasih ?

KINASIH : saya tidak mendengar apapun.

POLISI : Sama sekali tidak mendengar apapun?

KINASIH : ya.

POLISI : tapi bagaimana mungkin, orang di kamar ujung itu bilang bahwa dia mendengarkan kegaduhan mulai dari jam 2 dini hari. sepantasnya anda yang berada di samping kamarnya persis lebih jelas mendengarnya.

KINASIH : saya tidur pulas.

POLISI : apakah anda mendengarkan musik melalui earphone?

KINASIH : tidak.

POLISI : atau anda terbiasa menyumbat telinga anda dengan kapas saat tertidur ?

KINASIH : tidak.

POLISI : lalu mengapa anda bisa tidak mendengar apapun, sementara semua orang disini mengatakan mendengar.

KINASIH : karna saya memang tidak mendengar.

POLISI : tapi itu tidak mungkin.

KINASIH : mungkin saja. semua kemungkinan bisa saja terjadi.

POLISI : siapa anda sebenarnya ?

KINASIH : di receptionis losmen sudah jelas siapa saya.

dan kinasih meninggalkan polisi penyidik itu dengan dingin saja. madu, semanis madu tatapannya pada si anak yang menjerit di dalam kamar kejadian itu. seorang anak usia 7-8 tahun, lelaki. Kinasih menitipkan salam padanya melalui receptionis losmen itu. dan melangkah keluar Losmen. menuju tujuan akhirnya, kompleks pemakaman umum.

sudah seminggu Kinasih berada di kota kecil ini. dan nyaris setahun sekali Kinasih kesini. di tanggal yang sama dengan minggu yang sama. Kinasih selalu mencari hari akhir yang pas dengan tanggal itu. tanggal dimana area pemakaman itu memanggilnya selalu. minta disambangi. sebuah nisam kelabu bertuliskan nama seorang perempuan : KINASIH. ya, Kinasih mendatangi makamnya sendiri setiap tahun pada tanggal kematiannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar